CEO paling disegani meninggal dan bangun di tubuh Anggun, putri yang sudah dilupakan semua orang.
Bagaimana bisa Anggun mendapatkan kerja sama dengan Alvin?
Dari mana kemampuan bahasa inggris,, oh, dia juga bisa bahasa arab?
Gawat!
Beberapa orang merasa terancam!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Sinyal
Anggun yang duduk di VVIP sesekali melirik ke arah sang suami yang duduk bersama seorang menteri kerajaan luar negeri. Anggun menikmati ketampanan pria itu hingga sebuah suara mengejutkannya.
"Bukankah dia tampan?" Tanya Regina yang duduk di samping Anggun, datang bersama sang ayah.
Anggun menarik tatapannya dari sang suami dan menatap Regina sambil tersenyum tanpa berkata apapun.
Regina merasa heran, biasanya para perempuan berusaha dekat dengannya karena reputasinya yang sangat bagus, tetapi perempuan ini malah memilih bersikap elegant seolah tak perlu berkenalan dengannya.
Jadi Regina mengulurkan tangannya, "Regina," kata Regina sambil melemparkan senyum indahnya.
"Anggun," ucap Anggun menerima uluran tangan Regina hingga dua perempuan itu berjabat tangan.
"Aku lihat dari tadi kau terus memandangi Alvin, apa kau tidak tahu rumor tentang dia?" Tanya Regina membuat Anggun merasa penasaran.
"Rumor apa?" Tanya Anggun.
Regina mengangkat sebelah alisnya saat melihat Anggun tampak begitu penasaran, perempuan ini tidak tahu apa-apa?
"Alvin itu pria yang tak bisa digapai, jadi percuma saja menatapnya. Dia tidak bisa berdekatan dengan perempuan, banyak perempuan telah mendapat masalah hanya karena menatapnya. Jadi aku sarankan sebaiknya kau berhati-hati dengan matamu itu," kata Regina sambil tersenyum dan melirik Alvin.
"Lalu kau sendiri meliriknya, apa kau tidak takut?" Tanya Anggun seraya tersenyum, melirik sang suami.
"Aku?" Regina masih tersenyum menatap Alvin, "aku berbeda, kami ditakdirkan," ucap regina sambil tersenyum.
Regina berpikir bahwa hari ini dia harus melakukan sesuatu untuk selangkah lebih dekat dengan Alvin atau tidak akan ada kesempatan berikutnya. Lagipula sangat sulit bertemu dengan Alvin.
"Ditakdirkan?" Anggun ikut tersenyum, jelas-jelas perempuan di foto yang ia lihat disimpan oleh Alvin bukanlah foto regina, lalu apa peran regina dalam hidup Alvin?
"Kenapa?" Regina berbalik menatap Anggun dengan tegas, "kenapa kau tersenyum?" Tanya regina yang merasa kesal seolah-olah Anggun baru saja merendahkan nya.
Anggun menggeleng, "bukan apa-apa," ucap Anggun dengan tenang semakin membuat kesal Regina.
Regina penasaran dari keluarga mana Anggun berasal hingga berani bersikap tersebut padanya?
Padahal semua orang tahu bahwa dia adalah putri tunggal keluarga Boston, tidak ada yang berani mengganggunya, kecuali satu orang, Alvin!
Anggun bisa melihat kekesalan Regina, tapi dia mengabaikannya dan hanya fokus pada acaranya.
Hingga makanan mulai di sajikan, Anggun terus fokus pada makanannya, membandingkan makanan yang ia cicipi dengan masakan suaminya.
'Bahkan masakan Alvin mengalahkan rasa masakan koki profesional, bagaimana cara pria itu melakukannya?' pikir Regina dalam hati.
Tapi ketika Anggun berusaha untuk menikmati makanannya, gelas miliknya tiba-tiba jatuh ke gaunnya hingga membuat gaunnya jadi basah.
Anggun yang panik langsung mendapatkan sapu tangan dan mengelap noda air di gaunnya.
Tapi saat Anggun melihat orang yang telah menumpahkan minumannya, Anggun mengeryit mendapati Regina malah tersenyum ke arahnya, senyum mengejek.
"Maaf, aku pikir gelasnya setahan keangkuhan pemiliknya," kata Regina yang memang sengaja menumpahkan air ke Anggun untuk balasan pada Anggun yang terlalu sok di hadapannya.
"Kau..." Anggun merasa kesal, tapi dia sadar ini bukan tempat yang tepat untuk berdebat, jadi Anggun memilih berdiri dan pergi ke toilet.
Setelah tiba di toilet, Anggun membersihkan gaunnya dari noda Anggur, "padahal ini gaun hadiah, sekarang nodanya tidak akan lepas," gerutu Anggun merasa kesal.
"Siapa kau?" Tiba-tiba suara dari belakang membuat Anggun berbalik dan melihat Regina berdiri dengan wajah tidak senang menatap Anggun.
Anggun mengeryit, "ada apa denganmu? Aku rasa ini pertama kalinya kita bertemu," ucap Anggun yang dengan jelas bisa melihat kemarahan Regina.
"Ck!" Regina kesal, ia mendekati Anggun dan menatap Anggun dengan penuh tekanan, "aku tanya, dari keluarga mana kau berasal?!" Tanya Regina penuh arogan.
"Kenapa ku harus memberitahumu?" Tanya Anggun kini tak lagi mau bersikap sopan pada Regina.
Memangnya dia semudah itu hingga Regina yang bukan siapa-siapanya ini mau menekannya?
"Kau!" Regina tak percaya dengan apa uang dikatakan Anggun, baru kali ini ia bertemu dengan perempuan yang berani mencari masalah dengannya, "kau benar-benar tidak tahu siapa aku ya? Dengar! Aku dari keluarga Boston!" Tegas Regina menunggu reaksi terkejut Anggun.
Tapi di luar dugaan, Anggun malah tersenyum, "keluarga Boston? Lalu kenapa? Apa aku harus bersujud padamu hanya karena kau putri keluarga Boston?" Tantang Anggun tak kalah garang menatap lawan bicaranya.
"Kau!" Nafas Regina menjadi sesak melihat Anggun, "kau pasti sudah gila! Keluarga ku adalah keluarga yang dihormati oleh semua orang. Akan ku pastikan kau menyesal atas sikapmu hari ini!" Tegas Regina sebelum melangkah pergi dengan penuh amarah.
Anggun hanya tersenyum kecil melihat kepergian Regina, 'Cobalah, aku lihat bagaimana hebatnya keluarga Bostonmu itu,' kata Anggun dalam hati, ia mencuci tangan sebelum keluar dari toilet.
"Nyonya Muda," ucap Hendrik menyambut Anggun, "saya sudah menyiapkan pakaian Ganti untuk Anda, silahkan ikuti saya."
"Ya, ini perlu di ganti," ucap Anggun segera mengikuti Hendrik.
"Perempuan yang baru saja bersama dengan Anda adalah Nona Regina dari keluarga Boston. Dia pernah dijodohkan dengan Tuan Muda, tapi ditolak oleh Tuan Muda di hari pertama bertemu. Sebaiknya Nyonya jangan terlalu dekat dengannya, dia memiliki temperamen yang buruk," ucap Hendrik saat merek melewati lorong-lorong kecil yang sepi.
"Tapi perempuan secantik itu kenapa ditolak Alvin dan memilih menikah kontrak denganku?" Tanya Anggun penasaran, barang kali dia bisa mendapat informasi dari Hendrik.
"Maaf Nyonya, saya tidak bisa menjawab pertanyaan itu," ucap Hendrik yang tentunya tidak akan bisa membaca niat tuan mudanya.
Dia sendiri dan semua orang yang bekerja dengan Alvin sangat terkejut saat mendengar tuan muda mereka memutuskan untuk menikah.
"Ya, aku tidak akan menyalahkan mu," ucap Anggun menutup percakapan mereka.
Keduanya terus hening hingga mereka tiba di sebuah kamar yang mengejutkan Anggun.
Ada juga kamar yang bagus dengan fasilitas lengkap di stadion sepak bola.
"Kau baik-baik saja?" Tiba-tiba sebuah suara mengejutkan Anggun.
Anggun berbalik melihat ke sumber suara dan mendapati Alvin mendekatinya, pria itu melirik ke pakaian Anggun yang bernoda, matanya menunjukan ketidaksenangan.
"Jangan khawatir, hanya insiden kecil, tidak mungkin melukaiku," ucap Anggun sambil tersenyum, tapi dalam hati dia merasa heran atas ekspresi yang di buat Alvin, pria itu tampak khawatir.
"Kemarilah," kata Alvin membuka kedua lengannya membuat Anggun merasa heran, tapi dia masih tetap mendekat ke Alvin dan mendapat pelukan hangat dari pria itu.
"Apa kita pulang saja?" Tanya Alvin sambil menikmati aroma manis dari tubuh sang istri.
Entah sejak kapan dia mulai kecanduan aroma manis Anggun.
"Acaranya masih panjang, tidak sopan kalau pergi begitu saja," ucap Anggun yang terus menerus dibuat bingung atas sikap Alvin.
Ini hanya pernikahan kontrak yang singkat, satu tahun saja, tapi kenapa Alvin bertingkah seolah pria itu benar-benar mencintainya dan memperlakukannya dengan hati-hati?
Sebuah tanda tanya besar muncul di hati Anggun saat jantungnya berpacu cepat memberi sinyal adanya sesuatu yang salah di dirinya setiap kali memikirkan Alvin.