Berawal disalahpahami hendak mengakhiri hidup, kehidupan Greenindia Simon berubah layaknya Rollercoaster. Malam harinya ia masih menikmati embusan angin di sebuah tebing, menikmati hamparan bintang, siangnya dia tiba-tiba menjadi istri seorang pria asing yang baru dikenalnya.
"Daripada mengakhiri hidupmu, lebih baik kau menjadi istriku."
"Kau gila? Aku hanya sedang liburan, bukan sedang mencari suami."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kunay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sah! Nyonya Carson
Rex Carson duduk di ruang kerjanya yang luas di Blackwood Penthouse View. Ia membaca laporan ringkas dari Antonio. Informasi tentang Greenindia berhenti total tiga tahun lalu. Ia hanya menemukan catatan tentang apartemen kecil dan pekerjaan paruh waktu serabutan.
Diusir. Rex menarik napas dingin. Logika Rex berasumsi bahwa Greenindia, setelah dituduh membunuh Ayahnya, pasti dibuang oleh keluarga Anderson dan dipaksa hidup dalam kemiskinan. Hidupnya yang miskin diyakini Rex sebagai bukti langsung bahwa keluarga elit itu meninggalkannya tanpa apa-apa. Amarah Rex memuncak terhadap "mereka" yang memaksa Greenindia hidup seperti ini.
Tok. Tok.
Suara ketukan halus memecah konsentrasinya.
“Rex?” Suara Greenindia terdengar dari luar.
Rex dengan cepat menyambar berkas-berkas itu dan menyelipkannya ke laci meja, menguncinya. Ia segera menegakkan duduknya dan menyembunyikan tongkatnya.
“Masuk, Green. Kebetulan sekali,” sapa Rex, memasang senyum menggoda. “Kau merindukanku?”
Greenindia membuka pintu dan melangkah masuk. Ia menatap Rex dengan mata datar.
“Tidak, aku tidak merindukanmu,” jawab Greenindia dingin. “Aku ingin keluar. Aku ada urusan yang harus kuselesaikan.”
“Keluar?” Rex mengangkat sebelah alis. “Mau ke mana? Toko loak lagi? Kau tidak lihat kerumunan wartawan di luar apartemenmu kemarin? Antonio bilang wartawan mengepung lobi. Kau pikir mereka tidak akan mengirim orang untuk menangkapmu setelah skandal Chester?” Rex mengacu pada keluarga Anderson dan media.
“Aku tidak peduli. Aku bisa mengurus diriku sendiri,” balas Greenindia keras kepala. Ia tahu ada utusan yang dikirim, tetapi ia tidak akan mengatakannya kepada Rex.
Lagipula, meski ada konflik antara dirinya dengan ibunya, Green yakin mereka tidak akan menyakitinya. Dia tahu betul bagaimana Chester. Kakak keduanya itu memang mudah marah tapi dia hanya akan merasa frustrasi setiap bertengkar dengannya.
“Mengurus dirimu sendiri?” Rex tersenyum sinis. “Terakhir kali kau mengurus dirimu sendiri, kau menusuk kakiku dan demam tinggi. Tidak, Green. Kau tidak akan pergi sendirian.”
Melihat wajah Rex yang tidak akan berkompromi, Greenindia tahu ia tidak akan bisa pergi.
“Baik. Kalau begitu, mari kita selesaikan perjanjian pernikahan gila ini. Aku akan tinggal di sini sementara, tetapi begitu kakimu sembuh, aku pergi. Titik. Tidak ada pengesahan, tidak ada kontrak baru,” tantang Greenindia.
Rex mendesah, meraih tumpukan dokumen yang sudah ia siapkan. “Kau bicara seperti anak kecil yang diusir dan merengek. Kita perlu kejelasan hukum, Green. Bukan janji di atas tebing.”
Rex menyerahkan beberapa lembar dokumen pengesahan pernikahan dan perbankan yang sudah ditandatangani olehnya.
“Ini apa?” tanya Greenindia, menatap dokumen itu dengan curiga.
“Pengesahan pernikahan. Dan rekening bank baru atas nama Greenindia Carson. Tanpa aksesku. Hanya untuk memastikan kau punya uangmu sendiri kalau-kalau terjadi sesuatu padamu.” Rex menjelaskan. “Ini adalah perisai hukum dari tuntutan apa pun.”
Greenindia mengambil dokumen itu. Ia membaca sekilas, dan matanya melebar melihat jumlah nol di rekening yang baru dibuka itu. Jumlahnya membuatnya syok.
“Kau gila,” bisik Greenindia. “Kenapa kau memberiku uang sebanyak ini?”
“Itu uangmu. Aku tidak memerlukannya. Tanda tangani, dan kita lanjutkan ke poin berikutnya.” Rex mendesak.
Greenindia mencengkeram dokumen itu, hatinya merasa hangat sekaligus tercekik. Apakah dia benar-benar mengira aku miskin?
Sesungguhnya, Green bahkan masih menyimpan kartu platinum yang diberikan orang tuanya. Dia juga masih memiliki beberapa akses jika memerlukan uang. Hanya saja... Ia tidak pernah menggunakannya setelah keluar dari rumah keluarga Anderson.
Terserah saja, biarkan Rex berpikir apa pun tentangnya. Green hanya melanjutkan berbicara.
“Poin berikutnya?”
“Pendidikan,” kata Rex, nadanya tiba-tiba berubah serius. “Aku yakin kau tidak memiliki waktu untuk melanjutkan studimu setelah menjadi gelandangan.”
Rex berkata jujur dan kejam.
Greenindia terdiam. Wajahnya langsung menjadi kaku dan sedikit jengkel karena kalimat terakhir Rex tapi tidak mungkin dirinya mengatakan yang sesungguhnya. Ia sudah lulus kuliah empat tahun lalu. Dia tidak mau Rex tahu Green sebenarnya melarikan diri dari rumahnya.
“Aku… aku sudah lama tidak memikirkannya,” jawab Greenindia, menyembunyikan kebenaran.
Rex salah menafsirkan kebisuan Greenindia sebagai rasa malu karena tidak mampu melanjutkan pendidikan.
“Aku akan mendaftarkanmu. Jurusan apa pun yang kau mau. Aku akan menanggung seluruh biayanya, Green. Kau hanya perlu memilih.” Rex menatap Greenindia dengan tatapan yang mengharapkan persetujuan.
Rex hanya ingin Green memiliki kesibukan yang lebih bermanfaat dan melupakan pekerjaan paruh waktunya di tempat yang mungkin sangat berisiko. Rex juga tidak ingin kejadian di Club terulang. Setelah melihat Chester dan Green di parkiran hari itu, Rex segera mencari tahu apa yang terjadi di dalam club.
Greenindia terkejut. Tentu saja, dia punya mimpi yang entah apakah dia bisa mewujudkannya. Bukan karena tidak ada biaya yang seperti Rex pikirkan tapi karena dulu orang tuanya terlalu protektif padanya sampai ayahnya meninggal dan ibunya mulai membencinya.
Tapi di usianya saat ini, dia tidak memikirkan lagi mimpinya.
Designer. Itulah mimpi Green sejak kecil.
“Kau tidak perlu melakukan ini. Aku sudah dewasa. Aku tidak butuh biaya darimu,” kata Greenindia, mencoba menolak.
“Aku tahu kau sudah dewasa dan mandiri,” Rex membalas dengan sabar. “Tapi kau di sini sekarang. Dan sebagai suamimu, aku tidak ingin kau kembali pada pekerjaan yang membuatmu terpapar. Aku ingin kau melakukan sesuatu yang bermanfaat.”
“Sesuatu yang bermanfaat?” Greenindia menyentak. “Kau meremehkan pekerjaanku!”
“Aku hanya melihat. Kau tampak lebih bahagia saat berbicara tentang buku daripada saat kau harus melayani Chester di klub. Pikirkan saja, Green. Lakukan ini untuk dirimu sendiri, bukan untukku.”
Greenindia menatap wajah Rex. Ia melihat ketulusan yang keras kepala di sana. Sebuah kepedulian yang terasa tulus, meskipun terbungkus dalam kontrol mutlak.
Dengan nada sendu, Greenindia bertanya, “Kenapa… kenapa kau melakukan semuanya sampai sejauh ini? Sampai harus mengubah hidupku?”
Rex menyilangkan tangannya, matanya menatap tajam ke Greenindia. “Karena kau adalah tanggung jawabku. Dan selama kau istriku, aku tidak akan membiarkan mereka menyentuhmu.”
Greenindia mengangguk. Ia berpikir, Apakah dia takut pada tuntutan hukum dari keluarga itu karena skandalku dengan Chester di internet?
Meskipun Rex menyamarkannya sebagai perlindungan, Greenindia merasa sedikit terhibur.
“Baik,” kata Greenindia, mengambil pena. “Aku akan tanda tangan dokumen pernikahan dan bank. Tapi soal kuliah, aku akan memikirkannya terlebih dahulu.”
Rex tersenyum tipis. “Itu sudah cukup baik untuk hari ini.”
Greenindia menandatangani dokumen itu dengan cepat, menelan rasa harga dirinya. Ia kini resmi menjadi Nyonya Rex Carson, terikat oleh tali pernikahan, tetapi dengan rekening bank yang penuh dan mimpi kuliah yang tiba-tiba dihidupkan kembali.
sedih banget..
semangat up