Kedatangan teman lama yang tiba-tiba membuat Aruna sangat terkejut. Rasa iba Aruna terhadap teman lama nya membuka kesempatan hubungan antara suami dan teman lamanya.
Bagaimana kah kisah antara Aruna, suami, dan teman lamanya?
Follow IG @wind.rahma
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wind Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cerita Elona
Aruna masuk kembali ke dalam rumah setelah Gavin pamit untuk pergi lantaran mendapat telepon untuk urusan pekerjaan.
"Ibu, siapa yang datang?" Pertanyaan Elona membuyarkan lamunan Aruna.
"Sayang, kau di sini?" Aruna tidak menyadari jika putrinya duduk di sofa ruang tamu. Ia segera menghampiri bocah itu dan duduk di sampingnya.
"Siapa yang datang, bu?" ulang bocah itu.
"Oh, itu orang yang menanyakan alamat rumah sekitar sini, sayang. Elona mendengar apa yang orang itu katakan?"
Elona menggeleng. "Tidak, ibu."
Aruna menghembuskan napas lega.
"Ah ya, ibu. Tadi waktu kita sarapan dan botol susu ku terjatuh, aku melihat sesuatu di bawah meja."
Aruna mengerutkan dahinya. "Melihat apa, sayang?"
Elona memperagakan apa yang ia lihat tadi di bawah meja. Dia menggesekan kakinya pada kaki ibunya. Awalnya Aruna tidak paham dengan maksud putrinya.
"Kaki bibi Ziva seperti ini pada kaki ayah, ibu. Mereka sedang apa, ya?"
Seketika mata Aruna membulat, wajah nya menegang dan memucat. Tubuh nya merasa lemas. Apa yang di katakan Elona barusan seolah membenarkan ucapan Gavin, juga memperkuat dugaan nya atas kejadian semalam.
"Elona tidak mungkin berbohong. Dia bahkan sangat polos. Mungkin aku yang tidak tahu apa-apa selama ini," batin Aruna.
Tanpa ia sadari, setitik air mata jatuh dari pelupuk mata Aruna.
"Ibu, ibu kenapa menangis?"
Aruna langsung menyeka air matanya dan berusaha tersenyum di hadapan putrinya. Ia tidak boleh terlihat lemah. Dan mulai detik ini ia harus menyelidiki nya sendiri. Memastikan sendiri kebenarannya.
"Ibu tidak menangis, sayang. Ada kotoran masuk yang membuat perih mata ibu," jawab Aruna terpaksa bohong.
"Benarkah, ibu? Coba aku bantu tiupkan."
"Iya, sayang."
Elona meniup mata sebelah kanan ibunya.
"Sudah cukup, sayang. Mata ibu sudah baik-baik saja. Terima kasih, ya."
"Iya, sama-sama."
"Ah ya, apa yang tadi Elona lihat di bawah meja, lupakan saja. Tidak perlu di ingat, ya."
"Memangnya kenapa, ibu?"
"Sudah, lupakan saja."
"Baik, ibu."
Aruna mengusap pangkal rambut putrinya dengan gemas. Kembalinya Ziva mengalihkan perhatian nya.
"Sayang, kita ke kamar, ya. Ibu akan menemanimu belajar hari ini," ajak Aruna.
Ziva menghampiri mereka dan mereka melipir pergi dari sana. Senyum di bibir wanita itu memudar dan ia terlihat kebingungan.
"Aruna kenapa, ya?" pikirnya tanpa merasa bersalah.
Ziva kembali ke kamar. Ia menaruh tas berisi parfum, body lotion, dan lipstik yang ia beli dari minimarket. Dan yang tersebut ia dapatkan dari Aruna kemarin.
"Aruna pasti pulang nya malam lagi. Baguslah, aku memiliki banyak kesempatan untuk berduaan dengan Abian."
Ziva merebahkan tubuhnya, ingatan semalam dengan Abian membuat bibirnya mengembang dengan sempurna.
"Ah, Abian. Aku beruntung sekali bisa memiliki mu semalam."
Ziva memjamkan kedua matanya, menggigit bibirnya sendiri sementara kepalanya mengingat bagaimana agresif nya Abian. Ia tidak menyangka jika Abian melakukan itu dengan nya.
"Maaf ya, Aruna. Aku terlalu menginginkan suamimu. Oh Abian sayaaang ... "
Ziva memeluk guling sembari membayangkan jika yang di pelukan nya itu adalah Abian. Ia sudah tidak sabar menunggu pria itu pulang untuk mengulang permainan seperti semalam. Pokok nya, nanti jika Abian datang, ia harus melakukan nya lagi. Tidak perduli dengan apa yang akan terjadi nanti. Yang terpenting, ia bisa mendapatkan apa yang ia inginkan.
_Bersambung_