Supir Untuk Sang Nyonya
Aku Malik Jayadi, tinggal di sebuah kampung
Telongsari yang berada di kota M di Jawa timur.
Aku lahir dari keluarga tak berada. Bapakku
hanyalah seorang petani yang tidak punya
lahan, jadi beliau harus selalu mencari orang
yang lahannya mau di garap.
Ibuku seorang buruh cuci di kampung, yang
berkeliling dari rumah ke rumah menawarkan
jasanya. Aku tiga bersaudara, dua kakakku
perempuan dan mereka sudah menikah serta
ikut suami masing masing ke kota lain.
Kini tinggal aku, si bungsu yang selalu
disayang dari kecil, bahkan sampai sekarang
yang usiaku sudah menginjak 26 tahun, dan
mempunyai seorang putri kecil berusia 3
tahun.
Keseharianku yang hanyalah seorang sopir
angkot, harus selalu berjuang untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari.
Aku berkeliling dari jalanan kampung satu ke
kampung lainnya agar dapat menambah
penumpang. Bahkan kalau lagi sepi
penumpang, aku harus bertahan berkeliling
jalanan kampung sampai malam menjelang,
supaya aku bisa membayar uang setoran
harian ke pak Ahmad, pemilik angkot yang
tinggal di kampungku.
...----------------...
Pagi hari setelah aku tiba di rumah bos angkot.
"Lik, nanti servis kan angkot mu itu ya!
Sepertinya ada yang bermasalah. Coba kamu
dengarkan suaranya! Ada dengungan setiap
kali menyalakan mesin." Terang pak Ahmad.
"Iya pak, nanti setelah pulang narik, saya bawa ke bengkel. Apa mau saya yang bawa pulang
setelah selesai dari bengkel?" Tawarku pada
pak Ahmad.
"Tidak usah Lik, biar Toni saja yang bawa
pulang, lagian sore nanti dia gak ada kegiatan,"
tolak pak Ahmad.
"Baiklah pak, kalau begitu saya pamit narik
dulu, Assalamualaikum," sambil memasuki
tempat kemudi. Aku tersenyum dan pamit pada
pak Ahmad.
"Waalaikumsalam, hati hati nak," balas pak
Ahmad sambil tersenyum tipis.
Terlihat pak Ahmad melihat angkot yang berlalu
di depannya. Beliau menghela napasnya pelan
sambil berkata lirih. Entah apa perkataan beliau, aku hanya bisa melihat mulutnya seperti sedang berkomat-kamit seorang diri.
...---------------...
Siang menjelang sore.
"Alhamdulillah, hari ini bisa setoran dan masih
ada sisa buat beli bahan-bahan dapur," aku
berucap sambil tersenyum senang.
Beginilah keadaan dan kehidupanku sehari hari
yang disibukkan dengan pekerjaan sopir dan
harus memikirkan kebutuhan anakku yang
sebentar lagi masuk sekolah dini.
Tidak banyak yang bisa aku kerjakan selain
menjadi sopir, aku hanyalah seorang lulusan
SMP negeri di kampung, tak ada keahlian
khusus. Menyetir pun aku harus bersusah payah belajar. Untunglah ada Mas Toni. Anak
sulung pak Ahmad yang mau mengajariku menyetir. Semenjak SMP aku bergaul dengan
mas Toni. Walaupun usia kami selisih 2 tahun
tapi kami merasa seperti sahabat dekat.
Bahkan mas Toni menganggapku sebagai adik
lelakinya. Mungkin karena dia cuma punya adik
perempuan.
Urusan cinta, jangan ditanya.
Aku sudah menjalani kehidupan rumah tangga
selama 2 tahun dan berakhir dikhianati.
Di usia Annisa Beranjak satu tahun. Istriku
mulai berubah. Dia cenderung mengabaikan
tugasnya sebagai seorang istri dan ibu.
Gelagatnya yang berubah, membuatku curiga.
Tragedi itu pun terjadi, dia meninggalkan aku
dan anaknya yg masih menyusui demi lelaki
lain, dia menghilang dari kehidupan kami dan
sudah tidak ada kabar lagi darinya hingga
sekarang Annisa sudah berusia 3 tahun.
Annissa Sari. Putri kecilku satu-satunya.
Putriku tumbuh menjadi anak yang ceria, yang
mampu membuat kami geleng-geleng kepala
akan tingkah dan ulahnya.
Dialah penyemangatku untuk saat ini. Demi
dialah aku berjuang dan bertahan di kampung
ini. Dialah putriku yang berharga.
Aku sungguh beruntung masih punya orangtua
yang lengkap. Ditambah lagi putri kecil yang
manis dan ceria walaupun di sisiku masih
tidak ada seorang wanita spesial yang mengisi
hari-hariku.
Sebenarnya, bukan tidak ada perempuan yang
mendekati. Walaupun aku hanyalah seorang
sopir. Tapi tampangku yang lumayan tampan
dan rupawan bisa menaklukkan hati para
perempuan di kampung ini. Hanya saja aku
belum mau memulai sebuah hubungan baru.
Saat ini prioritasku adalah anakku. Putri kecilku Annisa. Aku harus menemaninya tumbuh dan
berkembang. Membangun mental yang kuat
untuknya agar dia tidak berkecil hati walaupun
dia tidak mempunyai seorang ibu yang
merawat dan mendidiknya.
Annisa tidak haus akan kasih sayang.
Orangtuaku selalu memberikan perhatiannya
dan memantau perkembangannya selalu.
Apalagi ada Fatma. Anak bungsu pak Ahmad
yang sering datang kerumah membawakannya
mainan dan peralatan menggambar.
Annisa selalu bersemangat ketika Fatma
berkunjung ke rumah. Dia selalu berlari dan
langsung memeluk Fatma yang ada di
depannya. Senyumnya selalu merekah didepan
Fatma, dia berceloteh khas anak kecil yang
menggemaskan.
Dari raut wajahnya, aku tau dia menyimpan
rasa kepadaku.
Perhatiannya selama ini tak lain dan
tak bukan untuk mengambil rasa simpatiku.
Bukannya aku tidak mau menikah lagi tapi
kenangan masalalu selalu saja terbayang
ketika aku dekat dengan seorang perempuan.
Apalagi dia seorang Fatma. Anak dari juragan
angkotku. Keluarganya banyak membantu
kami. Mereka tidak pernah menyinggung
tentang statusku. Tapi aku yang seorang
orangtua tunggal ini sadar diri.
Dia bisa mendapatkan laki laki yang lebih
segalanya daripada aku yang hanyalah
seorang sopir. Selama ini aku hanya menganggap Fatma sebagai teman dan
seorang adik saja.
Perasaanku masih tertutup rapat bagi
perempuan lain. Mungkin suatu saat akan tiba
waktunya aku menemukan cinta sejatiku.
Sekarang. Biarlah aku menjalani hidupku yang
sederhana. Biarlah aku mencoba bangkit
dengan keadaan. Aku harus berusaha lebih
agar hidupku, anak serta kedua orangtuaku
berubah menjadi lebih baik.
Di kampung inilah aku harus bertahan. Aku
enggan berpisah dengan anak dan kedua
orangtuaku. Sudah banyak yang menyuruhku
untuk mencari peruntungan di ibu kota.
menurut mereka keadaan perekonomian
kampung sekarang tidak stabil. Sudah banyak
orang yang merantau ke kota lain demi menuju
kehidupan yang lebih baik.
Tapi, tidak sedikit dari mereka lupa akan siapa mereka dahulu.
Ya....mereka berubah menjadi lebih sombong
karena sudah merasa memiliki segalanya.
***
"Kasian sekali Malik, dia seorang lelaki yang
baik. Sopan dan ramah tapi, begitu saja
ditinggal istrinya demi lelaki lain." Gumam pak Ahmad ketika Malik sudah berlalu dari rumahnya setelah berhasil membawa uang setoran angkot.
Pak Ahmad berlalu dari tempatnya berdiri,
memasuki rumahnya yang ternyata di
belakangnya, ada anak bungsu tercinta.
"Eh....bapak, bapak sudah disini ya," kata si
anak sambil cengengesan.
"Ngapain kamu disini? pasti ngeliat Malik lagi,
iya kan?" Tanya pak Ahmad bertubi-tubi pada
Fatma.
"Eeemmm ... itu ... iya ... pak," jawab Fatma
sambil menundukkan kepalanya.
"Kamu harus mengerti Malik itu siapa, bapak
tidak melarang kamu suka sama siapa, tapi
ingatlah satu hal, Malik memang anak baik.
Tapi dia seorang duda. Duda beranak satu," pak
Ahmad berkata panjang lebar menasehati
anaknya.
"Fatma mengerti pak, Ibu sudah menunggu di dapur, Mari kita menunggu makan malam sambil nonton TV bersama!"
Mereka berdua melangkah beriringan menuju
ruang keluarga dan melanjutkan aktifitas sore menjelang malam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
ossy Novica
permulaan yg cukup baik
2023-01-12
0
Sutikno 23
ternyata duda anak satu perempuan
2022-09-30
0
Oh Dewi
keren novelnya, rapi penulisannya...
Sekalian kasih rekomen novel yang rapi juga, judulnya (Siapa) Aku Tanpamu, wajib pakek tanda kurung ya nyarinya
2022-07-14
0