Niat hati, merantau ke luar negeri untuk merubah nasib. Namun karena suatu kejadian, dua pemuda polos nan lugu itu malah terlibat dalam kehidupan asmara enam janda muda. Mampukah mereka lepas dari jeratan janda yang penuh pesona? Atau mereka terjerumus dalam larutnya dunia para janda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cerita A win
"Yo."
"Iya, Miss, ada apa?"
"Bagaimana rasanya tadi melihat dan menggendong tubuhku saat kakiku terkilir."
Deg!
Yoyo tertegun mendengarnya. Bagaimana bisa majikannya mengungkit kejadian tadi pagi dengan sangat santainya? Sedangkan Yoyo sendiri malah menjadi gugup dan bingung mau jawab apa pertanyaan dari Miss A win. Mau jawab suka nanti dikira pria mesum, mau jawab tidak suka nanti dikira munafik. Sudah tentu Yoyo sangat suka melihatnya. Namanya juga lelaki normal, melihat dan menyentuh tubuh polos wanita cantik pasti sangat menyenangkan, bukan?
Saat ini saja,Yoyo merasakan darahnya seperti berhenti mengalir. A win yang tubuhnya sangat menempel sambil bergelayut di lengan kekar milik Yoyo, membuat pemuda itu merasakan benda kenyal menyentuh lengannya. Yoyo pun menebak kalau A win hanya memakai satu baju tanpa ada pakain tambahan di dalamnya.
A win sendiri sebenarnya ingin meledakan suara tawanya melihat wajah bingung Yoyo. Menggemaskan, itu kata dalam hati A win. Dimata A win saat ini, Yoyo terlihat lucu dengan wajah bingung dan gugup. Dari sikap yang ditunjukan Yoyo, A win jadi tahu kalau pemuda itu masih polos, dan hal itu benar benar suka menggodanya kali ini.
Bukannya A win suka memperlihatkan tubuhnya kepada pria lain, tapi melihat tingkah Yoyo yang benar benar mencerminkan pria polos justru A win sangat suka. A win jadi penasaran, entah kehidupan seperti apa yang Yoyo jalani di negaranya hingga pemuda itu bisa gugup begitu saat ditanya tentang kejadian tadi pagi di kamar mandi.
"Apa kamu sudah punya pacar?" tanya A win merubah topik pembicaraan agar pemuda yang sedang memapahnya tidak merasa canggung lagi.
"Belum, Miss?" jawaban Yoyo langsung membuat A win tekejut.
"Loh, masa belum?" Yoyo mengiyakan. "Kamu tampan loh, Yo, sebenarnya."
"Percuma tampan, Miss, kalau nggak punya duit. Di kampung saya, tampan doang nggak bakalan laku, Miss," jawab Yoyo seperti sedang mengeluarkan isi hatinya.
A win nampak manggut manggut dan tersenyumm simpul. Sebelum menimpali ucapan Yoyo, dia minta duduk di sofa yang ada di kamar anaknnya. Sedangkan Binbin sendiri justru malah asyik nonton kartun sambil rebahan di atas permadani.
"Masa nggak laku? Kamu bercanda, Yo?" tanya Miss A win kembali melanjutkan obrolannya saat berada di kamar anaknya.
Yoyo yang duduk di atas permadani dalam posisi berdekatan dengan kepala Binbin langsung mengulas senyum. "Ya adanya seperti itu, Miss. Bukankah pacaran juga butuh uang buat jajan, Miss?"
A win kembali manggut manggut. Apa yang dikatakan Yoyo memang ada benarnya. "Tapi sebelumya, kamu pernah pacaran, kan?"
"Belum pernah, Miss," jawab Yoyo agak malu malu.
Miss A win langsung terkejut. "Masa belum? Nggak mungkin lah."
"Serius, Miss. Aku belum pernah sekalipun pacaran. Pernah suka sama perempuan, tapi nggak berani ngomong. Ya itu karena aku nggak punya duit, nggak punya motor. Jadi milih dipendam saja."
"Astaga!" pekik A win. Sedangkan Yoyo hanya cengengesan. "Jadi karena itu juga kamu memilih bekerja jauh di negeri orang?"
"Ya salah satu alasannya ya itu, Miss."
"Tapi uang, bukan jaminan untuk kebahagiaan loh, Yo?"
"Ya memang benar, Miss. Tapi jaman sekarang bukankah segalanya memakai uang Miss. Kalau nggak ada uang, pasti kayak ada yang kurang gitu."
A miss lagi lagi mengangguk beberapa kali, membenarkan ucapan Yoyo, lalu matanya dia alihkan ke arah Binbin yang nampak fokus nonton kartun kesukaannya. "Gara gara uang juga, Binbin harus kehilangan ayahnya."
Kening Yoyo langsung berkerut dengan menatap lekat k arah A win. Sedangkan A win sendiri malah tersenyum meski hatinya merasa getir.
"Gara gara harta, aku sampai di fitnah dan dituduh selingkuh, oleh orang orang yang menginginkan berada di sisi ayahnya Binbin. Mereka seakan tidak senang melihat aku menjadi istri seorang pria kaya. Yang membuat aku tak habis pikir, justru ayahnya Binbin lebih percaya ucapan orang lain. Apa lagi Ayahnya Binbin mendapat bukti bukti palsu yang menunjukkan kalau aku berselingkuh, membuat dia murka dan hampir melenyapkan nyawaku. Dia tidak peduli aku yang terbaring sakit, dia bahkan tidak peduli dengan Binbin yang ketakutan setengah mati. Dia hanya peduli kalau dia benar dan aku salah. Pada akhirnya, kamu tahu apa yang terjadi kan, Yo? Binbin sangat membenci ayahnya."
Yoyo hanya terpaku dan terdiam mendengar cerita menyedihkan dari majikannyya. Yoyo belum mendapatkan kata yang pas untuk mengomentari cerita A win. Dia hanya bisa mengusap kepala Binbin dengan perasaan iba.
...@@@@@@...
semangat