Jenna tak berani menolak aturan Opa Damash, sang Kakek. seorang Purnawiran prajurit hebat di masanya. Apalagi setelah beliau berhasil menikahlah Karolina Anita sang cucu dengan anak salah satu kolega bisnisnya .
Sampai Jenna secara tak sengaja kalau pria yang dijodohkan ya itu hanyalah lelaki pengundang. Dapatkah dia mencari bukti dan meyakinkan si Opa yang sangat berkuasa itu di keluarga Damash.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atin Supriyatin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28. Bertemu Teman Lama
Si Bos kecil itu mulai menunjukkan kekuasaan sebagai kakak laki-lakinya yang harus dipatuhi semua perintahnya. Jenna tidak keberatan untuk membelanjakan si Abang Ganteng itu berbagai kebutuhan makanannya untuk di kulkas di apartemen. Atau membawa semua pakaian kotornya ke laundry.
Saat ini, Jenna juga sudah bekerja. Badannya lelah, letih dan lesu setiap pulang kantor. Bukan saja harus menangani pekerjaan di departemen HRD yang kadang berubah fungsi sebagai badan bantuan untuk administrasi. Maklum kantor ini masih belum banyak memiliki pegawai. Kecuali di pabrik, tempat pembuatan produk kosmetik itu, yang berpusat di Tangerang.
"Jenna, tolong!"
Itulah bunyi telepon pagi ini, dari si Abang tersayang. Dia pikir jarak Pasar Minggu ke Kuningan itu dekat dan tak perlu terjebak macet!
" Malas, Bang! Kalo dijemput aku mau!" tolak Jenna memberi alasan.
Sabtu pagi ini adalah hari " mager sedunia" alias malas gerak. Setelah lima hari bekerja, dengan mobilitas tinggi. Karena membantu Ibu Rully menyiapkan data, anggaran dan berbagai laporan untuk kerjasama pembuatan iklan tersebut. Untungnya segala izin dan berbagai hal yang harus disiapkan di lapangan dikerjakan pihak sana.
Jenna masih memakai T- shir putih gombrong dan celana pendek jeans ketika suara mobil dan klakson khas milik Tedi terdengar dari garasi samping.
Benar saja! Dibantu Pak Uus, si Abang membawa sekeranjang pakaian kotor. Pasti si kakak itu minta dibawakan ke laundry yang buka di ruko depan komplek perumahan ini. Laundry dengan nama yang cukup terkenal!
Senyum Jenna, jadi miris. Untung Jenna nggak terlalu iseng hari ini. Bisa- bisa dia bawanya semua cucian kotor itu ke laundry yang ada di belakang kompleks perumahan. Di daerah pemukiman padat penduduk itu, banyak tersedia laundry umum dengan model kiloan. Murah, meriah dan bersih.
Pasti kulit Abang Tedi yang bersih dan mulus itu akan gatal - gatal terkena deterjen yang cukup kuat dengan campuran berbagai bahan kimia untuk bahan pembersih dan pewanginya.
" Ngapain, senyum-senyum sendiri?"
Tegur si Abang yang langsung duduk di kursi makan sebelahnya.
" Oh, Abang mau aku melotot atau mendelik biar takut?"
" Ini Mas Tedi..." Suara Bik Isah terdengar di belakang Jenna. Sebuah piring besar berisi nasi goreng favoritnya telah disiapkan oleh pembantu rumah tangga yang paling loyal terhadap keluarga Darmawan ini.
Si Abang makan dengan lahap. Jenna sudah mendengar dari pembicaraan si kakak dan ayahnya di ruang kerja beberapa hari yang lalu.
Cabang perusahaan di sana harus melakukan pengurangan karyawan. Tedi terpaksa merumahkan puluhan pegawai di kantornya di Denpasar akibat, sepinya kunjungan wisatawan lokal dan mancanegara.
Sebagian perusahaan itu adalah penyediaan jasa penukaran uang, pembuatan makanan olahan dan beberapa jasa di bidang perjalanan dan pemesanan tiket pesawat atau kereta api.
" Ikut, Yuk! Abang ada acara pertemuan dengan beberapa teman di tempat khusus..."
" Ini sudah sepengetahuan Mama, belum? Dia melarang kita mengadakan acara yang nggak penting. Apalagi sampai mengumpulkan orang banyak!"
" Ulu, ulu adikku yang mungil dan lucu. Ini pertemuan privat, kok! Abang malas datang sendirian..."
" Bilang aja, diundang untuk bersama pasangan, ya?"
" Ayo , Jenna! Kamu , sih. Dulu sama Karolina suka iseng menguji nyali para perempuan yang dekat sama Abang. Jadi jangan salahkan Abang, karena cewek pada ilfill lihat Abang sekarang!"
" Makanya, Bang! Jadi cowok itu jangan suka tebar pesona alias tp . Cewek - cewek yang baper langsung dilibas sama Karolina. Banyak dari mereka hanya cari sensasi seperti Felicia yang satu agensi dengan Karolina."
" Abang lihat, dia masih aktif, di film layar lebar..."
" Cie, cie. Yang masih perhatian... Hanya saja peran- peran yang didapat hanya peran kecil atau cuma figuran! Felicia mau jadi artis besar? Nggak bakalan jadi, Bang!"
Mereka akhirnya berangkat juga. Setelah Tedi dengan kesabaran yang sangat tinggi menunggu adiknya berdandan. Padahal Jenna hampir satu jam lamanya berada dalam kamarnya. Namun saat dia keluar, dia hanya memakai gaun simple berwarna hitam, rambut diikat ekor kuda dengan dandanan natural looks.
Acara reuni dan bisnis dengan teman - teman lama Tedi berlangsung cukup meriah. Mereka berada di sebuah area yang merupakan fasilitas yang dapat digunakan untuk penghuni apartemen mewah ini.
Sebagian teman-teman Bang Tedi sudah dikenal oleh Jenna. Pria - pria muda dari berbagai kalangan membaur di sana bersama pasangannya. Sebagian dari mereka bergerak di bidang bisnis, entertainment ada dua orang yang menjadi ASN.
Sampai Jenna cukup terkejut saat Bang Romy mengandeng seorang wanita tinggi, semampai dengan gaun yang cukup mengundang perhatian. Terlalu terbuka, terlalu seksi, dan menonjolkan diri.
Siapa lagi, gadis yang menurut Jenna terlalu norak itu kalau bukan Felicia! Ugh, Nggak banget deh!
" Apa itu, teman satu agensi dengan Karolina ?" tanya Bang Tedi agak terkejut. Sebab sejak tidak aktif lagi di catwalk,. justru penampilan Felicia agak berlebihan. Tentu Gadis muda itu kurang dalam menyelam di dalam dunia permodelan!
"Hey, Kamu Jenna? kok kamu nggak berubah ya dari tahun ke tahun penampilanmu!"
Sialan! Sapaan yang penuh basa- basi ternyata hanya untuk menjatuhkannya! Wow, Salah pilih lawan dia, Boss!
" Wah terima kasih, Fatma Erina! Jadi aku awet muda, dong! Salam jumpa lagi!"
Wajah cantik Felicia langsung memerah ketika Jenna menyebutkan nama aslinya. Sorry to say! Nama Felicia dulu diberikan sang sepupu kepada wanita itu yang kurang yakin dengan nama aslinya yang katanya kurang menjual. He, he.
" Jadi, bos ini cewek simpanan yang ke berapa?" ujar Felicia saat menatap mata Tedi Dwi Yan Darmawan.
Ucapan Felicia tentu mengejutkan semua orang. Terutama para rekan dan sahabat Tedi, yang sangat tahu, sosok cantik dan bersahaja di samping pria pendiam itu.
" Feli, Ngaco, Kamu! Ini Jenna adiknya Tedi!" kata Romy Fernando sangat marah. Dia takut Tedi tersinggung dan bisa- bisa, tidak mau bekerjasama lagi dalan pengembangan usaha barunya di Surabaya nanti.
" Oh, adik. Sorry! Adik ketemu gede, ya?" ujar Felicia tambah meracau tak jelas.
" Romy, cewekmu , belum minum sudah mabok itu!"
Seruan itu datang dari Kak David. Yang ternyata tidak suka dengan kehadirannya Felicia.
Wajah Jenna memerah. Ada perseteruan apa, sehingga Felicia segera mengibarkan bendera peperangan setelah mereka saling menghindar dalan waktu dua tahun belakangan ini. Setelah dia ikut dengan Tante Amanda, meminta Karolina memutuskan hubungan dengan Aktor Valentino Raza
Di sana ada beberapa teman Karolina yang tergabung di dunia model. Keluarga Damash tidak suka nama besar mereka dikaitkan dengan sisi buruk kehidupan kelam dari masa lalu Valentino.Walaupun kata sutradara, pacaran mereka hanya setingan. Namun justru Karolina tidak mendapatkan apa- apa dengan debut pertamanya di dunia film itu.
" Kok, diam. Biasanya kamu suka melawan perempuan yang suka meremehkan mu!" Goda Tedi.
Mata Jenna mendelik . Dasar kakak Laknat! Bukan dibela atau menyerang Felicia balik , si kakak malah meledeknya.
" Jangan ajak Romi gabung dengan usaha Abang yang ini!"
" Memangnya kenapa?"
" Usaha itu bukannya mendapat keberuntungan, malah buntung kalau ada Felicia. Pasti dia menyodorkan dirinya pada Kak Romi dengan gratis untuk mendongkrak namanya! Kariernya mentok. Banyak desainer tidak suka memakai Felicia yang kurang bertanggung jawab."
" Oke , Adik Abang yang cantik. Sudah , sana Ambil makan atau minuman! Jangan membuat kehadiran Fatma Erina tadi membuatmu tidak menikmati pesta ini!"
Ini mirip seperti pesta kebun yang lebih privat. Karena mendatangkan chef yang dibantu asistennya menyiapkan makanan ala barbeque di sudut taman. Tak lama tercium aroma daging bakar yang harum dengan berbagai rempah-rempah yang menyatu dengan sausnya.
Jenna membawa dua piring lebar berisi daging dan kentang goreng itu ke depan meja kakaknya. Si kakak yang sedang ngobrol dengan dua teman dekatnya itu langsung menyiapkan pisau dan garpu.
" Terima kasih, sayangnya Abang!"
Kedua lawan bicara Tedi tertawa ngakak. Mereka tahu, temannya ini cowok yang paling mudah menaklukkan kemarahan cewek! Tentu dengan ucapan lembut dan rasa sayang yang besar pada adik perempuannya itu.
" Makan yang banyak. Bang! Setelah ini, Mohon antar Jenna , pulang!"
" Diantar Abang Dicky, gimana?" tanya teman kakaknya.
Jena menggeleng cepat. Huh, pertemuan ini semakin membuat Jenna tidak nyaman. Namun Abang Tedi juga punya banyak kepentingan di sini. Tanpa sadar dia melihat di
ujung ruang sana, Felicia yang bergaya sebagai primadona pesta di sore menjelang malam ini.
cuma blm ada gambaran siapa "jodohnya" jenna