kisah lama yang belum usai, membuatku masih hidup dalam bayang-bayang masa lalu. Aku selalu menyesali apa yang terjadi saat itu, aku selalu menginginkan masa itu terulang kembali. Walaupun aku tau itu mustahil, aku tetap memimpikannya. Aku ingin memperbaiki kesalahanku yang besar kepada cinta pertamaku, karena aku sudah menghancurkan hatinya sampai tak berbentuk. Masih pantaskah aku jika menginginkannya kembali padaku?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ashelyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masa Lalu 23.
Tangisan Teresa sampai terdengar dari luar kamarnya. Tangisan keras itu membuat Tao dan Diana tersenyum kikuk kearah Kenan, sang ibu dari Arnold yang juga merupakan kepala keluarga Adia. Keluarga Adia mulai di ambil alih olehnya saat suaminya meninggal dunia tahun lalu. Kesialan yang terus datang bertubi-tubi membuatnya semakin mempercayai kutukan keluarganya. Apalagi saat dia melihat keadaan putra satu-satunya yang selalu duduk di kursi roda, dia semakin merasa menderita. Dia ingin menyelamatkan putranya, dengan cara apapun.
Keluarga kaya Adia memang sudah turun temurun mempercayai hal-hal seperti itu. Kehadiran madam dengan lonceng itu bukan tanpa alasan, dia bahkan selalu ada di sekitar keluarganya sejak dulu. Karena selain mempercayai medis, keluarga Adia juga mempercayai madam lonceng.
“Jadi bagaimana madam? Apa gadis itu benar-benar memiliki aura yang bagus untuk anakku?” Tanya Kenan ingin memastikannya lagi.
“Aku tidak mungkin salah. Gadis itu cantik dan memiliki aura yang positif. Dan dari penglihatanku, gadis itu masih murni,” ucap madam lonceng, lalu dia menatap Tao dan Diana secara bergantian.
“Tapi kita harus tetap mengetahuinya lebih jauh lagi. Apakah gadis itu benar-benar masih murni atau tidak,” ucapnya lagi, membuat Tao dan Diana saling menatap satu sama lain.
“Maaf madam, saya ingin bertanya. Yang di maksud dengan gadis murni apakah seperti yang saya pikirkan? Bahwa gadis itu harus masih virgin?” Tanya Diana.
“Benar, gadis murni yang di maksud disini adalah gadis virgin,” ucap madam lonceng sembari menyeruput teh hangatnya.
“Gadis bernama Teresa itu belum menikah. Tidak ada yang perlu di khawatirkan,” ucap Kenan.
“Belum tentu,” balas madam dengan senyum tipis di wajahnya.
“Apa maksud dari ucapan madam?” Tanya Tao.
“Jika gadis itu mempunyai kekasih, bukankah dia mungkin sudah melakukannya?” Ucap madam sembari terkekeh.
Kenan langsung terpaku, dia menatap Diana dan Tao secara bergantian seolah mencoba mencari tau kebenarannya. Sementara Tao yang merasa sedikit marah dengan ucapan madam lonceng, dia langsung bangkit dari duduknya dengan ekspresi kemarahannya yang memuncak.
“Aku menjaganya dengan ketat, mengantar jemput dia dari sekolah dan tempat les. Aku juga selalu melarangnya untuk berhubungan dengan teman lelakinya, aku bisa menjamin bahwa Teresa adalah gadis yang baik,” jelas Tao sembari menahan emosi.
“Kenapa kau sangat serius menanggapi ucapanku?” Ucap madam lonceng sembari terkekeh.
“Saat pertama kali aku mengeceknya, aku sudah bilang bahwa dia adalah gadis murni, jadi tidak usah khawatir,” ucapnya lagi meletakan secangkir teh di depan meja.
Tao akhirnya duduk kembali di kursinya, Diana segera menggengam tanganya untuk menenangkan suaminya. Sementara Kenan akhirnya bisa bernafas lega sekarang, karena mempelai wanita untuk Arnold sudah di temukan.
“Jadi kapan sebaiknya pernikahan itu di langsungkan madam?” Tanya Kenan.
“Minggu depan,” ucapnya singkat.
Kenan langsung menatap Tao dan Diana, dia seperti meminta persetujuan dari mereka. Lalu saat Tao dan Diana mengangguk setuju, Kenan langsung tersenyum lebar kearah mereka seolah menunjukan rasa terimakasihnya.
Tidak berselang lama setelah kesepakatan waktu pernikahan berhasil, madam lonceng mulai berpamitan untuk pergi. Dia pergi terlebih dahulu dengan diantar oleh beberapa bodyguard milik keluarga Adia. Dan tinggalah di rumah ini, Kenan dan Arnold. Mereka harus membicarakan banyak hal dengan Tao dan Diana.
Suasana berubah menjadi sedikit tegang, apalagi setelah kepergian madam lonceng. Tao dan Diana sampai meremas tangan mereka sendiri karena ketakutan. Sesekali mereka menatap kearah Kenan dan Arnold secara bergantian.
“Aku akan berinvestasi dengan perusahaan Tao.”
“Aku juga akan memberikan saham milik perusahaan Adia untuk keluarga Tao setelah pernikahan selesai di lakukan,” ucap Kenan dengan nada penuh penekanan.
“Pada intinya, aku tidak mungkin tidak membantu kalian. Aku akan memberikan imbalan yang sesuai, karena kalian bersedia membiarkan Teresa menikahi putraku yang keadaanya seperti ini,” ucapnya lagi.
Kenan menatap Arnold dengan tatapan penuh kesedihan. Bahkan untuk berbicara pun dia tidak bisa, apalagi mengangkat jari tangannya. Sejak usia satu tahun, Arnold selalu seperti ini, tidak ada yang berubah darinya. Melihat keadaanya yang tidak pernah berubah, membuat keluarga Adia semakin mempercayai hal-hal seperti kutukan keluarga dan semacamnya.
“Bagaimana Tao? Diana? Apa ada yang kurang dari imbalan yang aku sebutkan?” Tanya Kenan, tatapannya beralih pada kedua orang dewasa di depannya.
“Semuanya adalah imbalan yang sangat berharga dan bermanfaat. Hanya saja ada satu hal yang ingin aku katakan,” ucap Diana dengan ragu-ragu.
“Katakanlah!” Tegas Kenan.
“Aku tau kau memiliki koneksi dengan pemilik firma hukum One Ring. Apa kau bisa memasukan keponakanku untuk bekerja disana?” Ucap Diana, dan langsung mendapatkan tatapan tajam oleh suaminya.
“One Ring?” Ucap Kenan terkekeh.
“Aku memang memiliki kenalan disana, tapi aku tidak bisa sampai memasukan orang untuk bekerja disana. Maaf, kurasa syarat ini bisa diganti yang lain,” lanjut Kenan dengan senyuman tipis diwajahnya.
Tao langsung mencubit lengan istrinya, dia menganggap bahwa Diana telah kelewatan untuk meminta hal itu. Padahal menurutnya, imbalan yang diberikan oleh Kenan sudah sangat lebih dari cukup dan memuaskan.
“Bisakah aku menggantinya dengan sebuah vila di pegunungan? Vila milik keluarga Adia!” Tegas Diana lagi, dan Tao sampai menutupi wajahnya dengan tangan.
“Setuju!” Ucap Kenan menatap Diana yang sudah menatapnya dengan mata berbinar.
“Mari kita bahas yang lain, tentang pernikahan itu, apakah ada yang perlu kami persiapkan?” Tanya Tao.
“Kalian hanya perlu menjaga gadis itu. Karena hatiku belum sepenuhnya tenang, mendengar gadis itu masih menangis dengan keras sampai detik ini,” ucap Kenan.
“Aku pasti akan mengurusnya, dia akan membaik setelah aku berbicara dengannya,” ucap Diana.
“Baiklah, kurasa aku harus pergi sekarang. Selamat malam calon besan!” Ucap Kenan dengan seringai di wajahnya.
Setelah kepergian Keluarga Adia, Tao dan Diana duduk sejenak di ruang tamu. Mereka saling terdiam satu sama lain, seolah mereka sedang sibuk dengan pikiran masing-masing. Sementara disisi lain, mereka masih mendengar tangisan Teresa yang tak kunjung berhenti. Membuat Diana sampai menutup telinganya dengan tangan.
“Diammm!!!” Teriak Diana dengan sangat keras, sampai Tao tersentak tak percaya.
Tapi tangisan itu masih tetap ada, bahkan suara gedoran pintu juga masih terdengar keras. Membuat Diana tak tahan lagi, dia melangkahkan kakinya setelah merebut kunci dari suaminya. Membuka pintu kamar Teresa, untuk melihat anak adopsinya yang masih menangis.
“Diam Teresa!” Bentak Diana setelah membuka pintunya, dia hanya menatap Teresa yang menangis sembari terduduk di lantai. Samar-samar dia melihat wajahnya dalam kegelapan.
“Ibu aku tidak ingin menikah dengannya, aku tidak menyukainya,” ucap Teresa dengan nada bergetar.
“Rasa suka dan cintamu bukanlah hal penting sekarang. Karena sejak kau makan sebutir nasi di keluarga Tao, pilihan hidupmu sudah bukan lagi milikmu sendiri.”
...----------------...