Yan Ruyin, nama yang membuat semua orang di Kediaman Shen jijik. Wanita genit, pengkhianat, peracun… bahkan tidur dengan kakak ipar suaminya sendiri.
Sekarang, tubuh itu ditempati Yue Lan, analis data abad 21 yang tiba-tiba terbangun di dunia kuno ini, dan langsung dituduh melakukan kejahatan yang tak ia lakukan. Tidak ada yang percaya, bahkan suaminya sendiri, Shen Liang, lebih memilih menatap tembok daripada menatap wajahnya.
Tapi Yue Lan bukanlah Yan Ruyin, dan dia tidak akan diam.
Dengan akal modern dan keberanian yang dimilikinya, Yue Lan bertekad membersihkan nama Yan Ruyin, memperbaiki reputasinya, dan mengungkap siapa pelaku peracun sebenarnya.
Di tengah intrik keluarga, pengkhianatan, dan dendam yang membara.
Bisakah Yue Lan membalikkan nasibnya sebelum Kediaman Shen menghancurkannya selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arjunasatria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Kereta kuda melaju pelan melewati jalanan yang mulai sepi. Matahari sudah condong ke barat, menandakan sore akan segera tiba. Yue Lan duduk dengan tenang di dalam kereta, sesekali melirik ke arah Shen Liang yang tampak tenggelam dalam pikirannya.
"Kau lelah?" tanya Shen Liang tiba-tiba, memecah keheningan.
Yue Lan tersenyum kecil. "Tidak. Hanya... banyak hal baru yang kupelajari hari ini."
Shen Liang mengangguk pelan. "Terima kasih," katanya dengan nada rendah. "Untuk hari ini. Untuk... menemani."
Yue Lan merasakan kehangatan di dadanya. Ini adalah pertama kalinya Shen Liang mengucapkan terima kasih padanya dengan nada setulus itu.
"Itu kewajibanku sebagai istri," jawab Yue Lan lembut.
Shen Liang menatapnya, benar-benar menatap, tidak mengalihkan pandangan seperti biasanya. "Yan Ruyin... kau benar-benar berubah."
Sebelum Yue Lan bisa menjawab, kereta kuda tiba-tiba bergoyang keras dan berhenti mendadak.
BRAAK!
"Argh!"
Yue Lan hampir terjatuh dari tempat duduknya, namun Shen Liang dengan cepat menangkap lengannya, menariknya agar tidak membentur dinding kereta.
"Apa yang terjadi?" Shen Liang berteriak pada kusir sambil tetap menahan tubuh Yue Lan.
"Tuan Muda! Ada... ada seseorang yang menghalangi jalan!" suara kusir terdengar panik dari luar.
Shen Liang segera membuka tirai kereta. Yue Lan mengintip dari belakang suaminya.
Di depan kereta, seorang pria bertubuh besar dengan pakaian compang-camping berdiri dengan gontai. Di tangannya tergenggam sebotol arak yang hampir kosong. Wajahnya memerah, matanya sayu jelas sekali ia mabuk berat.
"Hei... hei... kereta mewah..." gumam pria itu sambil terhuyung-huyung mendekati kereta. "Pasti... pasti orang kaya... bagi-bagi uang dong..."
Kusir turun dari tempat duduknya, mencoba menghalau. "Tuan, minggir! Anda menghalangi jalan!"
Namun pria mabuk itu malah tertawa keras. "Menghalangi? Ini jalan umum! Siapa kalian berani mengusir aku?" Ia meludah ke tanah dengan kasar.
Shen Liang mengerutkan dahi. "Tetap di dalam," katanya pada Yue Lan dengan nada tegas. Ia turun dari kereta dengan gerakan cepat.
Namun Yue Lan, dengan naluri pelindungnya yang tiba-tiba muncul, ikut turun. "Shen Liang...."
"Yan Ruyin, kembalilah!" Shen Liang menatapnya dengan tajam.
Sebelum Yue Lan bisa menjawab, pria mabuk itu melihat sosoknya. Matanya yang sayu tiba-tiba membulat, lalu menyeringai lebar.
"Wah... wah... ada wanita cantik..." Pria itu terhuyung mendekati Yue Lan dengan tatapan yang membuat perut Yue Lan mual. "Cantik sekali... ayo sini... temani aku minum..."
Shen Liang langsung melangkah ke depan, menghalangi jalan pria itu dengan tubuhnya. "Minggir. Sekarang."
Nada bicaranya dingin seperti es, namun pria mabuk itu malah tertawa. "Eh, siapa kau? Suaminya? Hahaha... pelit sekali... tidak mau berbagi..."
"Kusir, ambil tongkat!" perintah Shen Liang tanpa mengalihkan pandangan dari pria itu.
Kusir segera mengambil tongkat kayu dari belakang kereta. Namun saat ia mendekat, pria mabuk itu tiba-tiba mengayunkan botol araknya ke tongkat kayu dengan keras.
PRANG!
Botol itu pecah di udara, serpihan kaca berterbangan. Beberapa mengenai tangan kusir yang langsung berteriak kesakitan.
"Kusir!" Yue Lan refleks berlari mendekat untuk membantu.
"JANGAN MENDEKAT!" teriak Shen Liang.
Namun sudah terlambat. Pria mabuk itu, dengan gerakan yang mengejutkan cepat untuk orang dalam kondisinya, tiba-tiba meraih lengan Yue Lan.
"Dapat!" teriaknya sambil menarik Yue Lan dengan kasar.
"Lepaskan aku!" Yue Lan memberontak, mencoba melepaskan diri, namun cengkeraman pria itu sangat kuat.
BUGH!
Sebuah pukulan keras mendarat di wajah pria mabuk itu.
Shen Liang dengan mata yang menyala marah, menarik Yue Lan dari genggaman pria itu dengan satu tangan, sementara tangan lainnya mengunci leher pria mabuk itu dengan cekikan yang kuat.
"Jangan. Sentuh. Dia," desis Shen Liang dengan suara yang berbahaya.
Pria mabuk itu terbatuk-batuk, wajahnya mulai membiru. Namun Shen Liang tidak melepaskannya.
"Shen Liang!" Yue Lan memegang lengan suaminya. "Hentikan! Kau bisa membunuhnya!"
Shen Liang menatap Yue Lan matanya masih penuh amarah, dadanya naik turun dengan cepat. Namun perlahan, cengkeramannya mengendur. Ia melempar pria mabuk itu ke tanah dengan keras.
"Pergi," kata Shen Liang dingin. "Sebelum aku berubah pikiran."
Pria mabuk itu terbatuk-batuk, menatap Shen Liang dengan mata yang ketakutan. Ia merangkak mundur, lalu bangkit dan berlari terhuyung-huyung meninggalkan tempat itu.
Keheningan menyelimuti mereka.
Shen Liang berbalik menatap Yue Lan. Untuk pertama kalinya, Yue Lan melihat emosi yang begitu jelas di wajah Shen Laing, marah, khawatir, dan... takut.
"Kenapa kau turun?!" bentak Shen Liang. "Aku sudah bilang tetap di dalam kereta!"
Yue Lan terdiam. Ia tidak pernah melihat Shen Liang semarah ini.
"Kau tahu apa yang bisa terjadi?! Kalau aku tidak...." Shen Liang menghentikan kalimatnya, mengepalkan tangan dengan keras. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri.
"Maaf," kata Yue Lan pelan. "Aku hanya... khawatir padamu."
Shen Liang menatapnya dengan pandangan yang sulit dijelaskan. "Khawatir... padaku?"
"Tentu saja," jawab Yue Lan. "Kau suamiku."
Shen Liang terdiam. Ekspresinya melembut, amarahnya perlahan menguap. Ia menatap Yue Lan dengan pandangan yang berbeda bukan lagi kebencian atau kekecewaan, tapi sesuatu yang lebih dalam.
Tanpa kata, Shen Liang menarik Yue Lan ke dalam pelukannya.
Yue Lan tersentak kaget. Ini adalah pertama kalinya Shen Liang memeluknya. Pelukannya erat, seolah takut Yue Lan akan hilang.
"Jangan lakukan itu lagi," bisik Shen Liang di telinganya. "Jangan membuat aku... takut kehilanganmu."
Jantung Yue Lan berdegup kencang. Ia bisa merasakan kehangatan tubuh Shen Liang, detak jantungnya yang masih cepat, dan gemetaran kecil di tangan yang memeluknya.
Perlahan, Yue Lan membalas pelukan itu. "Aku berjanji."
Mereka berdiri seperti itu untuk beberapa saat, di tengah jalan yang sepi, dengan matahari sore yang menyinari mereka dengan lembut.
Kusir, yang berdiri agak jauh sambil memegangi tangannya yang terluka, hanya tersenyum kecil melihat pemandangan itu. Tuan Muda dan Nyonya... akhirnya...
Setelah beberapa saat, Shen Liang melepaskan pelukannya. Wajahnya sedikit memerah, seperti baru menyadari apa yang baru saja ia lakukan.
"Kita... kita harus pulang," katanya sambil mengalihkan pandangan.
Yue Lan tersenyum kecil. "Ya."
Mereka kembali ke kereta, namun kali ini, Shen Liang duduk lebih dekat dengan Yue Lan. Tangannya entah sadar atau tidak memegang tangan Yue Lan dengan lembut.
Dan sepanjang perjalanan pulang, tidak ada satupun dari mereka yang melepaskan genggaman itu.
BERSAMBUNG
semangat thor jangan lupa ngopi☕️