Dikhianati kekasih demi uang dan diinjak-injak hingga sekarat oleh Tuan Muda sombong, Ye Chen bangkit dari titik terendahnya setelah mengaktifkan "Sistem Kekayaan Mutlak & Kultivasi Ganda". Dengan saldo tak terbatas dan kekuatan yang meningkat setiap kali menaklukkan wanita... mulai dari dosen yang dingin, polisi galak, hingga ibu tiri musuhnya... Ye Chen bersumpah untuk membalas setiap penghinaan dengan dominasi total, menjadikan kota metropolitan Jianghai sebagai taman bermain pribadinya di mana uang adalah hukum dan wanita adalah sumber kekuatannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ex, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 Pembantain dikantor Polisi bagian 2
Ini adalah teknik dari kitab Gu Shan: Jarum Ilahi Pencabut Nyawa.
Tuk. Tuk. Tuk. Tuk.
Suara jarum menembus titik vital terdengar sangat pelan.
Seketika, sepuluh murid sekte itu kaku di udara. Mata mereka melotot. Di dahi mereka masing-masing, tertancap satu jarum perak kecil.
BRUK! BRUK! BRUK!
Mereka jatuh serentak dan mati seketika.
Tang Bing dan polisi lain yang melihatnya menahan napas. Mereka tidak pernah melihat cara membunuh seindah dan mengerikan ini.
Tie Niu mundur selangkah, ketakutan mulai merayapi hatinya. "K-Kau... Teknik Jarum Terbang?! Kau dari Sekte mana, hah?!"
"Sekte Kematian," jawab Ye Chen.
Ye Chen tiba-tiba menghilang dari pandangan Tie Niu.
Wush!
Sedetik kemudian, dia sudah muncul tepat di depan Tie Niu.
"Tadi kau mau memukulnya pakai tangan ini, kan?"
Ye Chen menangkap pergelangan tangan kanan Tie Niu.
Tie Niu mencoba melawan dengan kekuatan Kulit Besi-nya. "Heh! Kau tidak akan bisa mematahkan tulangku! Tulangku sudah dilapisi baj...."
KRETEK! PRAK!
Ye Chen meremasnya dengan santai. Lengan Tie Niu yang sekeras baja itu penyok, remuk, dan terpelintir seperti plastik yang lunak. Tulang-tulangnya hancur menjadi serpihan di dalam daging.
"AAAAAAH!!!" Tie Niu menjerit lagi, kali ini lebih keras hingga suaranya serak.
"Berisik," kata Ye Chen.
Dia menendang lutut Tie Niu.
KRAK!
Lutut itu patah dan terbalik. Tie Niu jatuh berlutut di depan Ye Chen.
Ye Chen menunduk, menatap Tie Niu yang kini menangis darah.
"Siapa yang mengirimmu? Ketua Sekte Tinju Besi?"
"I-Iya... Ketua Xiong Ba... Dia marah sekali... Dia mau balas dendam kepadamu..." Tie Niu menjawab sambil terisak. "Ampun... ampuni aku Tuan..."
"Xiong Ba ya? Oke, aku akan mengingat namanya."
Ye Chen menoleh ke arah Tang Bing yang masih terduduk lemas di lantai.
"Bing'er, kau tidak apa-apa?" tanya Ye Chen lembut, kontras dengan kekejamannya barusan.
"A-aku tidak apa-apa... cuma lebam sedikit..." jawab Tang Bing, masih syok.
Ye Chen kembali menatap Tie Niu.
"Kau lihat wanita itu? Dia itu milikku. Dan kau mencekiknya tadi."
Ye Chen meletakkan telapak tangannya di atas kepala botak Tie Niu.
"Sampaikan salamku pada Ketuamu di neraka nanti. Bilang padanya... Cuci lehernya dan tunggu aku."
BZZZT!
Ye Chen mengalirkan Qi penghancur ke dalam otak Tie Niu.
Mata Tie Niu memutih. Dia kejang sebentar, lalu ambruk tak bernyawa. Otaknya sudah hancur lebur di dalam tengkoraknya.
Seluruh koridor sunyi senyap. Hanya ada mayat bergelimpangan.
Ye Chen berbalik dan berjalan menghampiri Tang Bing. Dia mengulurkan tangannya.
"Ayo bangun, Partner. Lantainya dingin."
Tang Bing menatap tangan itu. Tangan yang baru saja membantai belasan orang tanpa berkedip sekalipun. Tapi anehnya, dia tidak merasa takut lagi. Dia merasa... aman sekarang.
Tang Bing meraih tangan Ye Chen.
"Terima kasih... Tuan Besar," bisik Tang Bing, kali ini tanpa paksaan.
Ye Chen tersenyum miring. Dia menarik Tang Bing berdiri, lalu tiba-tiba menggendongnya ala pengantin baru.
"Hei! Turunkan aku! Banyak anak buahku di sini!" protes Tang Bing malu, memukul dada Ye Chen pelan.
"Biar saja. Biar mereka tahu siapa bosnya," kata Ye Chen cuek.
Dia menoleh ke arah tiga polisi muda yang masih bengong di pojokan.
"Woy, kalian," panggil Ye Chen.
"S-Siap Tuan!" Mereka langsung berdiri tegak memberi hormat sambil gemetar.
"Bersihkan sampah-sampah ini. Dan kalau ada wartawan yang tanya, bilang saja ini ledakan gas atau serangan teroris. Jangan sebut namaku. Mengerti?"
"Mengerti Tuan! Siap laksanakan!" Mereka mengangguk cepat seperti ayam mematuk beras. Siapa yang berani membantah monster ini?
Ye Chen membawa Tang Bing berjalan keluar koridor, melangkahi mayat-mayat itu seolah sedang berjalan-jalan di taman bunga.
Di Dalam Mobil Lamborghini Ye Chen.
Ye Chen mendudukkan Tang Bing di kursi penumpang. Dia mengambil kotak P3K dari dashboard, lalu mulai mengobati luka di lengan Tang Bing.
Gerakan Ye Chen sangat hati-hati dan sangat telaten. Dia menaburkan bubuk obat (dari Kitab Gu Shan) ke luka gores itu.
"Sshhh... perih..." desis Tang Bing.
"Tahan sedikit lagi ini obat yang sangat bagus. Besok lukanya akan hilang tanpa bekas. Sayang kan kalau kulit semulus ini ada terlihat ada bekas luka," goda Ye Chen sambil meniup luka itu dengan pelan.
Wajah Tang Bing memerah. Dia menatap wajah Ye Chen yang sedang serius mengobatinya. Jantungnya berdebar kencang.
"Ye Chen..."
"Hm?"
"Kenapa kau datang?" tanya Tang Bing pelan. "Kau bisa saja membiarkanku mati. Dengan begitu, tidak ada lagi polisi yang akan mengganggumu."
Ye Chen menghentikan tangannya. Dia menatap mata Tang Bing dalam-dalam.
"Sudah kubilang kan? Kau itu milikku," jawab Ye Chen tegas. "Dan cuma aku yang boleh merusaknya. Orang lain tidak boleh menyentuhnya sedikitpun."
"Dasar posesif..." gumam Tang Bing, tapi senyum kecil terbesit di bibirnya. Dia menyandarkan kepalanya di bahu Ye Chen.
"Malam ini... aku tidak mau pulang ke asrama polisi," bisik Tang Bing.
Ye Chen menaikkan alisnya. "Oh? Lalu mau kemana? Ke hotel?"
Tang Bing menggeleng. Dia memainkan kancing kemeja Ye Chen dengan jarinya.
"Ke rumahmu. Aku mau... berendam air hangat. Dan aku mau 'pengobatan lanjutan'. Tubuhku masih sakit semua karena dihajar tadi."
Kode keras broo.
Ye Chen tertawa renyah. "Siap laksanakan, Ibu Negara."
Ye Chen menyalakan mesin mobilnya.
VROOOM!
Mobil itu melesat membelah malam, meninggalkan kantor polisi yang berasap.
Namun, di dalam hati Ye Chen, api amarah masih menyala.
'Sekte Tinju Besi... Xiong Ba... Kalian sudah melewati batas. Menyerang wanitaku di tenpatnya sendiri?'
'Tunggu saja. Besok, aku tidak akan menunggu sampai kalian datang. Aku yang akan mendatangi kalian.'
[Ding!]
[Misi Baru Terbuka: 'Pemusnahan Masal'.]
[Target: Ratakan Markas Utama Sekte Tinju Besi di Gunung Batu.]
[Hadiah: Peningkatan Kultivasi ke Tahap Pembentukan Pondasi (Foundation Establishment) & Senjata Roh Kelas Menengah.]
Mata Ye Chen berkilat emas dalam kegelapan.
Perang sebenarnya baru saja dimulai.
Ye Chen terlalu dominan dalam kekayaan ekonomi, kekuatan super, dan bahkan kekuasaan politik. Jika Ye Chen masih dominan di bab-bab selanjutnya, ini akan mematikan konflik bagus dan kemunculan antagonis yang bagus pula.
Apalagi saat ini plot masih menekankan dominasi Ye Chen dalam hal seksualitas dan kekayaan.