Serangeline Fros, wanita berusia 45 tahun, dikenal di seluruh kota Darsen sebagai ketua geng Bloodfangs—geng paling ditakuti yang menguasai setengah wilayah kota. Di balik reputasinya yang kelam, Sera menyimpan mimpi lama yang tak pernah terwujud: menjadi seorang penyanyi. Namun takdir berkata lain, sejak muda ia dipaksa oleh kakeknya untuk meneruskan tahta keluarga sebagai pemimpin geng, menenggelamkan keinginannya di balik darah dan kekuasaan.
Hingga suatu malam, sebuah kecelakaan tragis merenggut nyawanya. Tapi kematian bukanlah akhir bagi Serangeline Fros. Ia terbangun kembali… di tubuh seorang wanita muda berusia 25 tahun—bertubuh gendut, pemalu, dan diremehkan semua orang, bahkan oleh suaminya sendiri.
Apakah Serangeline akan menemukan makna baru dari kehidupan keduanya, ataukah sisi gelapnya sebagai gangster akan kembali bangkit dan menghancurkan segalanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mila julia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 . Gangster?
HAPPY READING!!!
.
.
.
Pagi itu Sera sudah rapi dengan pakaian casualnya menuju Agency Aleric. Sera berjalan menuju meja makan di sana sudah ada papanya tengah menyantap sarapan. Pemandangan yang jarang sekali ia dapati selama tinggal di Mansion .Biasanya ia sellau sibuk dengan kantornya atau tidak dia menginap di apartemen yang ia beli di dekat kantor. Bahkan selama tiga bulan ini Sera tinggal bersamanya ia hanya terlihat beebrapa kali meskipun pria tua itu sudah berjanji akan memerhatikannya tapi tetap saja pekerjaan selalu lebih penting untuknya. Tidak heran jika ia dengan mudah di bodohi oleh istri sirinya itu.
"Tumben sekali papa berada di sini pagi ini?. "sapa Sera duduk di meja makan mengambil beberapa sendok nasi goreng yang telah di buatkan oleh para maid tidak lupa dengan segelas susu hangat di dekatnya.
"Papa sengaja meluangkan waktu papa untuk bisa sarapan bersama putri papa. "
"Benarkah?.... " Sera mencoba menyelidiki wajah berseri-seri Nicolas. "Bukan karna ada hal lain yang kamu inginkan dariku kan?. " tuduh Sera.
"Sera... papa sudah peringatkan jaga ucapanmu, papa ini adalah orang tua mu. "tegur Nicolas membuat mata Sera memutar malas.
"Hmm... "
"Jadi apa sekarang kamu sedang dekat dengan anak teman bisnis papa yang kamu temui saat rapat dengan papa waktu itu?. "
Sera menampilkan deretan giginya, "Ck ...Aku sudah menduganya, ada hal lain. " batin Sera.
“Papa lihat kamu dan dia sangat cocok,” ujar Nicolas. “Papa akan mendukung kalau kalian berdua berencana menjalin hubungan lebih. Dengan kamu menikah dengan Aleric, dua perusahaan besar ini akan bersatu, dan jangkauan bisnis kita akan semakin luas.”
Sera terdiam sejenak. Ia meletakkan sendoknya, lalu berdiri dari kursi.
“Bukankah Papa keterlaluan?” katanya dingin. “Seharusnya sebelum mempertanyakan itu, Papa bertanya keadaanku. Bagaimana hari-hariku, apa yang aku inginkan, dan apa yang aku lakukan belakangan ini.”
Ia menghela napas kasar.
“Kamu memang orang tua yang tidak bisa diharapkan.”
Sera berbalik dan melangkah pergi meninggalkan meja makan.
“Sera, tunggu! Papa belum selesai berbicara denganmu!” teriak Nicolas dengan wajah kesal. “SERA!”
Namun Sera tak menoleh sedikit pun.
_____
Sera berada di bagasi mobil mansionnya. Tempat itu lebih mirip showroom mobil mewah. Deretan kendaraan mahal berjejer rapi—BMW, Lamborghini, dan berbagai mobil kelas atas lainnya—jumlahnya bahkan jauh lebih banyak dibandingkan koleksi Kael.
“Mungkin aku bisa mengendarainya,” gumam Sera. “Lagipula dulu aku sempat punya SIM.”
Pandangan Sera berhenti pada sebuah BMW hitam metalik. Bodinya mengilap, garis-garis desainnya tegas dan elegan. Interiornya berbalut kulit cokelat gelap dengan sentuhan kayu halus, memancarkan kemewahan yang tenang namun angkuh.
Sera tersenyum puas begitu ia dengan mudah duduk di kursi pengemudi.
“Lihat, Sera… kamu bahkan bisa menduduki ini dengan dirimu sekarang,” ucapnya pelan, seolah meyakinkan diri sendiri.
Ia menyalakan mesin tanpa kesulitan. Suara halus mesin menyambutnya.
“Lihat, SIM-ku masih berguna. Lagipula semua mobil sama saja, bukan? Cara mengendarainya.”
Dengan penuh keyakinan, Sera menancapkan gas dan melajukan mobil keluar dari bagasi.
___
Tin… tin… tiiinn!
Begitu memasuki jalanan ramai, rasa panik langsung menyerangnya. Mobil Sera melaju terlalu pelan, kadang menepi tanpa sadar, kadang berjalan di tengah jalur. Klakson keras bersahut-sahutan, disertai umpatan dari pengendara lain.
Tiiinn!
“Kalau tidak bisa mengemudi, jangan sok-sokan!” teriak seorang pria dari mobil yang memotong lajunya dengan kasar.
“Yaa! Aku juga sudah mengusahakannya!” balas Sera sambil ikut berteriak, tangannya gemetar di setir.
“Kenapa orang-orang sangat tidak sabaran,” gerutunya kesal, tetap memaksa melaju dengan kecepatan pelan.
Tak lama kemudian—
Bruk!
Mobil Sera dihantam dari belakang. Tubuhnya terhentak ke depan.
“Akh…” rintih Sera, kepalanya terasa nyeri akibat benturan ke setir.
Tok… tok… tok.
Dua pria berbadan besar mengetuk kaca mobilnya dengan kasar. Wajah mereka sangar, tatapan penuh amarah, memaksa Sera untuk keluar.
“Cepat!” bentak salah satu dari mereka.
Sera turun dari mobil dan langsung melihat bagian belakang BMW-nya yang ringsek.Sedangkan bagian mobil pria itu sedikit peyot karna sudah menabraknya.
“Lihat! Gara-gara ulahmu mobilku jadi begini!” ujar pria itu tajam. “Kamu sebenarnya bisa atau tidak membawa mobil?”
Sera tidak langsung menjawab. Pandangannya menyapu tubuh kedua pria itu dari atas ke bawah, hingga matanya tertuju pada sebuah tato di lengan salah satu dari mereka. Lambang itu membuat napasnya tertahan—nama gengnya sendiri tertera di sana, berdampingan dengan simbol geng saingannya: Fresh Blood.
Wajah Sera mengeras. Ia langsung mencengkeram pergelangan tangan pria itu.
“Apa-apaan ini?! Kenapa nama Fresh Blood juga ada di sini?!” teriaknya naik pitam. Ia tidak sudi nama geng yang ia bangun bersanding dengan geng murahan licik itu.
“Ini bukan urusanmu!” bentak pria itu sambil menepis tangan Sera hingga ia mundur beberapa langkah.
“Yang jadi urusanmu sekarang, mobilku lecet karena kebodohanmu!” lanjutnya kasar. “Mobil saja mewah, tapi otak dan kemampuan mengemudimu tolol! Tidak punya uang untuk bayar sopir, ya? Kalau mau belajar, pergilah ke jalanan sepi, bukan di jalan raya dan menyusahkan orang!”
Wajah Sera memerah. Berani-beraninya pria itu menghinanya. Matanya menyala tajam, rahangnya mengeras.
“Kamu bilang apa… otak dan kemampuan tolol?” Sera menyeringai. Senyumnya terlihat mengerikan, tatapannya setajam elang. Tangannya mengepal, tubuhnya mengambil posisi siap menyerang.
“Tentu saja, otak tololmu itu memang tidak berguna—”
Bugh!
Tinju Sera menghantam hidung pria itu dengan cepat. Darah segar langsung mengalir.
“Wanita sialan!” geramnya sambil terhuyung, hendak membalas.
Namun Sera lebih cepat. Ia menghindar, menarik tangan pria itu, lalu menghempaskan tubuh besarnya ke aspal.
Pria satunya ikut maju membantu. Namun belum sempat tinjunya mengenai Sera, ia lebih dulu menerima pukulan telak dan terjatuh ke jalan.
Dua pria bertubuh besar itu kini tergeletak, menahan sakit.
Sera berjongkok di hadapan mereka, mencengkeram tangan pria bertato itu dengan kuat.
“Sekarang jelaskan. Kenapa nama dua geng ini kamu buat berdampingan?” ucapnya tegas sambil menekan pergelangan tangan itu lebih keras.
“Aaakkkh… baik! Aku akan mengatakannya!” seru pria itu kesakitan. “Bloodfangs dan Fresh Blood sekarang berada di bawah satu kepemimpinan!.Kami bergabung dengan anggota Fresh Blood setalah kematian ketua Gangster kami. ”
"Apa?. "kaget Sera.
Fransisco Armes ketua geng Fresh Blood. Musuh lama yang paling dibenci Sera. Gaya kepemimpinan mereka bertolak belakang. Frans brutal, tak segan menyakiti masyarakat dan pedagang kecil. Ia tak punya hati, bahkan pada anggota gengnya sendiri.
“Kenapa Davian melakukan ini… apa Kakek tidak melarangnya?” batin Sera gelisah namun Sera tidak ingin terlihat begitu jelas memikirkannya,mengingat jika jiwanya sekarang berada pada tubuh orang lain.
“Bangun,” perintah Sera dingin. “Antar aku ke agenciku, Sekarang!!.”
“Baik, Queen!” jawab pria itu refleks.
“Kamu,” Sera menoleh ke pria satunya. “Iringi mobilku.”
“Siap laksanakan!”
Mereka segera bergerak. Salah satu pria membukakan pintu mobil untuk Sera dan melajukannya sesuai arah yang ia perintahkan.
Di dalam mobil, pikiran Sera tak berhenti berputar.
“Apakah kondisi Kakek semakin parah… atau keuangan geng menipis sehingga Davian terpaksa bergabung dengan Fresh Blood?” batinnya.
.
.
.
💐💐💐Bersambung 💐💐💐
Padahal balas dendam sama Kael belum selesai ini udah ada lagi masalah gangsternya. Ahjumma sepertinya hidupmu memang di takdirkan untuk tidak tenang. Ngadu ke aleric aja ngak sih biar di ademin🤭
Lanjut Next Bab ya guys😊
Lope lope jangan lupa ya❤❤
Terima kasih sudah membaca bab ini hingga akhir semuanya. jangan lupa tinggalkan jejak yaa, like👍🏿 komen😍 and subscribe ❤kalian sangat aku nantikan 🥰❤
Nantikan update setiap jam 13.00 dan 19.00 guys ☺☺