Sepuluh tahun pernikahan, Chiko merasa sudah tidak ada lagi cinta dengan Humaira.
Chiko mengungkapkan keinginannya untuk bercerai, agar bisa menjalin hubungan yang baru dengan Dinda. Sekertaris baru yang sudah menjadi kekasih Chiko selama beberapa bulan terakhir.
Satu bulan memenuhi keinginan terakhir Humairah sebelum bercerai, membuat Chiko merasa bahwa cintanya kepada sang istri masih sama besarnya seperti dulu.
Akankah Chiko memutuskan kekasihnya? atau tetap pada pendiriannya untuk bercerai dengan sang istri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon idaa_nafishaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Secepat Kilat
Chiko pulang dengan perasaan tidak menentu, bagaimana tidak. Baru saja keluar dari perusahaan ayahnya. Chiko mendapat kabar dari sekertaris nya bahwa beberapa investor menarik investasinya di perusahaan milik Chiko.
Chiko kemudian segera melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi menuju perusahaannya.
Kegaduhan terjadi karena investor itu hampir menarik semua investasinya di hari yang sama, itu membuat pengeluaran perusahaan menjadi sangat bengkak berkali-kali lipat dari pengeluaran biasanya.
"Tuan Chiko, Kenapa secara tiba-tiba semua investor menarik investasinya terhadap perusahaan kita?" tanya sekretaris Chiko.
"Huft, tidak apa-apa. Aku akan segera memperbaiki ini dengan cepat."
Setelah seharian mengurusi perusahaan yang tidak memberikan penghasilan sepeserpun, karena justru perusahaan mengeluarkan banyak uang akibat semua investor yang menarik investasinya pada perusahaan. Chiko memilih untuk segera pulang.
Dengan langkah kaki yang terasa berat, Chiko merasuki rumah. Di lihatnya Dinda sudah menunggu nya di depan pintu. Dinda terlihat sangat antusias menyambut kedatangan Chiko.
"Hai sayang, selamat datang."
Chiko tentu saja terkejut saat melihat rumahnya sudah di dekorasi dengan pernak-pernik yang terlihat mahal.
"Dinda, apa ini?" tanya Chiko.
"Aku sengaja melakukan ini untuk merayakan kebahagiaan kita karena ini adalah hari yang paling membahagiakan. Kita akan segera memiliki keturunan dan juga kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan. Tidak lama lagi, aku bisa keluar dan menghabiskan waktu bersama dengan kamu tanpa malu lagi karena semua orang akan tahu jika aku dan kamu memang sudah melangsungkan pernikahan secara sah."
Chiko menghela nafas panjang kemudian memilih untuk segera masuk ke dalam kamar.
"Chiko, ada apa?" tanya Dinda yang segera ikut masuk ke dalam kamar.
"Aku tidak mendapatkan perusahaan milik keluarga."
"Loh, kok bisa?" tanya Dinda.
Chiko kemudian menceritakan jika kedua orang tuanya mengetahui tentang pernikahan nya dan Dinda. Dinda yang mendengar cerita dari Chiko tentu saja terkejut. Terutama saat Chiko mengatakan bahwa hari itu perusahaan mengeluarkan uang lebih banyak dari biasanya karena seluruh investor menarik investasinya pada perusahaan Chiko.
"Maafkan aku, Jika saja aku menuruti keinginan kamu untuk melakukan pernikahan secara tersembunyi lebih dahulu dan tidak melakukan resepsi. Mungkin hal ini tidak akan terjadi."
"Dinda, mungkin semua yang aku miliki akan hilang dalam sekejap mata. Apakah kamu akan tetap berada di sisiku?" tanya Chiko.
"Haha, Chiko. Apa yang akan hilang. Kamu memiliki 3 perusahaan cabang. Masalah investor yang menarik investasinya terhadap perusahaan kamu, tentu saja bukan hal besar. Kamu tak pernah mengalami hal yang lebih buruk dari ini."
"Ini berbeda dari perusahaan yang pernah mengalami kebakaran, jika semua investor menarik investasinya pada perusahaan. Itu akan membuat semuanya hilang secepat kilat."
"Apa kamu sedang mencoba mengatakan bahwa kamu akan mengalami kebangkrutan secepat kilat?" tanya Dinda yang di balas anggukan kepala oleh Chiko.
"Tidak, tidak. Kamu tidak boleh bangkrut, jika kamu bangkrut bagaimana nasib aku dan juga bayi ini?"
"Dinda, Bukankah kamu juga berpengalaman dalam bidang bisnis. Kita berdoa saja agar aku tidak mengalami kebangkrutan secepat kilat, kalau begitu terjadi aku dan kamu bisa bekerja sama dan mulai semuanya dari 0."
"Apa yang akan kita dapatkan jika kita memulai semuanya dari nol? Chiko, jika kita memulai semuanya dari 0, bagaimana bisa aku akan menikmati statusku yang menjadi seorang istri? Bukankah sebelumnya aku sudah mengatakan kepada kamu jika kita sudah resmi menikah, Aku tidak akan pernah terjun lagi dalam dunia bisnis dan aku ingin sepenuhnya berada di rumah dan menjadi nyonya."
"Dinda, Bukankah kamu sendiri yang mengatakan jika ini bukanlah masalah besar dan aku pasti bisa mengatasinya. Kamu hanya perlu memberikan aku dukungan agar aku bisa menjalani ini semua dan membuktikan kepada Papa bahwa aku dan kamu layak untuk mendapatkan perusahaan milik keluargaku."
"Jadi, papa kamu mengatakan bahwa kita harus mencapai kesuksesan sebelum mereka menyerahkan perusahaan keluarga kepada kamu?" tanya Dinda.
"Bener."
"Baiklah, Aku akan membantu semampuku, tapi jika kamu memikirkan aku untuk kembali terjun ke dunia bisnis. Aku tidak akan mau, kehamilan ini membuatku tidak ingin lagi memikirkan tentang dunia bisnis."
"Aku mengerti,"
"Mandilah, kemudian kita akan makan malam bersama. Aku akan menghangatkan makanannya."
Chiko tersenyum kemudian memeluk dan mencium kening Dinda.
"Aku tahu, kamu adalah wanita yang akan menemaniku dalam suka maupun duka."
Dinda hanya tersenyum tanpa berkomentar tentang kata-kata yang baru saja diucapkan oleh Chiko. Chiko kemudian memilih untuk segera masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan dirinya sebelum makan malam.
Sial, semoga saja berusaha jiku tidak benar-benar bangkrut. Aku pasti tidak akan bisa untuk menjalani kehidupan sederhana. Hah, itu tidak cocok dengan diriku.
Seandainya saja dulu Aku tidak terlalu berambisi untuk melakukan resepsi pernikahan, sekarang aku akan menikmati apa kekayaan dari keluarga Chiko. Aku memang bodoh.
...----------------...
Satu bulan berlalu, Chiko benar-benar merasa kelelahan. Dia terpaksa menjual 2 perusahaan cabang miliknya demi bisa menutupi minus di perusahaan utama.
Pengurangan karyawan di lakukan untuk menekan pengeluaran perusahaan. Hal itu tentu saja menjadi pertanyaan bagi semua karyawan yang terkena PHK.
Isu tentang pernikahan Chiko dan juga Dinda yang sudah terendus oleh orang tua Chiko menyebar ke seluruh karyawan, baik yang di PHK maupun tidak.
Sayangnya, tidak ada yang berani membicarakan itu di lingkungan perusahaan karena takut mereka juga akan dikeluarkan dari perusahaan Chiko.
"Dinda, perusahaan sedang sangat tidak stabil. Aku harap untuk saat ini kamu berhenti dengan kebiasaan kamu yang suka berbelanja barang-barang mewah."
"Chiko, Apa salahnya jika aku membelanjakan uang kamu yang sudah menjadi aku dengan barang-barang mewah dan juga kebutuhan yang aku inginkan?"
"Aku tahu, hanya saja sekarang berusaha sedang membutuhkan banyak dana. Aku harap kamu akan lebih bijak menggunakan uang yang aku berikan kepada kamu agar uang itu cukup sampai perusahaan kembali normal."
"Chiko..."
"Dinda, aku mohon."
"Baiklah."
"Terima kasih." Ucap Chiko sambil mencium kening Dinda.
"Ayo, aku akan mengantar kamu ke dokter, hari ini jadwal pemeriksaan kamu kan?"
Dinda yang merasa kesal karena Chiko melarangnya untuk berbelanja barang-barang mewah, tidak menyadari bahwa Chiko membawa Dinda menuju klinik temannya.
"Dinda, maafkan Aku. Aku bukannya melarang kamu untuk berbelanja barang-barang mewah yang kamu sukai. Hanya saja, Aku meminta kamu untuk tidak terlalu berlebihan dalam berbelanja mengingat sekarang perusahaan tidak sedang baik-baik saja."
"Tolong jangan marah." Pinta Chiko sambil sesekali menoleh ke arah tidak karena Chiko juga sedang fokus menyetir.
"Baiklah, baik. Akan aku usahakan untuk tidak lagi berbelanja.," ketus Dinda.
Chiko tersenyum kemudian meraih tangan Dinda dan mencium nya.
Mobil memasuki halaman klinik kandungan yang lumayan besar. Dinda masih belum menyadari hingga mereka duduk untuk menunggu antrian pemeriksaan.
"Chiko, ini dimana?" tanya Dinda.
"Klinik temanku. Aku dengar Dia memberikan pelayanan yang sangat memuaskan terhadap pasien-pasiennya. Aku ikan yang terbaik untuk calon buah hati kita.,"
"Apa, tapi aku...."
"Nyonya Dinda..."
Belum sempat Dinda berbicara, namanya sudah dipanggil dan itu membuat Chiko sangat bersemangat menarik tangan Dinda untuk memasuki ruang pemeriksaan.
Dinda terlihat tegang saat dokter yang merupakan teman Chiko mulai memeriksa Dinda.
"Bayinya sehat ya, sudah terlihat bentuknya walaupun tidak sempurna," ucap Yeni.
"Apa usia kehamilan 1 bulan sudah bisa terlihat bentuk dari bayinya?" tanya Chiko.
"Satu bulan?" tanya Yeni.
"Iya, satu bulan."
"Tidak, Chiko. Istri kamu sedang hamil 3 bulan."
Deg !!
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
Hayoo lo, Dinda...
jadi gak nyambung bacanya
saya baca maraton 👍👍👍❤️❤️