Evan Bramasta, cowok berbadan tinggi, kulit putih dan hidung bangir. Berusia 30 tahun yang berprofesi sebagai guru olahraga di sebuah Sekolah Menengah Atas dan sudah mempunyai seorang istri atas perjodohan dari orang tuanya. Istrinya bernama Sabina Elliana yang bekerja di sekolah yang sama dengan suaminya.
Beberapa bulan belakangan ini, Evan selalu memperhatikan seorang murid perempuan yang selalu membuatnya sakit di bagian bawah. Ia menginginkan gadis itu menjadi miliknya dengan cara apapun.
Namanya Ziyara Liffyani, gadis yatim piatu berparas cantik di usianya yang baru 17 tahun. Dia harus bekerja paruh waktu di toko buku untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
Ziyara juga diam-diam sangat menyukai guru olahraganya itu. Apa pun akan Ziyara lakukan untuk menggapai cita-citanya dan mendapatkan keinginannya, termasuk menjadi istri simpanan guru olahraga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DityaR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gantengnya Anak Papa!
Evan sudah mengambil cuti beberapa hari yang lalu untuk mendampingi istrinya melahirkan, setelah pergulatan panas mereka beberapa hari kemarin, pagi ini Ziyara merasakan mulas yang teramat sangat dengan perutnya dan wajahnya yang sudah pucat.
Evan yang panik pun langsung membawanya ke rumah sakit dan sesampainya di sana Ziyara langsung di tindak oleh dokter. ternyata istrinya sudah buka'an10 dan sebentar lagi akan melahirkan, Evan menemani istrinya di dalam ruang bersalin, ia terus menggenggam tangan Ziyara dan sesekali menyeka keringat yang bercucuran di wajahnya.
“Ayo buk, terus mengedan, kepalanya sudah kelihatan," instruksi dokter wanita yang menangani Ziyara.
“Ngghhhh," Ziyara mengedan dengan sisa-sisa tenaganya yang sudah lemah.
“Iya buk, sedikit lagi buk."
“Nggghhhhh."
“Oeekk ... oeekkk."
“Alhamdulillah, dedeknya sudah keluar," ucap dokter wanita tersebut.
Dokter itu menyerahkan bayi Evan dan Ziyara kepada suster untuk di bersihkan.
“Alhamdulillah, makasih sayang, makasih banyak karena udah kuat dan melahirkan adek," ucap Evan mencium tangan istrinya sambil menangis.
Ziyara yang masih lemah pun hanya tersenyum dan menghapus air mata suaminya.
Sesudah Ziyara dan bayinya dibersihkan, Ziyara pun di pindahkan ke ruangan VIP beserta anaknya, Evan meng azankan putranya dan memberi nama kepada anak mereka, yaitu “Bill Sebastian Bramasta."
“Dad," panggil Ziyara.
“Iya sayang?."
“Kok adek mirip Daddy semua sih, gak ada mirip Mommy sedikitpun," cemberut Ziyara.
“Ya namanya juga anak Daddy, Sayang."
“Tapi kan yang bawa kemana-mana sampe 9 bulan Mommy."
“Gapapa, yang penting sifat penyayang dan baik hatinya mirip Mommy," balas Evan.
TOKKK ... TOKKK
CEKLEKKK
“Maaf ibuk mengganggu, dedek bayinya coba di beri assi, ya," ucap suster yang baru saja masuk.
“Iya suster," jawab Ziyara.
“Kalau begitu saya permisi."
Setelah suster itu keluar, Ziyara menyuruh Evan mengambil anaknya dari dalam box bayi untuk di susuinya.
“Shhhhh ... pelan-pelan dek, gak ada yang minta looh," ucap Ziyara pada anaknya.
Evan menelan air ludahnya melihat Dada besar istrinya yang tengah di sedot kuat oleh anaknya sendiri.
“Mom,"
“Hm," jawab Ziyara tanpa menoleh.
“Pengen juga."
“Pengen apa?" tanya Ziyara.
“Nen."
Ziyara mendongakkan wajahnya dan memandang tak habis pikir ke arah suaminya.
“Kenapa ngeliat Daddy kayak gitu?" tanya Evan.
“Gak habis pikir Mommy sama Daddy."
“Kenapa ih, orang cuma minta nen aja kok," ucap Evan.
Ziyara tak menggubris perkataan suaminya, ia sibuk dengan putra kecilnya yang sangat tampan, setelah puas menyusui, Ziyara menyuruh suaminya meletakkan kembali anaknya ke dalam box bayi.
“Jangan ditutup," ucap Evan ketika Ziyara ingin mengancing kemejanya.
Evan mendekat dan langsung menyucup pada istrinya.
“Shhhhh Dad ... kenceng banget Daddy ngisepnya ... ngilu Sayang."
CEKLEKKK
Tiba-tiba pintu terbuka dan terpampang Sabina di sana dengan membawa buah tangan.
“Oh, maaf," ucap Sabina yang melihat Evan tengah menyucup pada istrinya.
“I—iya gapapa buk, masuk buk," balas Ziyara tergagap karna malu.
Evan yang tadinya tengah asik menyucup pun mau tak mau melepaskan hisapannya pada Dada Ziyara dan berlalu keluar dengan wajah masamnya sambil berkata. “Ganggu aja!"
Ziyara tersenyum tak enak karna mulut suaminya yang sangat lemes.
“Sini buk."
Sabina berjalan ke arah Ziyara dan meletakkan buah tangan yang ia bawa di atas meja yang ada di dalam ruangan itu.
“Mirip banget sama mas Evan," ucap Sabina yang melihat anak Ziyara sedang tertidur.
“Kok gak ada mirip kamu sedikitpun ya Ziyara," sambung Sabina.
“Hehe iya buk, dia ngambil wajah bapaknya semua," balas Ziyara.
BRAKKK
Bunyi pintu yang di dorong keras oleh seseorang dari luar, Ziyara terjangkit kaget karena kerasnya bunyi pintu tersebut.
“Eh maaf-maaf, sangking senengnya mau lihat ponakan jadi lupa mau ketuk pintu yang baik dan benar," ucap seseorang yang mendobrak pintu tadi.
“Millea?" ucap Sabina.
Sang empunya nama pun menoleh ke arah Sabina yang memanggil namanya, tapi ia mengabaikan itu dan langsung memeluk Ziyara untuk memberikan selamat.
“Selamat ya kakak ipar udah melahirkan dengan selamat, makasih udah ngasih aku keponakan yang ganteng," ucap Millea.
Ziyara bingung, siapa Millea ini, kenapa ia memanggilnya kakak ipar dan memanggil putranya keponakan.
Evan masuk ke dalam ruangan istrinya karna mendengar kebisingan, ia terkejut melihat adiknya yang sudah berada disini.
“Heh, lepas, ngapain meluk-meluk istri gue," ucap Evan.
“Hhhh, cuma meluk aja heboh," balas Millea.
“Lo ngapain di sini? Siapa yang ngasih tahu Lo? Mama sama papa mama?" tanya Evan.
“Santai aja kalee, mama ngasih tahu aku kalo istri Abang udah ngelahirin, mama nyuruh aku nemenin kakak ipar kalo abang lagi kerja," jawab Millea.
“Ngapain siih mama ngasih tahu Lo, gue cuti sebulan jadi Lo gak perlu nemenin bini gue," ujar Evan.
“Dad," panggil Ziyara dengan menarik ujung baju Evan.
“Iya sayang."
“Hidihh, lembut banget sama kakak ipar, giliran sama adek sendiri ngegas Mulu," ucap Millea.
Evan tak menggubris perkataan adiknya, ia melihat istrinya dan bertanya.
“Kenapa?"
“Dia siapa?" tanya Ziyara berbisik.
“Adik Daddy," jawab Evan.
“Kok Daddy gak cerita?"
“Duluu, waktu pertama kali kita pacaran, Daddy langsung kasih tahu mama kalo Daddy punya pacar, sampai sekarang pun Daddy masih ngasih tahu mama semua tentang Kita," jelas Evan.
“Jadi orang tua Daddy tahu?"
“tahu sayang."
“Apa mereka setuju?" tanya Ziyara.
Evan tersenyum dan mengangguk lalu memeluk Ziyara dengan mesra.
“Tolong, masih ada orang di mari," celetuk Millea.
“Lo pulang deh dek," ucap Evan.
“Gak, aku harus nemenin kakak ipar."
“Ada gue ini," ujar Evan.
“Udah ih, kenapa jadi berantem, biarin aja Millea di sini," lerai Ziyara.
Millea menjulurkan lidahnya ketika Evan melihatnya dengan wajah masam.
“Ehem, Ziyara, ibuk pamit pulang dulu ya, sekali lagi selamat atas kelahirannya," ucap Sabina.
“Iya buk, makasih ya," balas Ziyara.
“Mari mas, Millea," sambung Sabina.
Setelah Sabina keluar, Millea bertanya kepada Evan kenapa ia dan Sabina masih berhubungan.
“Dih, enggak ya, gue gak pernah ngundang dia ke sini, gue juga gak pernah berhubungan lagi sama dia," ucap Evan.
“Hati hati, jangan sampai kejadian dulu keulang lagi," ucap Millea.
“Emangnya apa kejadian dulu?" tanya Ziyara penasaran.
“Biarin aku jelasin, abang diem aja," ujar Millea ketika melihat Evan ingin merayu istrinya supaya tidak mendengar kejadian yang lalu.
“Huh, terserah, gue keluar dulu."
Setelah Evan keluar, Millea menceritakan bagaimana Evan dan Sabina bisa di jodohkan. Berawal dari perusahaan ayah Evan yang hampir bangkrut, di situ lah Sabina menjalankan niat busuknya untuk mendapatkan Evan,
Ia menjebak Evan dengan memberi obat tidur pada minuman Evan lalu membuatnya seolah olah Evan sudah memperkozanya, tapi Evan bersikeras tidak melakukan hal itu,
Seberusaha apa pun Evan menjelaskan, ayah Sabina tak percaya dan ingin Evan bertanggung jawab dan akan membantu perusahaan sang ayah, karna ayah Evan dan ayah Sabina adalah teman.
Kalau Evan tak memikirkan betapa susahnya sang ayah mendirikan perusahaannya, Evan rela di laporkan ke polisi dari pada menikahi Sabina. Dengan terpaksa Evan bertanggung jawab menikahi Sabina dan menjadikan Sabina pemuas hasratnya.
Ziyara merasa kasihan kepada suaminya, ternyata di balik wajahnya yang dingin terdapat banyak luka yang seharusnya bukan menjadi luka baginya.