Sungguh suatu keajaiban aku bangkit dari kematian setelah aku mati diracuni oleh mertuaku sendiri.
tubuh tak bernyawa ku di buang ke rawa-rawa yang letaknya jauh di pelosok yang terpencil.
Namun Tuhan berkehendak lain, beberapa petir menyambar di area sekitarku, hingga membuat jantungku yang tadinya berhenti berdetak kembali berdetak.
dengan tubuh lemah aku berusaha keluar dari rawa-rawa, entah sudah berapa banyak tanaman berduri yang aku injak, aku tidak perduli, satu tekadku harus keluar dari tempat itu, hingga langkah kakiku terhenti di sebuah jalan beraspal, lalu tubuhku ambruk tak sadarkan diri.
Ketika ku sadar sudah berada di rumah sakit, dan betapa mengejutkannya aku ternyata pria yang menyelamatkanku yang juga seorang dokter mengatakan aku sedang hamil!!!!!!
Inilah kisah hidupku....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desire pooh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perkenalan
Tak terasa sudah enam bulan Jovanka bergabung di perusahaan pusat, masa observasi nya di bagian pemasaran sudah selesai dan ia menunjukkan kinerja yang memuaskan sehingga terhitung hati ini ia menduduki kepala bagian perencanaan.
Dengan pengetahuannya di bagian pemasaran, ia bisa menentukan perencanaan kedepan dalam pemasaran produk, promosi dan lain-lain. Jovanka sangat beruntung karena ia sebelumnya di tempatkan di sana, selain jadi memiliki pengalaman lebih, ia juga punya data-data yang nantinya di jadikan patokan dalam mengambil langkah kedepannya di team pemasaran.
Walau sudah menunjukkan kinerja yang bagus, masih ada beberapa orang yang merasa Jovanka belum pantas menduduki posisi nya, dan Jovanka tau itu, i akan berusaha menunjukkan hasil bukan hanya omongan.
Pagi ini ia akan melakukan meeting dengan teamnya, selain untuk lebih mengenal karyawan yang tergabung dalam teamnya, juga untuk mendengar sharing mereka mengenai kendala dan sebagainya
Kini Jovanka sudah berada di ruang rapat, dengan delapan staff yang masing-masing memiliki tugas masing-masing.
"Selamat siang semuanya, mungkin kalian semua sudah mendengar tentang saya atau sudah tahu nama saya.
Namun biar afdol kita berkenalan dulu ya, karena kedepannya saya akan banyak menghabiskan waktu dengan kalian dalam team ini,
Nama saya Jovanka Larasati, kalian bisa memanggil saya Jo, saya berasal dari kantor cabang dan di promosikan ke pusat, jadi kedepannya mohon bantuan dan kerja samanya rekan semua" ucap Jovanka menunduk hormat
"Sekarang giliran kalian memperkenalkan diri"
"Bu Jo, apa anda sudah menikah??" tanya seorang karyawan pria
"Sudah" ucap Jovanka singkat
" Apa sudah punya anak Bu??" tanya karyawati berambut panjang
"Sudah, anak saya tiga" ucap Jovanka tersenyum
Sebenarnya ia keberatan membahas masalah keluarga, namun demi mengakrabkan diri, Jovanka terpaksa menjawab karena ia tak mau dikatakan atasan yang sombong
"Aduh serasa saya di sensus, sekarang perkenalkan diri kalian dari sebelah kanan saya satu persatu"ucap Jovanka dengan senyum lebar
"Nama saya Airin Bu, saya pegawai magang di kantor ini, tugas saya membantu rekan-rekan"
"Ok Airin salam kenal ya, mohon bantuannya" ucap Jovanka tanpa memandang status Airin, membuat Airin simpatik dan senang pada atasan barunya itu
"Nama saya Adinda, ibu bis panggil Dinda, saya bertugas melakukan riset" ucap wanita berambut pendek tersebut
"Ok Dinda, mohon kerjasamanya, next"
Begitu seterusnya, Jovanka mulai berkenalan satu satu dan berusaha mengingat nama mereka
Akbar, Andi, Kayla, Adinda, Dewi, Airin, Lisa, Sarah
Mereka langsung berlanjut membahas pekerjaan mereka .
Sepanjang rapat Sarah tak pernah sedetikpun berpaling dari memandang Jovanka, alisnya berkerut dan seolah sedang berfikir keras, entah apa yang ia pikirkan, hingga sebuah tangan menepuknya membuatnya sadar dari lamunan
"Sarah, apa kamu mendengar apa yang sedang kami bicarakan??" tanya Jovanka yang memang duduk sebelahnya
"Ah maf Bu, saya sedikit pusing" ucapnya memegang kepalanya, hanya untuk menutupi malu pada atasan barunya itu
"Kalian jangan panggil Bu, karena usia kita tidak begitu berbeda,dan untuk saran kamu bisa pulang jika kamu pusing, agar penyakitmu tak parah nantinya, beristirahatlah" ucap Jovanka lembut
"Ok guys, rapat kita tutup ya, Ita mulai kerjakan projek kita bulan ini, terima kasih" ucap Jovanka bangkit dan menuju ruangannya
"Ah selamat, gue kira doi killer kaya Bu Trisna" ucap Sarah mengelus dadanya
"Lagian loe ye, ngelamun aja, sana cuci muka biar seger" ucap Dewi lalu bangkit dan menuju meja kerjanya,
"Bukan gak Killer, tapi belum aja nunjukin gigi.
gue gak suka orang yang pura-pura" ucap Lisa mencibir Jovanka
"Gue bukan merasa dia pura-pura sih, tapi seperti menyembunyikan sesuatu,tapi gue gak tahu apa itu" ucap Andi menimpali
"Sotoy loe, udah kembali kerja. kalian aneh orang galak di omongin, giliran baik juga kena gosip juga, maunya apa coba??? manusia emang serba salah" ucap Akbar langsung bangkit meninggalkan meja kerja di ikuti Kayla dan Airin
"Bener kata Akbar, back to work" ucap Adinda menuju meja kerjanya, sementara Kayla memilih mengangkat bahunya tidak mau berkomentar
Mereka semua langsung hanyut dalam pekerjaannya, kecuali satu orang, Sarah.
Ia memandangi ruang kerja Jovanka yang berada di sebrang meja kerjanya. ruangan yang di sekat dengan kaca, sehingga mereka bisa melihat aktivitas manager nya dari luar begitupun sebaliknya
"Perasaan pernah ketemu sama mba Jo, tapi dimana ya???" gumam Sarah mengigit pensilnya sambil berfikir
"Woi Sarah, kambuh deh, loe aneh ya pinsilnya di gigitin, keracunan baru tahu rasa loe" ucap Dewi yang berada di sebelahnya
"Ah loe ya dew, bikin kaget aja" ucap Sarah cemberut membuat Dewi cekikikan ketawa
"Loe kenapa dari tadi bengong aja, apa yang loe pikirin. bukan loe banget kalo pendiam dan bengong aja gitu kaya sapi ompong" celetuk Dewi menggoda sahabatnya itu
"Tadi loe dengar kan, mba Jovanka bilang anaknya tiga???"
"Iya Terusss???" tanya Dewi bingung kemana arah omongan sahabatnya itu
"Gue ngerasa pernah liat doi, tapi gue lupa" ucap Sarah lagi
"Terus????" tanya Dewi
"Teras-terus aja loe dew, kaya tukang parkir, gue tuh....
Ahhh gue baru inget, pantes wajahnya familiar banget, waktu gue ketemu dia gak pake kacamata, dia punya anak tiga...."
"Dewi keruangan saya sebentar ya" ucap Jovanka memanggil Dewi untuk masuk ke ruangannya
"Bersambung ya, Bu bos manggil" ucap Dewi lalu membawa map nya dan masuk ke dalam ruangan Jovanka, terlihat mereka sedang mendiskusikan masalah penting, mungkin juga terkait pendanaan projek kedepannya karena Dewa bagian pendanaan.
Sarah akhirnya mengerjakan pekerjaannya hingga tak terasa jam makan siang, ia melihat Jovanka sudah bangkit dari tempat duduknya dan bergegas pergi dengan tergesa-gesa, terlihat ia menelpon seseorang sambil berjalan cepat
Dengan tak sabar Jovanka menaiki lift , hingga tanpa sadar ia menginjak kaki seseorang
"Aduh" pekiknya, membuat Jovanka langsung menatap orang di depannya
"Ma,maaf pak Rendy saya gak sengaja" ucap Jovanka yang masih mengingat jika pria di sampingnya itu adalah Rendy, wakil CEO perusahan mereka, tapi mengapa ia menaiki lift karyawan???
"Lain kali kalau jalan pakai mata, sudah empat Manisha ja kurang" ucap seorang pria dengan suara Barito ya, dan sepertinya Jovanka mengenali suara tersebut.
Jovanka melotot kesal kearah pria yang berdiri di sudut lift, di sampingnya ada Yeni yang menatap tak suka juga kearah Jovanka
"Kenapa harus ketemu mereka sih, apes,apes" ucap Jovanka dalam hati
"Lain kali hati-hati ya, untung kamu gak jatuh, sudah jangan dengarkan ucapannya,dia lagi PMS" bisik Rendy pada Jovanka, membuat Jovanka melirik sekilas pada Pria menyebalkan yang menjadi musuh bebuyutannya itu lalu, tertawa kecil
"Terima kasih pak, maaf sekali lagi" ucap Jovanka malu
"Udah gak apa-apa, oh ga kamu manager baru di perencanaan ya?? salam kenal ya? kedepannya kita akan sering bertemu" ucap Rendy dengan senyum lebar
"Ba..baik pak, salam kenal. Maaf saya buru-buru, selamat siang" ucap Jovanka langsung keluar begitu pintu lift terbuka
Jovanka berjalan cepat sambil melirik jam di pergelangan tangannya, sudah jam dua belas lewat tiga puluh menit, yabg artinya di kembar sudah tiga puluh menit menunggunya
Ini semua karena ia terlalu fokus pada pekerjaan nya sampai lupa waktu, kalau Emil tidak mengingatkannya, apa jadinya anak-anaknya.
Sesampainya di pintu keluar, sebuah mobil berhenti tepat di depannya, Jovanka sempat kesal namun senyumnya mengembang begitu melihat manusia cantik ya g berada di dalamnya
"Ayo Jo masuk, kita jemput anak-anak kita" teriak Emil
Jovanka hanya menggeleng pelan, sahabatnya ini terkadang kalau bicara suka ngasal
"Sejak kapan anak-anakku jadi anak-anakmu???" tanya Jovanka menaikkan alisnya sebelah
"Ah begitupun kau protes??? mereka anak-anakmu, dan tentu anak-anakku juga" ucap Emil nyengir kuda
"Mereka anakku, apa jadinya jika wanita lajang sepertimu mengaku punya anak, bisa mematikan pasaran mu tahu" ucap Jovanka memperingati sahabatnya itu
"Aku tak perduli, kalau dia menerima anak-anak, aku baru mau" ucap Emil mengedipkan sebelah matanya
"Ah susah berbicara sama manusia aneh kaya kamu" ucap Jovanka menghela nafas pasrah
"Nah itu tahu" ucap Emil terkekeh, bukan tersinggung dengan perkataan Jovanka, dasar aneh
Semua tokoh diceritakan saru satu
Banyak komflik juga..
Ada kocak
Ada nalar
Ada diluar nalar
Ada juga typo
Untuk typo, saya bisa maklumi, paling saya komen ngingetin typonya..
Saya maklumi, karena saya pribadi ga bisa bikin novel, bisanya baca dan nikmati..
Terimakasih atas karyanya ya thor..
Sukses selalu
2. saudara dan saudarinya
Tetap semangat thor😊
mungkin begitu ya thor..