Jodoh Untuk Jenna
Villa Damash telah kehilangan keramaiannya sejak wabah Corona 19 melanda tanah air tahun lalu. Apalagi setelah beberapa kali daerah Bogor dan Puncak mengalami penutupan wilayah atau PPKM.
Lihat saja Karolina yang terus saja gelisah ketika satu persatu anggota keluarganya meninggalkan villa di Sabtu pagi ini dengan berbagai kepentingannya.
" Jenna, ayok jalan!" panggil si Bumil itu tak sabaran.
Padahal Jenna baru turun dari kamarnya di lantai dua, belum menikmati sarapan! Sampai perempuan muda yang masih bersaudara sepupu itu menyadari ketika menatap jam dinding di ruang makan yang luas itu, sudah hampir pukul 09.00.
" Santai, Neng!" elak Jenna.
Si Bibik sibuk menyiapkan berbagai hidangan di meja kayu jati panjang itu. Ada roti bakar, bubur ayam dengan berbagai toping juga nasi goreng sosis dan telur.
" Makasih, Bik Inah! " teriak Jenna ketika si Bibik berlari lincah keluar dari ruang makan, menuju rumahnya yang terletak di belakang rumah peristirahatan ini.
Jenna menikmati suapan demi suapan nasi goreng istimewa buatan si Bibik . Wanita itu dan keluarganya sudah lama mengabdi kepada Opa Damash sejak kakeknya itu masih aktif di dinas militer.
Maklum, Andrian Saputra Damash punya karier yang sangat cemerlang di bidangnya. Sehingga kehidupan ekonomi keluarga besar Damash pun terangkat. Dari prajurit biasa sampai menjadi jendral berbintang dua sebelum pensiun.
Sejak Jenna kecil dulu, segala tamu berdatangan ke rumah kakeknya itu dari teman seperjuangan, kolega bisnis dan kerabat seiring dengan berbagai kepentingan mereka.
Sehingga Opa Damash tidak hanya dapat membangun kompleks perumahan untuk keluarga di wilayah Sentul. Juga membangun villa sebagai bagian dari gaya kehidupan orang- orang kaya untuk berlibur atau sekedar weekend.
Jenna sebenarnya masih disibukkan dengan berbagai laporan yang dilakukan secara WFH. (Work From Home) di kantor Om Jon, adik mamanya yang dipercaya oleh Ayahnya Jenna memimpin kantor cabang ini.
Kemarin, kedua ajudan Opa menjemputnya di depan loby kantor agar Jenna mau ikut ke villa di Puncak. Terpaksa, Jenna mengikuti titah sang tuan putri tersebut. Takut Karolina menangis 7 hari 7 malam karena kecewa.
" Jenna, lama ..."
Teriakan kesal Karolina hanya dijawab oleh Jenna dengan matanya yang melotot.
" Ini yang benar, bumil. Kalau kita makan itu harus dikunyah sampai 32 kunyahan agar halus dan nyaman saat dicerna. Oce."
Karolina pun tak kalah set melawan pendapat sepupunya itu, " Kamu salah jurusan ternyata! Harusnya seperti Tante Arunika, Capek- capek kuliah sampai lulus cuman jadi tukang ngecap!"
Kesal, sebuah bantal penghias kursi terbang melayang. Karolina berhasil menghindar walaupun tubuhnya sekarang tidak langsing dan selincah dulu .
" Huh, KDRT!"
" Biarin, sana pergi sendiri ke atas! orang masih banyak kerjaan dipaksa dan diculik!"
Karolina tergelak. " Tapi si penculiknya macho dan ganteng, kan?"
Mau dibilang ganteng juga percuma, Om Dibyo dan Om Sarpan , adalah pria yang diperkenalkan Opa Damash sebagai asistennya di berbagai kepentingan dan usaha. Mereka juga sudah berkeluarga dan punya anak yang berusia remaja
Takut Bumil ngambek, Jenna keluar dari vila. Di halaman parkir villa sudah tidak ada mobil yang tadi malam berjejer sampai ke jalan di samping villa .
Tentu saja, kepergian Opa Damash dan Oma Frida ke Sukabumi tadi pagi pun dikawal oleh anak buahnya. Belum lagi Tante Amanda yang harus menengok kerabatnya di Jakarta. Juga Om Danang yang kejar tayang ke Surabaya.
" Cari apa, Non?" tanya Mang Suheri, suami Bibik Inah. Beliau tampak membawa berbagai sayuran hijau dari kebun di seberang villa.
" Mang nggak ada kendaraan lain apa? Karolina minta jalan ke atas!"
Keluarga Mang Suheri mungkin sudah tahu, tidak mudah menjaga Karolina yang sudah seminggu menginap di villa milik kakeknya ini. Acara ngidamnya itu tidak hanya membuat Kak Farhan, suaminya kelimpungan. Juga memusingkan keluarga yang mengurus vila ini.
Coba saja! Karolina minta makan rujak di tengah malam. Padahal belum musim buah mangga saat itu. Sampai kak Farhan menyuruh anak buahnya mencari ke pasar tradisional di kota Bogor untuk membeli mangga.
" Di belakang kayaknya ada, Non Jenna. Si Acep baru mengantar pesanan nyonya besar pada ibu Lia di depan sana."
Benar saja, di depan pintu masuk rumah keluarga Mang Suheri ada mobil sejuta umat berwarna hitam.
Di sebelahnya ada motor N-max terbaru milik anak Mang Suheri itu. Kalau bisa memilih, mau saja Jenna membawa motor itu sebagai test Drive.
" Gila aja gua naik motor, entar masuk angin .." Ocehan Karolina jadi semakin panjang lebar.
Bukan apa ? selama ini Jenna selalu bepergian dengan membawa city car yang matic. Jadi dia agak ragu- ragu menggunakan mobil tersebut yang masih serba manual.
Setelah dipandu selama lima menit, mengelilingi halaman bangunan utama villa Damash dan berbagai kebun dan sawah di sampingnya. Barulah Jenna bersiap- siap pergi.
" Mang Acep tetap stand by, ya ? Takut ada kesulitan. Bumil sudah nggak tahan, nih. mau jalan- jalan."
Kepergian mereka diiringi lambaian tangan Bik Inah dan dua cucu perempuannya, dari balkon lantai dua di atas rumah pegawai Opa yang paling loyal itu.
Selama perjalanan menuju ke jalan utama jalur puncak, mereka harus melewati beberapa kelokan tajam menurun dan menanjak. Sebagian di kedua sisi jalan ini juga banyaj berdiri villa pribadi dengan berbagai jenis bangunan.
Tak sampai 20 menit, mobil Avanza itu sudah berbelok ke kiri untuk mencapai jalur Puncak Pass sesuai dengan keinginan si Bumil.
Mungkin karena dampak penutupan beberapa tempat wisata di daerah ini, jadi kendaraan berjalan sangat lancar. Hanya satu atau dua kali, Jenna berpapasan dengan mobil pribadi yang semuanya bernopol polisi kota Bogor. Selebihnya adalah angkot, bus dan truk yang membawa berbagai barang.
Sungguh nyaman terasa, saat kendaraan itu mendaki di puncak Pass dan berbelok ke kanan, pada sebuah halaman masjid terbesar di jalan itu.
Tempat parkir yang biasanya sesak dan padat kini sangat lengang dan sepi. Di ujung lapak sana ada sebuah mobil Terios baru bernomor polisi sebuah daerah di wilayah Jawa Tengah.
" Alhamdulillah!" ujar Jenna lega. Dia membawa mobil yang umurnya cukup banyak itu dengan agak lega. Ternyata Mang Acep rajin juga membawanya mobil ini ke bengkel sehingga selama perjalanan tidak ada kendala.
" Nih, minum dulu!"
Karolina memberikan sebotol air mineral. Sepupunya itu turun sambil memakai masker penutup wajah dan kacamata hitam
branded . Walau bagaimana pun kebiasaannya sebagai model dan peragawati tidak akan luntur dari jiwa Karolina Anita Damash. Sebab profesi itulah yang dijalani sejak dia berumur 17 tahun, sampai kuliah lulus dan menikah.
Langkah kaki Jenna menuntun pada sebuah lapak yang menjual berbagai minuman. Tentu dengan meja dan bangku kayu yang memperlihatkan jalan raya Puncak Pass di depannya, dengan segala pemandangan lembah dan gunung di hadapannya.
Tak lama, segelas kopi luwak yang diminta Jenna segera disajikan oleh si Abang penjual. Sementara Karolina segera berburu ke berbagai lapak dan penjual jajanan yan sudah lama diinginkannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 266 Episodes
Comments
Christy amora
Haii kak ...
Cerita "Akhir Penantian Elina" mampir nih ..
jangan lupa mampir di ceritaku, 🙏
2022-11-08
1