NovelToon NovelToon
Danendra Dan Rahim Simpanannnya

Danendra Dan Rahim Simpanannnya

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Keluarga / Angst / Pihak Ketiga
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: SunflowerDream

Danendra dan Alena sudah hampir lima tahun berumah tangga, akan tetapi sampai detik ini pasangan tersebut belum juga dikaruniai keturunan. Awalnya mereka mengira memang belum diberi kesempatan namun saat memutuskan memeriksa kesuburan masing-masing, hasil test menyatakan bahwa sang istri tidak memiliki rahim, dia mengalami kelainan genetik.

Putus asa, Alena mengambil langkah yang salah, dia menyarankan agar suaminya melakukan program tanam benih (Inseminasi buatan). Siapa sangka inilah awal kehancuran rumah tangga tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SunflowerDream, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Inseminasi buatan

Hari ini terasa lebih ringan, seolah semesta mulai mengangkat beban yang sempat menyesakkan dada. Masih ada sedikit rasa yang mengganjal, bayang-bayang kekhawatiran yang belum sepenuhnya pergi. Namun, setidaknya pagi ini disambut oleh senyuman yang seindah dan semempesona purnama sebuah harapan kecil kembali menyala, menghangatkan hati yang sempat memanas dan berdebar tidak beraturan.

Sudah dua hari Alena jatuh sakit, wanita itu memilih beristrirahat di rumahnya dari pada di bangsal rumah sakit yang penuh cerita tersirat. Lagi pula Alena mempunyai suami seorang dokter yang hebat jadi untuk apa ia repot-repot berada di tempat itu sungguh tempat ternyaman adalah di rumah sendiri.

Alena sejak tadi tidak berhenti tersenyum, wanita itu pagi ini dalam suasana hati yang baik. Bagaimana tidak selama tubuhnya jatuh sakit  suaminya merawat dan menjaganya dengan penuh cinta itu sungguh kenikmatan yang tidak akan ia sesali.

"Sayang, hari ini kamu mau aku antar atau pergi sendiri?" Hening walau sudah menunggu beberapa detik pertanyaan yang Danen lontarkan menguar bersama kepulan asap bubur di hadapannya

"Hey! Alena istriku!" Danen heran istrinya tidak menjawab panggilannya dari tadi, anak itu hanya menampilkan wajah yang berseri-seri seraya terus menatap suaminya yang sibuk menyendok bubur lalu meniupnya.

"Lena?" Danen menghela napas dia meletakkan lagi satu sendok bubur yang sudah dingin lalu secara tiba-tiba mengecup singkat bibir Alena yang terus tersenyum, "Astaga!" Alena tersentak akibat serangan tiba-tiba itu.

"Melamun, kebiasaan pagi-pagi sudah melamun nanti kesurupan siapa repot!" Keluh Danen sambil mengunyah kerupuk yang baru saja dia raih setelah kembali ke posisi duduknya  .

"Siapa yang melamun sih!" Elak Lena membela diri, padahal wanita itu memang melamun. Dia sedang  membayangkan rumah ini akan diisi celoteh berisik anak kecil yang menolak untuk makan salad sayur buatan ayahnya. Lamunan ini bukan tanpa alasan, tadi malam Lena memang bermimpi rumah tangga mereka semakin indah karena kehadiran bocah laki-laki yang mirip sekali dengan Danen, ia ingin sekali mewujudkan itu apapun caranya.

"Terus kalo enggak melamun, coba ulangi tadi aku nanyain apa?" Seru Danen dengan tatapan menyelidik, Alena kebingungan ia mencoba mengarang kalimat.

"Kamu nanya aku udah mandi atau belum? iyakan?"

"Ppfftt ㅡ Hahaha! ngarang banget. Pertanyaan macam apa itu suami mana yang akan menanyakan istrinya sudah mandi atau belum padahal sudah jelas istrinya sudah tampil  cantik dan harum."

Alena menggerutu kesal melihat sang suami mentertawakannya habis-habisan, "ayo jawab lagi sampe benar!" Danen belum puas, dia masih memasang tampang jahil siap akan mentertawakan Alena apabila wanita itu menjawab secara asal lagi.

"Iiihhh, gak tau gak tau. Lagian kamu ngomongnya kecil banget mana aku dengar, kamulah yang salah ngomongnya gak jelas."

"Lah koq nyalahin aku, orang kamu yang memang melamun."

"Iya aku melamun, sekarang aku tanya balik kira-kira kamu bisa nebak gak aku ngelamunin apa pagi-pagi gini?" Serangan tiba-tiba Alena seketika membuat tawa Danen terhenti, pria itu terlihat berpikir dan tidak lama kemudian ia tersenyum jahil.

"Sudah pasti kamu ngelamunin kegiatan kita tadi malam kan? pasti kamu masih terbayang-terbayang secara suami kamu perkasa kaya gini!" Jawab Danen asal, ia hanya mengeluarkan  apa yang ada di otaknya tanpa disaring terlebih dahulu.

Alena mengernyit mendengar jawaban Danen, "apa, sih, otak kamu kotor banget."

"Loh, emang kamu enggak?"

"Danennn!!!" Alena merasa kesal dengan candaan Danen yang tidak tahu tempat, ia berhenti mengunyah lalu berdiri dan memukul-mukul pundak Danen pelan, "sakit Lena, pelan-pelan aja sayang!" Danen berpura-pura memasang wajah kesakitan,padahal pukulan istrinya lembut sekali terkesan seperti sedang memberi pijatan.

"Ya udah karena kita sama-sama salah menebak sekarang saatnya babak evaluasi, cepat kasih tau aku apa yang kamu lamun kan pagi-pagi gini!"

"Gak mau, kamu dulu!" Alena tidak menyerah begitu saja, ia membalikkan pernyataan suaminya.

"Oke oke aku dulu, dasar anak bungsu gak mau ngalah."

“Aku cuman nanya pagi ini Alena yang sudah cantik dan rapi  mau  diantar sama suaminya atau pergi sendiri?”

“Kamu gak usah anter aku, kita beda arah. Arah rumah sakit sebentar lagi macet kalo kamu nganter aku yang ada kamu telat kerjanya, nanti dimarahin kak Leon. Aku nanti jam 8 dijemput sama Indri tenang aja.”

“Baik istriku, perintah dilaksanakan.”

Alena hanya tersenyum tipis dan sibuk kembali mengunyah sarapannya, Danen dengan sabar  menunggu giliran Alena yang  bercerita. Alena berdiri setelah suapan terakhir ia bersiap akan mencuci piring. “Ettsss tunggu sayang.” Danen menahan tangan Alena, istrinya itu hanya sedikit cengo karena pergerakkannya  terhenti.

“Kamu jangan pura-pura polos, kamu harus cerita apa yang kamu lamun kan tadi jangan mengelak!”

Lena duduk kembali, “bukan apa-apa nanti saja ya?”

“Gak mau harus sekarang, jangan buat aku penasaran.” Danen sedikit menekan kalimatnya.

Bola mata Lena bergerak gelisah, ia tidak tahu pembicaraan ini akan merusak suasana pagi atau malah memotivasi mereka, setelah mempertimbangkan Lena harus membicarakan ini sebenarnya sudah lama ingin ia bahas tapi penuh keraguan.

“Danen kamu tau beberapa minggu ini aku selalu  memimpikan anak kecil laki-laki usianya sekitar tiga tahunan dan dia mirip sekali kamu.”

Wajah Danen yang semula cengengesan berubah menjadi serius, tidak disangka Alena malah membicarakan topik berat seperti ini.

“Anak itu lucu sekali, ia selalu ikut sarapan bareng kita, menangis tertawa, banyak sekali ekspresi yang dilalui anak itu dalam mimpiku.”

“Lena?” Danen menggenggam tangan istrinya, ia memberi isyarat agar Lena memberhentikan ceritanya ia tahu ini hanya topik yang akan menggores Alena.

Tapi Alena terlihat bersemangat, ia terus melanjutkan ceritanya, “kamu tau sayang, semua orang  bahagia akan anak itu, aku juga bahagia dia anak yang menggemaskan.”

“Ayo Danen wujudkan mimpi itu, aku sangat ingin bayi di rumah kita.” Seru Alena penuh semangat.

“Kamu yakin? Kita butuh waktu untuk mengadopsi bayi sayang, kalo sekarang kita adopsi bayi orang-orang akan tau kamu memang tidak bisa hamil, aku takut mereka akan semakin menjahatimu.”

“Adopsi? Bukan adopsi Danen, seorang bayi yang kita lahirkan darah daging kamu.”

Danen menghembuskan napasnya kasar, sepertinya Alena masih sakit ia masih saja berbicara melantur.

Danen berdiri ia memeluk istrinya, “sayang maafkan aku, maaf!” pria bersurai hitam pekat yang ditata rapi itu terus memeluk istrinya, ia tidak sanggup jika harus mengingatkan Alena rumah tangga mereka tidak mungkin akan melahirkan bayi, Alena pasti sangat tertekan hingga melupakan fakta  akan kemandulan dirinya.

“Sayang sekeras apapun kita berusaha, bayi itu tidak pernah lahir. Tolong jangan begini Lena!” Tanpa diduga Danen meneteskan air mata, ia sedih sekali membayangkan betapa hancurnya perasaan sang istri, sudah tiga tahun lamanya luka Lena belum juga sembuh. Ia masih ingat sekali tiga tahun lalu istrinya saat dinyatakan tidak memilki rahim begitu tertekan, bahkan Danen hampir kecolongan Lena pernah berbuat nekat untuk mengakhiri hidupnya.

“Aku baik-baik saja Lena tanpa seorang anak, aku sanggup sayang hidup berdua saja denganmu sampai akhir.”

“Tapi Danen bagaimana dengan orang tua kamu? Mereka hanya memiliki kamu, jika bukan dari kamu dari mana mereka akan mendapatkan cucu.”

“Siapa peduli, ini hidup kita Lena tolong jangan memikirkan perasaan orang lain.”

Alena bingung kenapa suaminya terlihat sesedih ini, apakah Danen benar-benar hancur memiliki seorang istri mandul seperti dirinya, jika iya Alena merasa dirinya jahat sekali.

“Danen!”

“Hm? Tetap seperti ini Alena, aku malu jika kamu melihat air mataku.”

Entah mengapa Alena sedikit berdecih, mendengar penuturan Danen barusan malu katanya, ya Tuhan lucu sekali pria ini.

“Danen aku baik-baik saja, bisakah kamu melepaskan pelukan ini ayo duduk.”

Danen menurut, ia melepaskan pelukan itu dan duduk tenang dengan wajah yang  menatap lantai, ia sangat malu jika harus menangis di hadapan istrinya.

“Maaf jika aku tidak sempuna Danen.”

“Tapi kamu tau, aku bersyukur sekali kamu mau menerima aku apa adanya, sebagai rasa syukur itu aku rela Danen kamu memiliki anak dari rahim orang lain.”

Huk huk huk!

Danen tersedak mendengar penuturan istrinya barusan, Alena benar-benar sakit sepertinya Danen akan bolos kerja hari ini dan merawat Alena.

“Kamu bicara apa Alena?”

“Aku berencana ingin kamu memiliki anak dari rahim wanita lain, karena dari rahimku tidak mungkin, aku wanita tanpa rahim Danen, kamu taukan?”

“Lena berhenti ngelantur, jangan aneh-aneh!”

“Aku serius Danen!” Pria yang duduk gelisah di hadapan Alena mengkerutkan keningnya, tidak habis pikir dengan apa yang ada  dalam benak Lena. Apa mungkin istrinya berencana membiarkan dirinya menikahi wanita lain hanya demi seorang anak? Itu sungguh menakutkan bisa-bisa  Danen langsung dibunuh sama Aleon.

“Kamu… ” Danen menganga tidak percaya dengan apa saja yang baru terlintas di otaknya.

Akh!

Pria yang masih kalut dengan pikirannya sendiri tiba-tiba meringis saat bahu lebarnya ditampar oleh Lena tanpa aba-aba, “jangan berpikir macam-macam Danen!” Tukas Lena  yang  terlihat  sedikit garang.

“Danen kamu tau proses Inseminasi Buatan?”

“Artificial Insemination? Program tanam benih? Ya tentu saja  aku tau.”

“Mari kita coba program itu Danen.” Seru Alena bersemangat.

Danen masih dengan wajah bingungnya, “bagaimana bisa sayang, kan kita sama-sama sudah tahu kamu tidak memiliki rahim, kita gak mungkin melakukan program itu.”

“Bukan kita tapi kamu!”

“Maksud kamu apasih Alena jangan buat aku pusing.”

Alena meneguk air putih  sebelum melanjutkan kalimatnya, ia tersenyum tipis lalu menatap serius bola mata suaminya yang memancarkan cahaya harapan.

“Mari kita coba dengan  menyewa rahim wanita lain. “

“Hah?”

“Maksud aku gini sayang, mari kita cari wanita yang bersedia rahimnya kita sewa tentu kita harus membayar mahal.”

“Itu ide gila Lena.” Danen memotong ucapan Alena, membuat Alena menatapnya semakin dalam.

“Aku sudah mempertimbangkan ini. Beberapa minggu  lalu aku berkonsultasi dengan dokter Via. Menurutnya kita bisa memiliki anak dengan program itu.  Kita bisa melakukan tanam benih dan penitipan sel telur di rahim orang lain Danen.”

“Tapi yang Via katakan, untuk sel telur yang kita titipkan  itu kesempatannya 20 persen karena kita menanamkan benih di orang lain bisa saja sel telur lokal yang lebih dominan. Tapi itu tidak jadi masalah, yang  penting kita bisa melahirkan bayi.”

“Lalu wanita mana yang rela diperlakuan  seperti itu?”

“Biarkan aku yang mencarinya Danen, tentu aku harus mempertimbangkan banyak hal karena tidak gampang mencari wanita yang rela kita ambil anak yang dilahirkannya.”

Danen menatap ragu, ia menghembuskan napas berkali-kali.

“Percaya kepadaku sayang!”

Dengan berat hati Danen mencoba mempertimbangkan ide gila sang istri. Sebenarnya masuk akal juga ia bisa memiliki anak dari wanita lain tanpa harus berhubungan. Tentu ini tidak akan menyakiti perasaan Alena karena Danen sama sekali tidak akan berhubungan dengan wanita itu, ia hanya perlu menanamkan benihnya di sana dan ia berharap jika memang berhasil setidaknya sel telur Alena yang juga  ditanamkan di sana nanti berhasil terbuahi, dengan begitu anak itu akan mewarisi segalanya yang ada pada Alena dan Danen.

Bersambung.

1
Rafly Rafly
perempuan bodoh.. udah cacat dalam gampang di kibulin pula..l
Phoenix Ikki
Siapin tisu buat nangis 😭
Oralie
ceritanya keren banget, thor! Aku jadi ketagihan!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!