NovelToon NovelToon
Perjalanan Menuju Surga Abadi

Perjalanan Menuju Surga Abadi

Status: sedang berlangsung
Genre:Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Morning Sunn

Di dunia di mana kekuatan spiritual menentukan segalanya, Yu Chen, seorang pelayan muda dengan akar spiritual abu-abu, berjuang di dasar hierarki Sekte Awan Hening. Di balik kelemahannya tersembunyi rahasia kuno yang akan mengubah takdirnya. Dari langkah kecil menuju jalan kultivasi, ia memulai perjalanan yang perlahan menantang langit itu sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Morning Sunn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 27: Perburuan Binatang Void dan Seni Memecah Hukum

Kabut ungu yang melayang di atas Kepulauan Void tampak seperti tirai mimpi yang tidak pernah berhenti bergerak.

Udara di sekitar terasa lebih berat dari biasanya, dan langkah kaki seolah bergema dengan pantulan yang datang dari dimensi lain. Bagi manusia biasa, hanya menatap cakrawala tempat laut spiritual dan langit Chaos bertemu sudah cukup untuk membuat pikiran mereka pecah.

Namun di tengah keheningan yang menggantung, di atas salah satu tebing hitam yang melayang tinggi, Yu Chen duduk bersila. Di hadapannya, selembar peta spiritual bercahaya biru melayang perlahan, diproyeksikan dari bola cahaya pemberian Ras Spiritual.

“Pusat anomali ruang berada di titik ini,” kata Ning Rou sambil menunjuk salah satu titik yang bersinar. “Pulau Anomali—di sana, gravitasi dan aliran waktu saling bertentangan. Menurut Ras Spiritual, makhluk yang disebut Binatang Void bersarang di tengahnya. Tapi bukan di dunia kita sepenuhnya.”

Yu Chen membuka matanya. Tatapannya tajam seperti pedang yang baru diasah. “Artinya… sebagian tubuhnya hidup di ruang nyata, sebagian lagi di ruang bayangan.”

“Benar.” Ning Rou mengangguk. “Kau tidak bisa menebasnya dengan kekuatan biasa. Kau harus memutus ‘sambungan ruang’ yang menopang eksistensinya.”

Yu Chen tersenyum tipis. “Memutus ruang itu sendiri, ya… menarik.”

Ia menatap langit keunguan itu sejenak, lalu berdiri.

Aura lembut muncul di sekeliling tubuhnya — bukan cahaya Qi biasa, tapi kilau halus yang tampak memelintir udara di sekitar. Setiap hembusan napasnya mengubah arah debu Chaos yang mengambang. Ia sedang berlatih merasakan distorsi ruang.

“Jadi inilah Hukum Ruang…” gumamnya. “Bukan sekadar jarak, tapi jalinan antara keberadaan dan ketidakhadiran.”

Tangannya terangkat perlahan. Di ujung jari, muncul goresan halus seperti retakan di udara. Itu bukan serangan, melainkan celah ruang miniatur — sesuatu yang tak bisa dilihat manusia biasa, tapi terasa oleh jiwa yang peka.

Ning Rou memperhatikannya dari kejauhan, matanya penuh kagum.

“Dia benar-benar belajar sendiri…,” bisiknya. “Tanpa guru, hanya dari resonansi hukum di udara.”

Retakan itu pecah perlahan, lalu menutup kembali dengan desiran lembut. Yu Chen menurunkan tangannya. “Sedikit saja aku kehilangan fokus, seluruh jiwa bisa tertarik ke dalam celah itu.”

Ia menatap ke arah timur, di mana kabut Chaos tampak lebih pekat. “Binatang Void itu… pasti hidup di antara retakan seperti ini.”

Ning Rou mengangguk. “Tapi sebelum itu, kita butuh Batu Chaos. Formasi penyegelku tidak akan bertahan selama pertarungan.”

Yu Chen menatap peta. “Pulau Tianxu, sebelah barat laut. Ada ladang tambang kecil di sana, dijaga oleh beberapa ras minor.”

“Berbahaya,” ujar Ning Rou. “Di wilayah Chaos, ras-ras itu tidak tunduk pada aturan mana pun.”

Yu Chen hanya tersenyum. “Berbahaya atau tidak, kita tidak punya pilihan.”

---

Dua hari kemudian, di Pulau Tianxu.

Langit di atas tampak seperti pusaran tinta ungu, berputar pelan tapi memancarkan tekanan dahsyat. Tanah di bawahnya berwarna abu-abu gelap, dipenuhi batu-batu melayang dan kilau biru dari celah bumi.

Yu Chen berjalan menembus kabut bersama Ning Rou. Di depan mereka, tampak goa besar tempat Batu Chaos memancarkan cahaya kehijauan.

Namun tak lama, bayangan bergerak cepat melintas di antara bebatuan. Tiga makhluk humanoid bermata empat muncul — kulit mereka bersisik seperti logam cair.

“Manusia dari luar dunia…” salah satu dari mereka mendesis, suaranya seperti gesekan logam. “Batu Chaos adalah milik Ras Tianxu!”

Yu Chen menatap tenang. “Kami hanya butuh beberapa. Kami tidak datang untuk merampas wilayahmu.”

Makhluk itu menatapnya curiga, lalu menatap Ning Rou di belakangnya.

“Alkimis manusia,” gumamnya. “Kau memegang simbol Aliansi Alkimia… Itu berarti emas dan darah.”

Seketika mereka menyerang.

Gelombang energi Chaos meledak, memecah udara. Yu Chen menarik pedangnya, dan cahaya putih keemasan muncul sesaat, menembus kabut.

Gerakan mereka cepat, namun tidak berarti di mata Yu Chen.

Ia mengaktifkan Tubuh Jiwa-nya — bayangan transparan muncul di belakang tubuhnya, menirukan setiap gerakannya.

Pedang berputar sekali.

Udara retak. Waktu berhenti sepersekian detik.

Lalu tiga makhluk itu terlempar mundur, seolah dunia di sekitar mereka terbelah sesaat dan menelan mereka keluar dari eksistensi.

Yu Chen menurunkan pedang. “Aku tidak ingin membunuh siapa pun.”

Dari tubuh makhluk yang pingsan, Batu Chaos berukuran kepalan tangan meluncur keluar. Ia mengambilnya dan menyerahkannya pada Ning Rou. “Ini cukup untuk memperkuat segel?”

Ning Rou mengangguk pelan. “Lebih dari cukup. Tapi… kau harus berhati-hati. Energi Chaos dari batu ini bisa menggigit balik.”

Yu Chen tersenyum kecil. “Aku sudah cukup sering digigit oleh nasib.”

---

Malam itu, mereka kembali ke kapal spiritual.

Ning Rou mulai memperbaiki segel menggunakan Batu Chaos, sementara Yu Chen berdiri di dek, menatap ke arah Pulau Anomali di kejauhan — tempat di mana gelombang ruang naik turun seperti nafas raksasa.

Udara di sana bergetar tanpa henti. Bahkan dari jarak puluhan kilometer, ia bisa merasakan distorsi yang aneh — waktu di sana bergerak tidak serempak.

Terkadang kabut tebalnya tampak diam, terkadang berputar cepat lalu memudar.

Ia menarik napas dalam.

“Aku harus memutus ruang itu sendiri… bukan menebas tubuh Binatang.”

Ia menutup mata. Dalam pikirannya, terdengar gema suara Roh Naga Purba dari dalam jiwanya.

> “Hukum tidak diciptakan untuk ditaati, tapi untuk dipahami dan dipecah.”

Kata-kata itu bergetar dalam kesadarannya. Ia membuka mata, dan cahaya keemasan melintas dalam pupilnya. “Kalau begitu, mari kita mulai.”

---

Keesokan harinya, Yu Chen melangkah ke Pulau Anomali sendirian.

Begitu menjejakkan kaki, dunia langsung bergetar. Gravitasi di sini berubah setiap detik; kadang ia melayang tanpa berat, kadang tubuhnya terasa seratus kali lebih berat. Batu-batu di sekitarnya mengambang, memantul di udara seperti ikan dalam air.

Ia berjalan pelan, Tubuh Jiwa-nya keluar sebagian untuk menyesuaikan diri dengan ritme ruang.

“Waktu di sini… tidak linier,” gumamnya. “Satu langkah bisa berlangsung satu napas… atau seribu.”

Dari kejauhan, terdengar raungan rendah — seperti gema dari dalam mimpi.

Gelombang ruang bergetar, dan dari udara muncul seekor makhluk besar: tubuhnya berwarna hitam berkilau, dengan sayap seperti kabut, dan mata bercahaya biru muda yang menembus realitas.

Binatang Void.

Tubuhnya tampak ada dan tidak ada dalam waktu yang sama — separuh transparan, separuh nyata. Setiap gerakannya menciptakan bayangan lain di udara, membentuk ratusan versi dirinya yang sama-sama hidup.

Yu Chen mengangkat pedangnya perlahan. “Menarik.”

Makhluk itu mengaum, dan seluruh pulau bergetar.

Serangan pertamanya datang tanpa bentuk — ruang di depan Yu Chen tiba-tiba terlipat, dan puluhan bayangan makhluk itu muncul dari segala arah. Setiap satu menebas, menerkam, menggigit.

Tapi Yu Chen tidak melawan. Ia memejamkan mata.

Deng.

Nada halus terdengar, seperti senar zither dipetik oleh tangan tak terlihat.

Itu adalah Nada Hening Pedang Jiwa.

Dalam sekejap, dunia di sekelilingnya berubah menjadi lautan keheningan. Semua suara lenyap. Semua bayangan membeku.

Yu Chen melangkah sekali. Tubuh Jiwa-nya keluar sepenuhnya — wujud transparan bersinar keemasan ungu di belakangnya. Matanya terbuka, menatap ratusan bayangan di sekitarnya.

“Ruang ini palsu.”

Ia mengayunkan pedangnya sekali — perlahan, tapi dalam gerakan itu, pedangnya tidak hanya bergerak secara fisik, melainkan menembus dimensi di mana makhluk itu bersembunyi.

Retakan cahaya muncul di udara, seperti kaca yang pecah.

Suara melengking bergema, tinggi dan menyakitkan.

Seluruh ilusi runtuh. Dari balik bayangan muncul tubuh asli Binatang Void, mengerang kesakitan. Matanya kini merah, dan dari tubuhnya muncul ribuan pecahan ruang yang mengamuk.

Yu Chen melompat, pedangnya berputar cepat.

Nada kedua terdengar — Nada Pemutus Hukum.

Pedang spiritualnya bersinar terang. Ia menebas bukan tubuh makhluk itu, tapi udara kosong di atas kepala.

Cahaya keemasan menembus dimensi, memotong jalur hukum yang mengikat eksistensi makhluk itu.

Binatang Void mengaum, tubuhnya bergetar keras. Cahaya biru keluar dari rongga dadanya, berdenyut seperti jantung kosmik, lalu pecah menjadi partikel kecil.

Kabut yang melingkupi pulau menghilang perlahan. Dunia menjadi tenang kembali.

Yu Chen menatap sisa tubuh makhluk itu, lalu perlahan berjalan ke depan. Di tengah reruntuhan batu, sesuatu berkilau — pecahan berbentuk spiral, seperti cermin yang menampilkan ruang dalam ruang.

“Pecahan Kunci Abadi Ketiga,” bisiknya. Ia mengulurkan tangan, memegangnya perlahan. Begitu disentuh, pemandangan di sekitar bergetar, dan aliran energi ruang masuk ke tubuh Jiwanya.

Tubuh Jiwa-nya bergetar hebat, namun kali ini tidak menolak. Energi itu berpadu dengan pemahamannya akan ruang, memperkuat resonansi di dalam diri.

“Jadi begini rasanya memecah hukum…” Ia menatap langit. “Bukan menghancurkan aturan, tapi memahami alasan di balik keberadaannya.”

---

Beberapa waktu kemudian, Ning Rou datang dengan kapal spiritual kecil yang ia kendalikan sendiri. Melihat Yu Chen berdiri di tengah reruntuhan, ia tersenyum lega.

“Kau berhasil.”

Yu Chen menatapnya, lalu menunjukkan pecahan spiral yang bersinar di tangannya. “Tiga Kunci sudah terkumpul.”

Ning Rou mendekat, wajahnya sedikit serius. “Aku merasa… sesuatu berubah dalam dirimu.”

Yu Chen tersenyum samar. “Hukum ruang bukan hanya tentang perpindahan. Ia juga tentang jarak antara hati dan tujuan. Semakin aku memahaminya, semakin aku sadar bahwa ‘jarak’ bukan halangan, tapi bagian dari perjalanan Dao.”

Ning Rou menatapnya lama, lalu menunduk. “Kau bicara seperti seorang bijak.”

“Tidak,” jawabnya. “Aku bicara seperti seseorang yang hampir kehilangan arah… tapi baru saja menemukannya kembali.”

Dari balik kabut di kejauhan, cahaya biru lembut muncul. Ras Spiritual yang sebelumnya menguji mereka kini tampak berdiri di atas udara. Pemimpin wanita mereka menatap Yu Chen dengan senyum samar.

“Kau telah membuktikan dirimu layak disebut pengelana hukum,” katanya. “Sebagai balasan atas pencerahanmu, kami akan memperkuat kapal spiritualmu. Kau akan butuh itu untuk meninggalkan Kepulauan Void.”

Yu Chen menunduk sedikit. “Terima kasih. Tapi sebelum aku pergi, aku harus menyelesaikan sesuatu.”

Wanita itu mengerutkan alis. “Apa itu?”

Yu Chen menatap cakrawala jauh di balik lautan spiritual.

“Menemukan kebenaran di balik Kunci Abadi. Karena setiap kali aku membuka satu lapisan, aku merasa… seseorang di langit menatap balik.”

Langit di atas mereka bergetar lembut, seolah mengakui kata-kata itu.

1
sitanggang
diawal namanya siapa berubah jd siapa 🤣🤣
sitanggang
buruknya terlalu banyak tingkatan dan namanya gak jelas
Nanik S
Jadikanlah cerita ini lebih hidup
Nanik S
NEXT
Nanik S
Darah boleh sama tapi perjalanan hidup dan waktu pasti berbeda
Nanik S
Cuuuuuuus#t
Nanik S
Akhirnya Mu Feng dan Bsi Luang pergi juga
Nanik S
Laaaanjutkan Tor
Nanik S
Ceritanya bagus tapi kurang hidup
Nanik S
Lanjutkan terus
Nanik S
Dunia Beku... berarti hamparan Es
Nanik S
Siapakah yang menatap Yu Chen diatas langit
Nanik S
Siap mengambil Kunci ke Tiga
Nanik S
Bai Luang.... ternyata msh mengejar Yu Chen
Nanik S
Lanjutkan
Nanik S
kalau bayangan Yu Chen bisa bertarung.. hebat sekali seperti Klon
Twilight: terimakasih ya kak sudah membaca novel saya😄🙏
total 1 replies
Nanik S
Mu Feng apakah masih mengejar lagi
Nanik S
Sungguh bagus ceritanya
adi ambara
dalam tak sedar..dirinya sombong yg tak kelihatan walau dirinya sendiri...org yg sombong tak bisa berfikiran jernih..
Nanik S
Naik Tingkat... Yu Chen.. musuhmu selalu mengejsrmu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!