Fahrul Bramantyo dan Fahrasyah Akira merupakan sahabat sejak kecil, bahkan sejak dalam kandungan. Mereka sangat akrab bak saudara kembar yang merasakan setiap suka dan duka satu sama lain.
Namun semuanya berubah saat kesalahpahaman terjadi. Fahrul menjadi pria yang sangat kasar terhadap Fahra. Beberapa kali pria itu membuat Fahra terluka, hingga membuat tubuh Fahra berdarah. Padahal ia tau bahwa Fahra nya itu sangat takut akan darah.
Karena Fahra kecil yang merasa takut kepada Fahrul, akhirnya mereka pindah ke Malang dan disana Fahra bertemu dengan Fahri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LoveHR23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tragedi
Mereka semua membawa Andin ke rumah sakit terdekat. Rina menitipkan Fahrul pada Susan. Sementara Hans ikut membawa Andin ke rumah sakit bersama Bram dan Rina.
Setelah memeriksa keadaan Andin, dokter pun keluar dan mengajak Bram serta Rina ke ruangannya. Sedangkan Hans tetap di depan ruangan untuk menjaga Andin.
Bram dan Rina duduk di hadapan seorang dokter yang bernama Riyan.
"Gimana keadaan Putri saya dok?" tanya Rina begitu panik.
Dokter Riyan menghela nafasnya berat, "Maaf Pak, Buk, saya harus menyampaikan kabar buruk ini kepada kalian. Putri bapak dan ibu di fonis terkena penyakit jantung stadium awal"
Kalimat yang dilontarkan Dokter Riyan sontak membuat Rina dan Bram terkejut. Rina lantas meneteskan air matanya karena tak kuasa menahan rasa sedih.
"Apakah keluarga bapak dan ibu ada riwayat penyakit jantung?"
"Iya Dok, ayah saya juga sakit jantung" jawab Rina lirih.
"Yang sabar ya Buk, Pak. Saya mohon putri bapak dan ibu jangan sampai stres atau pun tertekan. Karena jika itu terjadi, kita tidak akan tahu takdir Tuhan." ucap Dokter Riyan yang membuat Rina semakin tertegun.
>>•<<
Mendengar cerita Rina tentang Andin, Susan turut prihatin. Susan mendekap sahabatnya dengan penuh kehangatan.
Sementara Andin begitu asyik bermain dengan Fahrul dan Fahra. Kali ini Andin mengajari adik-adiknya bermain sepeda. Berbeda dengan Fahrul, Fahra tak pernah bisa mengendarai sepeda. Gadis kecil itu merengek karena ia hanya bisa berlari untuk mengejar Fahrul yang sedang asyik mengayuh sepeda. Karena terlalu bersemangat mengejar teman sepermainannya, Fahra sampai terjatuh. Kaki nya berdarah hingga membuat ia menangis.
Fahrul yang melihat itu pun langsung menghentikan sepedanya dan berlari menghampiri Fahra.
"Jangan nangis, Ra" ucapnya sembari mengusap air mata Fahra.
Namun gadis kecil itu terus menangis saat melihat darah dilututnya. "Kaki Fahla beldalah Fahlul. Fahla takut liat dalah hikss hikss"
"Jangan nangis dong. Kalau kamu nangis, aku juga jadi sedih." pria kecil itu juga mulai ikut menangis. Seperti biasa, jika salah satu di antara mereka sakit, maka yang lain akan ikut bersedih. Hal ini pernah terjadi saat Fahrul demam tinggi. Dan ketika Fahra mengetahui hal itu, ia langsung menangis dan ikut sakit.
Saat Andin merasa bahwa kedua adiknya tidak mengikuti dibelakang, gadis itu bergegas berbalik arah. Andin menemukan Fahrul dan Fahra yang sedang menangis dipinggir jalan.
"Ehh kalian kenapa?" tanya Andin menghampiri Fahrul dan Fahra.
"Kak, kaki Fahra terluka." jawab Fahrul tersedu.
Andin paham betul kenapa Fahrul juga menangis saat kaki Fahra terluka
"Dek, udah-udah, ayo kita bawa Fahra pulang. Fahrul bisa bawa sepeda sendirikan?"
"Iya kak bisa"
"Yuk, Fahra naik sepeda kakak ya". Fahra hanya mengangguk saat Andin menyuruhnya menaiki sepeda itu.
~>>•<<~
Semakin bertambahnya tahun, penyakit Andin semakin parah. Saat ini usia gadis itu sudah 19 tahun. Sebenarnya Rina tak menyetujui jika putri sulungnya itu melanjutkan kuliah. Namun Andin terus saja memaksa, dan kedua orangtuanya pun tak bisa melarang.
Demikian juga dengan Fahrul dan Fahra, mereka berdua semakin akrab seiring berjalannya waktu. Mereka seperti dua saudara kembar yang tak bisa dipisahkan.
Saat ini Fahrul dan Fahra sudah duduk dibangku kelas 2 SD. Seperti prediksi Susan, mereka berdua selalu sekelas dan absen mereka tak pernah jauh.
Hans dan Susan harus pergi ke Malang untuk menjenguk kakaknya yang sedang sakit. Mereka tak pernah khawatir jika harus meninggalkan Fahra di rumah Rina dan Bram. Pasalnya Fahra juga tak keberatan jika harus ditinggal pergi ke Malang.
"Fahra yang baik ya tinggal disini. Jangan nyusahin tante Rina ya sayang" ucap Susan sembari mencium kening anaknya.
"Iya Bun, Fahra kan anak baik. Lagian disini kan ada kak Andin dan Fahrul." Fahra tersenyum lebar ke arah Susan dan Hans.
"Kamu disana berapa hari San?" tanya Rina.
"Mungkin seminggu, Rin. Tolong jagain Fahra ya"
"Iya-iya, Fahra udah aku anggap kayak anak aku sendiri. Jadi kalian tenang aja"
"Yaudah, kalau gitu aku pergi dulu ya"
~>>•<<~
Tiga hari telah berlalu, namun Fahra sama sekali tidak rewel saat orangtuanya tidak ada. Ia bahkan begitu asyik bermain dengan Fahrul. Sore itu mereka hanya bermain berdua karena Andin belum pulang dari kampus. Fahrul dan Fahra terlihat asyik bermain masak-masakkan dengan mainan milik Fahra.
"Raa, ambilin mangkuk untuk nyetak plastisin dong." pinta Fahrul kepada Fahra
"Dimana Rul?" tanya Fahra dengan pengucapan yang sudah jelas. Sejak usianya beranjak 6 tahun, gadis itu sudah bisa berucap dengan jelas.
"Itu disana" Fahrul menunjuk ke arah pojok pagar rumahnya.
"Oh iya ada hehehe"
"Duh, pisau mainannya kan ada di kamar aku. Hmm yaudah, aku ambil dulu deh. Raa, aku mau ambil pisau dikamar. Kamu ambil daun hijau yang ada di seberang sana ya" ucap Fahrul dan bergegas masuk ke dalam.
Saat Fahra melangkahkan kaki untuk menyebrang jalan, tiba-tiba ada anjing yang menggonggongnya. Kejadian itu disaksikan oleh Andin yang berada tak jauh dari Fahra.
Gadis kecil itu berteriak dan berlari untuk menghindari anjing. Namun si jago menggonggong itu semakin gencar mengejar Fahra.
"Fahra, jangan berlari dek" teriak Andin yang kini berada di seberang rumahnya.
Fahra sama sekali tak menghiraukan teriakkan Andin, dan terus menangis sambil berlari bolak balik di depan rumah. Melihat Fahra yang menangis, Andin merasa sangat stres dan tertekan. Gadis itu tak henti-hentinya meneriaki Fahra sembari menangis.
Karena kewalahan berlari, tanpa sadar Fahra menabrak pohon besar yang membentur kepalanya hingga berdarah. Sementara anjing itu terus saja menggonggong Fahra.
"Kak Andin tolongin Fahra kak!" ucap Fahra yang tersedu-sedu.
"Jangan lari dek, diem aja disitu. Anjingnya bakal lari kok kalau kamu diem" teriak Andin histeris.
Ketika Fahra menghentikan langkahnya, tanpa sengaja ia terjatuh dan membuat tangannya juga ikut berdarah. Gadis kecil itu akhirnya membaringkan tubuh ditempat ia terjatuh. Fahra tak henti-hentinya menangis karena merasa sakit.
Saat Fahra terbaring lemah ditengah jalan, anjing itu bergegas pergi dari hadapan Fahra. Dengan dada yang terasa sesak, dan nafas yang tak beraturan, Andin mencoba untuk menghampiri Fahra yang sudah tergeletak lemah di jalan. Langkah Andin terhenti saat melihat ada motor yang melaju dengan cepat. Ia berteriak kencang untuk menyuruh Fahra menepi.
"### FAHRAAAA AWASS!!!!!!!!!" teriaknya saat melihat motor yang melaju kencang itu.
-
-
~>>•<<~
Nahloh, Fahra kenapa ya? Kenapa kak Andin teriak histeris gitu. Duh kasian liat Fahra yang dikejar-kejar sama hewan nachkal yang suka menggonggong. Jangan galak-galak dong mas kungkung, ntar ga dapet jodoh loh hehehe..
Gimana nih ceritanya? Menegangkan gak? Seru gak? Kalau seru, vote dong buat temen-temen yang baca heheheh.
Membuat orang bahagia itu dapet pahala loh. Kan author juga salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang pingin bahagia heheh
See you ❤💋
Salam sayang, Author
glds_herazt23