Hi readers, dukung terus penulis ya. ini karyaku yang kedua setelah ' Terimakasih untuk, lukaku'. berikan saran ya, supaya penulis bisa menulis lebih baik di tulisan berikutnya.
Tulisan ini bercerita tentang kehidupan seorang gadis dan seorang pria yang berbeda status soaial. Tapi meninggalkan satu tali yang harus mempertemukan mereka. Tanpa kesengajaan mereka sudah menyandang status orang tua.
Ira Kusuma, gadis desa yang pintar, tapi sangat pendiam dan tidak gampang untuk bergaul. Karena keadaan tidak sadar tuannya sudah meninggalkan satu nyawa dirahimnya, yang tidak diketahui oleh sang tuan.
Marcel Sanjaya, Seorang pengusaha sukses, kaya raya dan berwajah tampan. istrinya seorang wanita cantik model papan atas. Laki-laki yang sudah memporak - porandakan hidup Ira.
Satrio atau Rio, anak yang awalnya tidak diharapkan kehadirannya, ternyata berkah terindah buat semua keluarganya.
Bu Ani, ibu dari Ira yang selalu menemani anaknya dalam susah dan sedih.
Bu Clara, orang tua Marcel yang baik pada semua orang tanpa melihat status.
Pak Kamal, orang yang bekerja dirumah Marcel dan banyak membantu Ira dan ibunya.
SELAMAT MEMBACA YA, SEMOGA SUKA🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Neo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 28 AKU MEMAAFKANNYA
Melihat Rio yang senang memiliki ayah, hati Ira tak urung jadi trenyuh. Biar bagaimanapun bencinya sama Marcel kalau itu kebahagiaan Rio maka dia akan berusaha mengalah. Biar bagaimanapun dia adalah seorang ibu yang mengutamakan kebahagiaan anaknya.
"apa Rio senang banget punya ayah",? tanya Bu Ani sendu yang juga diangguki oleh Bu Clara.
"iyalah nek, berarti nanti ada yang bantuin aku belajar sama bermain"
"iya sayang"ucap Bu clara sendu, kasihan lihat cucunya yang selama ini kehilangan sosok ayah, padahal mereka saling merindukan.
"Rio ke rumah Reza ya nek, janji tidak nakal" ucapnya sambil melangkah keluar dengan dua jari diatas membentuk huruf v.
"hmmmmm"
"Ra, kamu lihat Rio nak, kamu lihat wajahnya, kamu lihat betapa bahagianya dia punya seorang ayah, maafkan Marcel ya, demi anakmu, demi masa depannya", ucap Bu Ani serius tapi lembut.
"iya nak, Marcel itu sudah sangat menyesal, dia sudah gunakan semua kemampuannya untuk mencari kamu. bahkan sejak dua tahun lalu, sejak dia hampir mati karena kecelakaan, dia sudah fokus mencari kamu. ibu saja sampai tidak tega melihatnya, apalagi sewaktu pak Kamal cerita tentang keadaanmu yang trauma dan hamil , dia sangat merasa bersalah nak. Satu lagi Ra, Ingrid selalu mengatakan Marcel laki-laki lemah makanya mereka ngga punya anak, makanya kemarin begitu diceritakan tentang Rio dia seolah dapat mukjizat". cerita ibu Clara.
"Ra, mungkin kamu belum bisa memaafkan Marcel nak, tapi izinkan kami ikut membesarkan Rio ya. biar bagaimanapun Rio itu juga cucu saya darah daging Marcel"
Ibu Ani manggut-manggut mendengar penuturan ibu Clara.
"Ra, setiap orang pernah bersalah nak, tak terkecuali Marcel. Ibu juga kalau ingat semua masa lalu itu, ibu sangat marah dan kecewa, tapi apa gunanya nak. Kamu harus bangkit. ambil hikmah dari kejadian ini, mungkin kalau bukan begitu kejadiannya kita tak akan memiliki Rio. Kamu lihat kan betapa indah ciptaan Tuhan, Rio sangat pintar walaupun kita hanya makan tempe tiap hari. dan kamu lihat Rio juga yang membuat dia ketemu ayahnya, dengan prestasinya pak Nirwan menawarkan dia ke sekolah harapan yang ternyata punya ayah dan kakek dan neneknya. Siapa yang menyangka Ra, kalau mama tahu itu sekolahan pak Sanjaya saya tidak akan mau kesana Ra", kenang Bu Ani.
"iya sayang, ikatan darah itu sangat kuat", ucap Bu Clara. "tapi kamu ngga usah mikirin terlalu berat, kamu harus santai ya, mulai sekarang jangan suka mendam masalahmu, cerita sama mama" ucap Bu Clara lembut dan masih setia mengusap rambutnya.Entah kenapa Ira semakin lebih tenang dengan usapan tangan Bu Clara, apalagi Bu Clara juga sangat menyayangi Rio.
Setelah lama bercerita hari sudah agak malam.
"oh ya Bu Ani, sudah malam, kami pamit dulu ya, besok kami main lagi. tolong bolehin kami sering kesini ya Bu", pamit Bu Clara.
"iya Bu" jawab Bu ani
"Ra, mama pulang dulu ya, besok mama main kesini lagi", pamitnya sama Ira.
"iya bbbuu", jawabnya masih gugup.
"Ra boleh Marcel kesini pamit sama Bu ani'? tanyanya hati-hati jangan sampai Ira shock lagi.
"iya nak, boleh ya,? ibu ngga mau kamu dikuasai dendam, kamu harus belajar menghadapi kehadiran Marcel karena ada Rio, demi Rio" jelas Bu Ani.
"iya ma, papa nginap sini kan, kata Reza tadi papa sama mamaku kenapa ngga tidur bareng, kok rumah kita disini rumah papa disono."
Ira bingung menjawab, apalagi menjawab pertanyaan anaknya.
"iya Rio, sabar ya nak, kamu berdoa supaya kamu bisa segera tidur sama papamu", ucap Bu Clara menghibur Rio.
Lalu Bu Clara telepon anak dan suaminya yang ada di mobil.
dddrrrttt dddrrrtttt
"halo" disebrang telepon
"halo pa, kita pulang dulu, sudah malam, kesini dulu pamit" ucap Bu Clara
"emank iranya bolehin, ngga akan shock lagi"
"sudah kita omongin pa, lagian harus kita hadapi memang harus by proses pa"
"ya sudah kami kesana"
Tidak berapa lama datang pak Sanjaya dan Marcel.
Begitu Ira melihat Marcel dia masih agak trauma sih, cuma dia sudah tidak histeris. dia hanya langsung ngumpet dibelakang Bu Ani. Semua orang diruangan itu deg- degan menunggu reaksi Ira. Tapi syukurlah tidak terjadi apa-apa hanya menyembunyikan wajahnya dibalik punggung Bu Ira.
"Ra, coba kamu tatap mata bapak atau marcel, pegang tangan mama kamu, kamu pasti tidak akan takut nak, percaya sama bapak", ucap pak sanjaya untuk mengurangi rasa trauma ira dan rasa tidak percayanya kepada keluarga Sanjaya.
tanpa disadari Ira melakukan seperti yang disuruh pak Sanjaya, dia mengangkat kepalanya tetapi memegang erat tangan ibunya.
Pertama-tama dia menatap pak Sanjaya, dan dia menemukan keteduhan Dimata itu, lalu dia menatap Marcel yang juga menatapnya.
"Ra, maafkan aku ya, aku tidak akan mendekat kalau kamu takut, yang penting kamu dan Rio happy" ucap Marcel pasrah tidak mendapatkan kata dimaafkan." tapi boleh ngga aku sering mengunjungi Rio, boleh ya" ucapnya memohon.
Ira hanya mengangguk, tapi itu aja sudah membuat Marcel sangat senang luar biasa.
"terimakasih ya Ra" ucapnya sangat senang, kalau aja Ira tidak trauma ingin dia memeluknya sangat erat didepan keluarga mereka.
Pak Sanjaya dan ibu Clara senang melihat perkembangan Ira yang sudah bisa komunikasi sama Marcel.
"ya sudah kami pulang dulu ya Bu, sudah malam, dari pagi mulai dari baru pulang saya belum kerumah" jelas Bu Clara ke Bu Ani.
"Ira titip cucu ibu ya nak" terlihat sekilas senyum diwajah Ira. Marcel sangat senang melihatnya, mamanya berhasil meluluhkan hati Ira walaupun belum sepenuhnya.
"hallo Rio, nenek pamit ya, besok nenek datang, kamu mau nenek bawain apa"? tanyanya mengusap rambut cucunya.
"pesa...." tapi dia melihat Ira menatapnya juga, dia takut mamanya ngga setuju.
"ngga usah nek, ngga minta apa-apa" tapi semua itu tak luput dari pengamatan mama Clara.
'anak ini sangat patuh sama ibunya' batin mama Clara.
"ohhh ya sudah nak, jangan nakal sama mama dan nenek ya. besok nenek bawain mainan" dia sudah nebak Rio minta mainan pesawat.
"Bu Ani, kami pamit ya, sudah malam. besok kami berkunjung lagi" pamit pak Sanjaya.
"Bu, Marcel pamit ya, maafkan Marcel," selalu dan selalu kata maaf yang dia ucapkan.
"hallo Rio, jagoan kakek, kakek pulang ya. kakek besok kesini lagi" mengacak rambut cucunya.
"iya kek, besok benaran kesini lagi? tapi Rio besok sekolah sampai jam 12 kek" jelasnya.
"hmmmm tenang aja, nanti kakek tungguin"
'hmmmm ok kakek," lalu dia melirik Marcel,
" apa papa pulang juga, ngga tidur disini? katanya aku punya papa tapi kok ngga bareng tidurnya, Reza tidur sama papanya, apa papa tidak sayang sama aku ya", pertanyaan Rio sangat mengiris hati Marcel. Tapi Marcel juga senang karena Rio sudah tahu dia papanya.
"Ra, makasih ya, sudah bolehin Rio manggil aku papa" ucap Marcel tulus sama Ira sambil mengelus kepala rio. Ira hanya diam lalu menundukkan kepalannya.
"Rio, papa tidak bawa baju ganti, jadi harus ambil dulu ya" jelasnya sama anaknya yang pintar dan ganteng.
Setelah keluarga pak Sanjaya pulang yang diantar oleh Bu Ani dan Rio ke mobilnya Ira masih duduk dan bingung, antara memaafkan dan tidak, antara kebahagiaan Rio dan egonya.
"Ra, kamu tidak takut lagi kan, tidak deg- degan, sudah memaafkan Marcel", tanya Bu Ani sepulang mengantar keluarga Sanjaya sampai mobilnya. Rio mendapat uang sangat banyak dari papanya.
"Saya sudah memaafkanya, sepertinya dia juga sangat menderita Bu"
"syukurlah nak" ucap Bu Ani.
klo g mau lg msk ke hotel prodeo