Ig : @emmashu90
Gara-gara salah masuk kamar, Zalfa terpaksa harus bertemu pria asing yang membuatnya kehilangan sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya. Kejadian dadakan itu membuatnya batal nikah dan kemudian salah nikah. haduuh
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emma Shu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28.
Tini menyambar botol hijau kecil di atas meja dan menyerahkannya kepada Soleh. Soleh mengetukkan benda hijau kecil itu ke telapak tangannya kemudian ia letakkan jarinya ke depan hidung Zalfa. Lembut ia memanggil, “Zalfa! Zalfa!”
Beberapa kali usaha itu ia lakukan, akhirnya berhasil. Pelan kelopak mata Zalfa terbuka.
“Alhamdulillah….” Tini menjerit senang. “Akhirnya Kak Zalfa siuman juga. Tini takut banget, Kak.”
Zalfa memejamkan mata sebentar dan memulihkan ingatan. Kembali membayang kabar tentang tenggelamnya kapal yang ditumpangi Faisal. Air matanya kembali meleleh.
“Jangan terlalu dalam memikirkannya. Segala yang terjadi merupakan kehendak Yang Maha Kuasa,” ujar Soleh. “Jangan biarkan kita diperalat akal dan nafsu. Sedih boleh, tapi jangan berlarut-larut. Semua hanya titipan. Pasti kembali pada yang menciptakan.”
Kalimat itu berhasil membuat Zalfa tersadar harus tabah, tegar dan kuat. Benar, Allah yang memiliki kehendak. Allah pula yang mengatur rencana. Semua manusia pasti kembali pada Allah.
“Soleh, aku dan Faisal udah melewati banyak hal.” Baru kali ini Zalfa mengungkapkan segala yang ia rasakan pada sosok Soleh yang selama ini jarang mengobrol dengannya, mereka hanya sekedar bertegur sapa sekedarnya saat berpapasan di depan rumah. “Kami telah sepakat untuk menikah. Tapi kenyataan berkata lain.”
“Jodoh dan maut itu Tuhan yang atur, kita hanya bisa menjalani sesuai yang dgiariskan. Apa kamu mengeluhkan keadaan ini?”
Zalfa terdiam. Soleh berkata benar, ia tidak boleh mengeluh apalagi protes atas ketentuan yang Allah tetapkan.
Ya Allah, kenapa untuk ikhlas dari ujian yang Engkau berikan begitu sulit? Astaghfirullah… Zalfa beristighfar dan menyabarkan diri. Ia mengharap keajaiban dari Allah. Dalam hati ia berdoa,
Ya Allah… Tunjukanlah keajaiban dan kebesaran-Mu. Berikanlah secuil nafas kepada Faisal. Jika memang Faisal adalah jodohku, maka selamatkanlah dia. Tapi jika memang menghadap pada-Mu adalah yang terbaik, maka kupasrahkan semua pada-Mu.
Doa itu terus mengalir dalam hatinya.
***
Ismail menatap lekat-lekat secarik kartu kecil yang ia ambil dari tas milik Zalfa tanpa sepengetahuan adiknya itu, tak lain kartu nama Arkhan. Pria itu memarkirkan mobil di dekat pagar besi setinggi dua meter. Sekilas bola matanya menatap rumah elit yang terbangun kokoh di dalam pagar.
Tidak ada satpam sebagai pengaman rumah mewah itu. Ismail memasuki pintu gerbang dengan mudahnya. Ia memencet bel pintu setelah sebelumnya melintasi halaman luas yang bersih, namun sayangnya halaman seluas itu tidak ada bunga ataupun tanaman yang menghias. Hanya ada patung sebagai air pncur sebagai penyejuk mata.
Lama menunggu da tidak ada yang membukakan pintu. Ismail mendorong pintu yang ternyata begitu mudah terbuka.
Sekilas pandangan Arkhan menatap gambar Yesus yang dipajang di dinding.
“Arkhan!” teriak Ismail. Ia tidak melangkah masuk, masih berdiri di ambang pintu dan mengedarkan pandangan ke dalam rumah.
“Hm, ya! I’m here!” Arkhan yang sedang asik mengetik di laptop, memutar kursi putarnya hingga menghadap ke arah pintu. Ekspresinya tidak pernah berubah, tetap tampak tenang meski melihat kedatangan Ismail yang secara tiba-tiba. Sorot mata gelapnya terpaku di manik mata Ismail. “Aku kedatangan tamu rupanya, masuklah!” Rileks sekali ia mengucapkan kalimat itu, tanpa mengubah posisi duduknya yang santai.
Ismail melangkah masuk. “Kau pasti tahu apa maksud kedatanganku kemari, bukan?” Ia meletakkan kedua telapak tangannya di meja hingga tubuhnya sedikit menunduk sembari menatap wajah Arkhan.
Arkhan hanya mengangkat alis.
TBC
dia sdah tanggung jawab dg kesalah fahaman dan banyak berkorban ...ikuti nasehat Ismsil kakakmu