Pertempuran Wanita Jelek

Waktu berlalu dengan cepat, tak ada yang berubah. Alana masih hidup serumah bersama dengan suami juteknya.

Malam menyambut seperti biasa Alana sedang menyiapkan menu makan malam.

“Sudah kak,” ucap Alana setelah menghidangkan semua masakannya di meja makan.

Zayn menghentikan bermain ponsel lalu menatap ke arah meja makan. Menu masakan kali ini adalah ayam goreng dengan sayur capcay sungguh menggugah selera, dari tadi dia memang sudah kelaparan. Apalagi menu kali ini dari ayam yang merupakan kesukaannya.

Alana masih berdiri melayani Zayn mengisi nasi di piringnya. Oh dia sudah seperti berperan sebagai istri yang baik saja.

Alana duduk setelah tugasnya selesai. Ia pun hendak mengisi piringnya namun terhenti saat suara dering ponselnya berbunyi.

Alana meraih ponsel di saku celana membaca nomor yang tertera.

Alisnya mengerut saat tak mendapati nama di layar ponselnya.

“Nomor siapa ini? Apa telepon perkerjaan,” gumam Alana.

Alana menatap Zayn yang makan dengan lahap.

“Nanti saja aku jawab, jika aku menjawab sekarang dia tidak akan menyisahkan aku makanan,” batin Alana.

Alana meletakkan ponselnya di pinggir meja. Dia pun memutuskan tak mengangkatnya, dia tidak ingin jika menjawab panggilan, sama seperti yang sudah-sudah Zayn akan menghabiskan makanan.

“Kenapa kau tidak menjawab?” tanya Zayn saat melihat Alana hanya diam.

“Tidak nanti saja!” sahut Alana. Apalagi dia sudah melihat Zayn terlihat telah mengambil ancang-ancang.

“Gawat jika aku menjawab panggilan, dia pasti akan memakan semuanya, apalagi ini ayam goreng,” batin Alana sudah tahu kebiasaan pemuda ini. Kali ini dia tidak akan tertipu.

Mengabaikan panggilan Alana lalu mengisi piringnya setelahnya mulai makan bersama dengan Zayn.

Alana mengira jika mengabaikan panggilan maka bunyi ponselnya akan berhenti, ternyata tidak. Ponselnya terus berdering.

“Vampir China ponselmu berisik sekali, mengacaukan selera makan saja! Pergi dan jawab panggilanmu itu!” usir Zayn.

Mengacaukan selera makan katanya, Alana mencebikkan bibirnya, ini yang kau tunggu aku pergi dari meja makan ini, gerutu Alana dalam hati.

Tak punya pilihan Alana lalu meraih ponselnya mulai menjawab panggilan, tapi kali ini dia bertahan tidak mau pergi dari tempatnya.

“Halo!” ucap Alana. “Dengan siapa ini?”

“Ini aku Arion,” jawab suara di seberang sana.

“Arion.”

Arion, ya ampun seketika wajah Alana merona. Demi apa artis ini menghubunginya.

Zayn berhenti menyuap makanan ke mulut. Mengapa sepupunya itu menghubungi Alana.

Alana menarik napas memperbaiki detak jantungnya. Jiwa noraknya kembali meronta.

“Ya Arion, ada apa?” tanya Alana dengan tersipu malu.

Zayn yang melihat tingkah Alana mendesah kasar saat melihat Alana yang bak putri malu yang di sentuh layu, meleleh saat tahu dia mendapatkan telepon dari artis.

“Minggu depan pemutaran filmku dan Besok akhir pekan, aku libur, bagaimana jika bertemu. Sekalian aku akan memberimu tiketnya.”

“Besok ya.”

“Iya, ingat kau juga punya hutang traktir padaku.”

“Tunggu sebentar.” Alana menjauhkan ponselnya. Menatap ke arah Zayn.

“Kak Zayn, Arion mengajakku bertemu dan akan memberiku tiket nonton gratis, apa aku boleh pergi,” tanya Alana walau bagaimana pun yang memiliki kuasa untuk izin adalah pemuda ini.

“Terserah! Aku tidak peduli, yang penting kau lakukan tugasmu! Sebelum kau pergi!” sosor Zayn dengan ketus.

Lengkungan senyum terbit di wajah Alana, hanya tugas rumah, kecil baginya hanya memasak dan membersihkan rumah dia bisa mulai lebih awal. Yess dia bisa pergi bersama Arion dan mendapatkan tiket gratis.

Alana kembali membawa ponselnya ke telinga.

“Ya, baiklah besok kita bertemu,” putus Alana.

Sambungan telepon terputus, Alana mendekap ponselnya di dada sambil, tersenyum. Ah bak menang undian dia di telepon Arion dan dia bisa jalan-jalan bersama sungguh kesempatan langkah.

“Aku akan pamer pada ibu, Ibu anakmu ini jalan-jalan dengan artis nomor satu Jerman.” batin Alana.

Zayn tergelak merotasi mata jengah melihat gadis centil ini begitu senang mendapatkan telepon Arion. Dasar genit.

***

Matahari telah naik sinar teriknya menyengat kulit, hari ini adalah waktu Alana untuk bertemu dengan Arion. Sudah sejak tadi Alana membersihkan rumah. Sesuai apa yang di katakan oleh Zayn jika dia boleh pergi jika telah melakukan tugasnya.

Uhg, ini adalah tugas terakhir mengepel lantai.

Alana menatap Zayn sedang berbaring di sofa panjang sembari bermain ponsel.

Ck, Benar-benar seperti yang mulia raja saja, hanya butuh dayang-dayang yang memegang kipas di belakangnya dia sudah seperti Firaun, oceh Alana dalam hati sembari tangannya mendorong alat pel, sedangkan dia bak pembantu.

Setelah beberapa saat tugas Alana telah selesai. Gadis ini pun menarik napas lega. Akhirnya kini dia harus bersiap.

Tak membutuhkan waktu yang lama Alana telah rapi. Memakai dress berwarna pink dia terlihat begitu cantik, bagaimana tidak dia akan bertemu dengan seorang artis.

Gadis ini telah berdiri di hadapan Zayn hendak meminta izin untuk pergi.

“Kak Zayn semua tugasku telah selesai aku boleh pergi kan,” ucap Alana mengukir senyum manis berdiri di hadapan Zayn.

Zayn mengarahkan pandangannya pada Alana, lalu mendengus kesal melihat penampilan Vampir China yang terlihat tidak seperti biasanya, total sekali dia, hanya bertemu artis.

Zayn lalu duduk di sofa, merentangkan tangannya lalu menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa.

“Hari ini aku libur, rasanya aku ingin makan yang enak, sepertinya rendang bagus juga,” ucapnya dengan nada mengalun.

Rendang ... pikiran Alana mengudara rendang adalah makanan yang menggunakan banyak bumbu rempah dengan durasi memasak berjam-jam.

“Kau harus membuatkannya sebelum kau pergi!” tukas Zayn santai, lalu kembali berbaring menatap layar ponselnya.

Hah, apa?

Alana tercengang dengan mulut terbuka lebar. Rahangnya seakan ingin jatuh. Mendengar perintah Zayn untuknya.

Bagaimana-bagaimana? apa dia bilang tadi? Dia akan makan rendang dan Alana yang akan membuatkannya. Ini Gila, Oh astaga dia harus pergi. Dia punya janji. Rasanya Alana ingin berguling-guling di lantai karena ulah lelaki menyebalkan ini.

Zayn kembali menatap Alana yang melongo bak jiwanya lepas dari raga.

“Dan aku suka rendang jika bumbunya di ulek langsung tidak pakai blender. Lebih khas,” kata Zayn lagi santai lalu kembali menatap ponselnya, cengiran samar menghiasi wajah tampannya.

Apa ...

Jeduar ...

Tidak boleh di blender.

Alana hanya tercengang berdiri di tempat bak di sambar petir mendengar perintah Zayn. Ini gila bisa sampai jam berapa dia selesai?

Bagaimana dengan pertemuannya dengan Arion.

****

Ya elah bang bilang aja ngak usah pergi, ribet amet.

Like

Coment

Vote ....