NOVEL PERTAMA YANG BELUM MENGENAL ILMU LITERASI. Harap maklum dan berkomentarlah yang positif. Masih tahap belajar sedikit demi sedikit.
Aku hanyalah lelaki yang hidup dari keluarga sederhana. Tak banyak yang bisa di harapkan dari ku. Sebuah tragedi mengharuskan aku merantau ke sebuah kota di pulau S.
Disanalah titik balik hidup ku bermula.
Disanalah aku bertemu dengan seseorang yang membuatku lebih berarti.
Walaupun aku hanyalah seorang supir, tapi dia mengubahku menjadi sosok menawan dan mencintai diri sendiri.
Ikuti kisahku, seorang MALIK JAYADI yang hanyalah seorang supir yang mampu menaklukkan kerasnya hidup..
harap bijak dalam memilih bacaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black_queen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26. Tertangkap
Musik bergemuruh dengan kencangnya di sebuah bar di pusat kota S.
Toni dan Cindy sudah masuk kedalam bar itu dan memesan minuman seperti biasa.
" Wei...pelanggan kita nih lama kagak nongol, mane aje lu bang", tanya seorang bartender pada Toni.
" Biasalah, sibuk sama urusan kantor ", jawab singkat Toni.
" Eh...lu liat bang Edo kagak? gue nyari dia kagak ada dari tadi", tanya Toni.
Cindy disebelahnya hanya bisa bergelayut mesra dilengan Toni.
" Oh...belon datang kali bang, dia kan banyak anggotanya, denger-denger sih dia rekrut anggota baru", ucap bartender tadi sambil menuangkan minuman dan menyerahkan gelasnya pada Toni.
" Ya udah, gue duduk sono aja, thanks minumnya, racikan elu nih emang top", ujar Toni mengacungkan jempolnya.
Bartender tadi hanya tersenyum dan mengangguk.
Toni dan Cindy memegang gelas masing-masing dan berjalan menuju sofa malas di dalam Bar. Musik mengiringi langkah mereka.
Derttttt....derttttt.
Toni yang merasakan ponselnya bergetar, melihat pesan yang masuk. Dia tersenyum lebar melihat isi pesan tersebut.
" Beb, lu tunggu aja disini, gue mau keluar nemuin mangsa besar kita", Suruh Toni.
" Siap beb, jangan lama-lama ya!", sahut Cindy.
Toni berjalan keluar dari Bar dan menunggu di depan parkiran Bar itu. Tak lupa dia membawa pesanan bang Edo.
Bang Edo hanya bisa menemuinya disana tanpa harus masuk kedalam Bar. Begitulah isi pesan yang diterima tadi.
Dari dalam mobil ada dua orang sedang memantau aksi Toni, setelah dirasa cukup waktu pantauan mereka. Salah seorang dari mereka turun menghampiri Toni.
" Bang Toni?", tanya pria berjaket kulit hitam itu.
" Iya Bang, disuruh bang Edo kesini ya bang? bentar ya!", sambil berjongkok membuka sepatu dan mengambil beberapa plastik klip kecil di dalam sepatu itu.
" Ini bang, totalnya 4,5 juta!", sambil menyerahkan beberapa plastik kecil tadi.
" Anda yang bernama Toni, akan kami bawa dan kami tahan di kepolisian terdekat, silahkan memberikan keterangan saudara ketika kita sudah sampai di kantor polisi.", Terang pria berjaket kulit tadi sambil menunjukkan lencana polisi yang di bawanya.
Pria lain di dalam mobil akhirnya keluar, dia memborgol kedua tangan Toni.
Toni yang merasa dipermainkan bang Edo hanya bisa mengepalkan tangannya.
" Sia*an tuh orang, mampus dah gue, ndekem di penjara", batinnya.
Toni hanya menuruti perkataan polisi yang menyamar tadi. Dia melangkah lunglai berjalan mengikuti mereka berdua masuk kedalam mobil.
...----------------...
Di dalam Bar.
Cindy termenung seorang diri, menunggu kekasihnya datang. Sudah hampir satu jam Toni tak kembali. Di ambilnya ponsel didalam tasnya dan langsung menghubungi nomer Toni.
Nomer Toni tidak aktif, Cindy melakukan panggilan berkali-kali. Pikirannya tak menentu. Gerak-geriknya gelisah di tempatnya duduk.
Dia mondar mandir keluar masuk Bar.
Dicarinya Toni di sekitar Bar, tapi tak kelihatan juga batang hidungnya.
Akhirnya dia memutuskan pulang ke kosannya memakai mobil Toni, kunci mobil itu disimpannya di tas tangan sedari mereka masuk tadi.
" Mas, kamu dimana sih, sudah hampir tengah malam gini kamu gak ada kabarnya", kuatir Cindy.
Dia berbaring seorang diri dikamarnya memikirkan kekasih hatinya yang menghilang tanpa kabar.
" Baiklah, besok aku akan pergi kerumahnya. Mungkin dia nebeng Bang Edo di jalan", sambil memejamkan matanya.
...----------------...
Toni yang tertangkap tangan mengedarkan narkotika jenis sabu-sabu , di interogasi oleh polisi khusus yang menangani obat-obatan terlarang.
Dia berkata sejujurnya tanpa membantah perkataan polisi, mungkin dengan cara ini, hukumannya bisa diringankan karena dia bekerjasama dengan baik, pikirnya.
Malam ini Toni menginap dibalik jeruji besi.
Besok, keluarganya akan tahu siapa sebenarnya dia. Toni menyesal karena hari liburnya ini dia dijebak oleh bang Edo dan antek-anteknya.
" Kurang ajar sekali mereka, awas saja nanti, aku akan menyeret kalian bersamaku", Toni bergumam sambil mengepalkan tangannya.
...----------------...
Tok....Tok.....Tok.
Ketukan pintu terdengar nyaring di rumah Zainab.
Klek....pintu terbuka.
" Ada yang bisa saya bantu ya pak?", tanya Zainab heran ada 3 orang polisi di depan rumahnya.
" Apakah benar disini kediaman bapak Toni wiguna?", tanya polisi.
" Benar pak, dia anak saya, ada apa dengan Toni? Dimana dia sekarang?", tanya Zainab yang dari semalam pikirannya tak tenang.
" Bapak Toni sekarang ada di kantor polisi, kami memergokinya semalam sedang menjual Narkotika jenis sabu, kedatangan kami disini mau memeriksa kediaman bapak Toni, menemukan bukti lainnya", jelas pak polisi satunya.
" Kami harap ibu bisa bekerja sama dengan baik tanpa mengganggu pekerjaan kami", lanjut polisi yang sedari tadi diam.
" Baiklah pak, silahkan masuk", ujar Zainab.
Ahmad yang baru saja keluar dari kamar mandi tersentak ketika 3 orang polisi mengacak rumahnya.
" Ada apa ini buk, kamu kenapa nangis?", tanya Ahmad bingung.
" Toni pak, ibu gak nyangka anak kita menjual obat terlarang", sambil menangis tersedu-sedu.
" Astaghfirullah, Anak itu....beraninya dia", geram Ahmad.
" Sudah pak, kita harus kesana menjenguk Toni, kita usahakan yang terbaik agar hukumannya diringankan", ujar Zainab sambil sesenggukan.
" Ya Allah, anak itu, sudah dikasih hidup enak malah ngelunjak, ini salah ibu! ibu gak pernah tau kan Toni bergaul dengan siapa saja selama ini", Kata Ahmad berang.
" Bisa-bisanya bapak berucap seperti itu!", Zainab menangis tambah kencang.
......................
Fatma di kantor menyenggol gelas yang terletak di meja kerjanya, tanpa sengaja tangannya terluka. Terkena goresan pecahan kaca. Temannya meyuruh OB membersihkan pecahan tadi, sementara dia mencari plester menutup lukanya.
" Hatiku kok kaya gini, gelisah dari kemarin, sebenarnya ada apa ini?," batinnya bertanya-tanya.
" Kenapa bengong sih Fat? lukanya udah kamu plester gitu kok", ucap teman kantornya.
" Oh...ini, udah kok... tapi, aku dari kemaren tuh gelisah gak karuan, tadi aja aku gak tau kalo gelas itu ada disana, pikiranku kosong, gak bisa konsentrasi", terangnya panjang lebar.
" Udah lah, gak usah mikirin macem-macem deh, mungkin cuma perasaanmu aja kali", sahut temannya.
" Ya udah, balik kerja lagi yok Fat", ajak temannya.
Fatma mengangguk dan berjalan beriringan dengan teman kantornya yang bernama Keisha.
...----------------...
" Ha...ha...ha...kita berhasil bro membuat Toni mendekam di penjara", tawanya nyaring.
" Ide siapa dulu dong, bang Edo!", sahut Edo bangga sambil menepuk dadanya.
" Kerjasama bareng lu emang asyik Do, lu hubungin kita lagi kalo sudah mau ambil barangnya, minta mentahan juga boleh", kata pria gondrong.
" Beres lah pokoknya, kalian nyantai aja kalo berurusan sama bang Edo", tertawa lebar.
Mereka bertiga sangat puas dengan kerjasama ini, menjebloskan Toni kedalam penjara dalam waktu tertentu. Dan mengambil alih pangsa pasar Toni selama ini.
" Untung besar kita bro, kita pasti dapat persenan dari bos", kata pria botak.
" Yoi...so pasti lah, kita yang udah rencanain semua ini, kita juga dapat untungnya", sahut pria berambut gondrong.
Ha...ha...ha...
Mereka berdua tertawa dengan lebar sambil memainkan tangannya keatas. Pertanda kemenangan memang sudah didepan mata.
SUNGGUH TRAGIS NSIB RUMAH TANGGA IPAH. DISELINGKUHI SUAMINYA DN DITELANTARKN.