MISI KEPENULISAN NOVELTOON
Enam tahun hidup sebagai istri yang disia-siakan, cukup sudah. Saatnya bercerai!
Zetta menghabiskan waktu yang tak sebentar untuk mengabdikan dirinya pada Keenan Pieters, lelaki yang menikahinya, tapi tak sekalipun menganggapnya sebagai seorang istri.
Tak peduli Zetta sampai menjadi seperti seorang pelayan di keluarga Keenan, semua itu tak juga membuat hati Keenan luluh terhadap Zetta. Sampai pada akhirnya, Zetta pun memutuskan untuk menyudahi perjuangan cinta sepihaknya tersebut.
Namun, saat keduanya resmi bercerai, Keenan malah merasakan jika ada sesuatu yang hilang dari dalam hidupnya. Lelaki itu tanpa sadar tak bisa lepas dari setiap kenangan yang Zetta tinggalkan, di saat sang mantan istri justru bertekad membuang semua rasa yang tersisa untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiwie Sizo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Wajah Helia tampak menegang. Foto yang dikirimkan seseorang padanya barusan adalah foto-foto Keenan bersama Zetta. Yang paling membuat Helia syok saat melihatnya adalah foto Keenan sedang menggendong mantan istrinya itu sambil menembus hujan. Dan dilihat dari cuaca serta pakaian yang Keenan kenakan dalam foto tersebut, tampaknya waktu pengambilan foto adalah hari ini.
Helia menggenggam ponselnya dengan dada bergemuruh. Jika saja yang mengirimkan foto-foto tersebut adalah orang yang tidak dikenal, mungkin perempuan itu tidak akan terlalu mempercayainya. Tapi yang mengiriminya tadi adalah Kania, sahabatnya sendiri. Tidak mungkin sahabatnya sembarangan mengirimkan foto-foto seperti itu padanya jika tidak bisa dipastikan kebenarannya. Bahkan tak berselang lama setelah mengirim foto tersebut, Kania juga bahkan mengirim sebuah video pada Helia.
"Ada apa, Helia?" tanya Nyonya Brenda saat melihat Helia menatap layar ponselnya dengan wajah tak senang.
"Tidak apa-apa, Ma," sahut Helia sambil cepat-cepat menyembunyikan ponselnya. Dia tak ingin memperlihatkan foto yang dikirim oleh sahabatnya tadi sekarang karena masih ada Keenan bersama mereka.
Tentu saja Helia tak ingin Keenan merasa tidak senang dan menganggapnya sebagai tukang mengadu. Nyonya Brenda juga tak bertanya apa-apa lagi sampai mereka sampai di rumah.
Helia dan Nyonya Brenda masuk ke dalam rumah, sedangkan Keenan langsung kembali ke kantornya. Tak mau terburu-buru memberitahukan tentang foto di ponselnya tadi, Helia pun memutuskan untuk mengonfirmasi pada Kania terlebih dahulu prihal foto tersebut. Dia langsung pergi ke kamarnya dan menelepon sahabatnya itu.
"Dari mana kamu mendapatkan foto itu?" tanya Helia begitu Kania menerima panggilan teleponnya.
"Dari mana? Ya aku foto sendiri, memangnya dari mana?" sahut Kania di seberang sana. "Kamu melihat dengan mata kepalamu sendiri kalau Keenan sedang bersama mantan istrinya itu?" tanya Helia meyakinkan.
"Iya, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri. Tadi aku sedang ada urusan di sana, tiba-tiba aku melihat Keenan lewat. Tapi saat aku mau menyapa, dia lari begitu saja. Lalu karena merasa penasaran, aku juga ikut menyusul dari belakang. Tidak tahunya orang yang dia kejar sampai berlari seperti itu adalah Zetta," ujar Kania.
"Dia berlari mengejar Zetta?" Helia tampak agak membeliakkan matanya.
"Iya. Aku tidak tahu apa yang dibicarakan oleh Keenan pada Zetta, tapi kelihatannya tunanganmu itu begitu mengkhawatirkan mantan istrinya," sahut Kania.
Helia tak mengatakan apapun mendengar penuturan Kania, tapi raut wajahnya tampak mengeras. Jelas sekali terlihat jika saat ini Helia sedang tersulut emosi.
"Kamu sudah lihat video yang aku kirimkan tadi?" tanya Kania.
"Belum."
"Lihat saja videonya. Kalau kamu melihat, kamu juga pasti akan berpikir sama seperti aku. Kamu bilang kalau Keenan tidak mencintai Zetta sama sekali, tapi yang kulihat tadi sepertinya tidak begitu," ujar Kania lagi.
Apa yang diucapkan oleh Kania sukses membuat emosi Helia semakin tersulut. Perempuan itu pun langsung mengakhiri panggilan teleponnya dan membuka video yang dikirimkan oleh sahabatnya tadi.
Di sana terlihat Keenan dan Zetta sedang membicarakan sesuatu. Tak lama setelahnya, Zetta menjauh sambil menerima telepon dari seseorang. Tapi tak lama kemudian, Keenan tampak menghampiri Zetta dan menggendong mantan istrinya itu, lalu membawanya masuk ke dalam mobil. Keenan juga masuk ke dalam mobil dan mengemudikan kendaraan tersebut meninggalkan tempat itu.
Helia menghela nafasnya, lalu menaruh ponselnya begitu saja. Benar apa yang dikatakan oleh Kania tadi. Keenan memang terlihat sangat mengkhawatirkan Zetta, seolah lelaki itu memiliki perasaan yang dalam terhadap mantan istrinya itu dan belum bisa melupakannya meski mereka telah bercerai.
Helia pun jadi teringat pada kejadian di malam pertunangannya dengan Keenan, saat Zetta tiba-tiba datang tanpa diundang. Waktu itu, Keenan memang seperti membela Helia, tapi saat Zetta meminta kalung yang seharusnya untuk Helia sebagai hadiah permohonan maaf, Keenan malah memberikannya begitu saja. Lelaki itu tidak membuat Zetta dipermalukan padahal dia sangat bisa melakukannya. Awalnya Helia tak mau memusingkan masalah itu lagi karena bagaimana pun Keenan kini telah menjadi tunangannya. Tapi sekarang dia sadar kalau lelaki itu belum sepenuhnya dia miliki.
Keesokan harinya, Zetta terbangun di sebuah kamar hotel. Awalnya dia agak kebingungan saat melihat suasana ruangan yang asing begitu dia membuka mata. Tapi lalu dia teringat jika kemarin dia kehujanan dan nyaris pingsan. Terakhir Zetta mengingat jika Keenanlah yang telah menolongnya.
Apakah lelaki itu juga yang membawanya ke kamar hotel ini? Ah, sudahlah. Zetta tak mau terlalu memikirkannya.
Zetta sebenarnya merasa kalau kemarin seperti ada yang menyuapinya sesuatu, tapi tak tahu apa. Dia juga heran kenapa sekarang tubuhnya terasa benar-benar bugar, padahal kemarin kondisinya benar-benar sangat buruk. Tapi lagi-lagi dia tak mau memusingkan hal itu. Segera Zetta meraih tas tangannya yang berada di atas nakas, lalu mengambil ponselnya. Dilihatnya waktu telah menunjukkan jam tujuh pagi. Dia baru tahu kalau telah tertidur selama itu. Pantas saja kalau tubuhnya telah terasa jauh lebih baik.
Zetta pun menghubungi Arshi dan meminta sekretarisnya itu untuk membawakannya baju ganti ke untuknya. Dia mencari tahu lokasinya berada saat ini dan membagikannya pada Arshi. Dan Arshi mengatakan jika mobil Zetta sekarang telah diantar seseorang di depan kantor, sehingga Zetta meminta sekretarisnya itu untuk langsung membawakan mobilnya tersebut ke hotel tempatnya berada saat ini.
Setelah Arshi datang, Zetta langsung mandi dan berganti pakaian, lalu pergi ke kantor. menjelang siang, dia kedatangan seorang tamu penting. Seorang lelaki yang merupakan putra bungsu dari walikota yang sedang menjabat saat ini. Namanya Rayden. Dia memiliki postur yang tegap dan gagah, serta wajah yang menawan. Arshi saja sempat tertegun sejenak saat menyambut kedatangannya.
Rayden memperkenalkan sebuah program pada Zetta yang saat ini telah hampir rampung dikembangkan. Keuntungan yang didapat jika Zetta bekerja sama cukup menggiurkan, sehingga Zetta pun tertarik.
"Kalau boleh saya tahu, kenapa Anda menawarkan kerjasama atas program ini pada saya?" tanya Zetta kemudian setelah mereka selesai membahas tentang program tersebut.
Rayden tampak berpikir sejenak sebelum menjawab.
"Sebenarnya ini masalah pribadi saya. Saya dengar Anda mau bekerja sama dengan Andara, jadi saya menawarkan kerjasama ini agar Anda tidak bekerjasama dia," sahut Rayden kemudian.
Zetta tampak terdiam sejenak, sebelum kemudian meminta Rayden untuk menceritakan apa masalahnya.
"Saya ingin membalas dendam pada Andara," ujar Rayden. "Kekasih saya mengkhianati saya dan kabur ke luar negeri bersama anak lelakinya. Banyak sekali kerugian yang saya alami, jadi saya sekarang saya ingin membuat perhitungan."
Rayden menjeda kata-katanya sejenak.
"Tapi Anda jangan khawatir, di luar kepentingan itu, program yang saya tawarkan sungguh akan sangat menguntungkan jika Anda bersedia untuk bekerjasama," tambah Rayden lagi.
Zetta mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Baiklah, kalau begitu nanti saya akan langsung menemui penanggung jawab program tersebut untuk membicarakannya lebih lanjut," ujar Zetta akhirnya.
Rayden tersenyum, lalu mengucapkan terima kasih karena Zetta merespon dengan baik tawaran kerjasama darinya. Sebagai ucapan terima kasih Rayden pun mengajak Zetta makan siang bersamanya. Dan Zetta menerima ajakan tersebut.
Zetta dan Rayden turun ke lantai bewah bersama-sama untuk makan siang bersama. Namun saat tiba di lobi kantor, terdengar suara seorang perempuan paruh baya memaki-maki Zetta tanpa ampun. Siapa lagi kalau bukan mantan mertua Zetta, Nyonya Brenda. Melihat Zetta datang, perempuan paruh baya itu langsung mendekat dan mengangkat tangannya hendak menampar Zetta.