NovelToon NovelToon
Dewa Ninja Lima Element

Dewa Ninja Lima Element

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Reinkarnasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Epik Petualangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Igun 51p17

menceritakan kisah seorang pemuda yang menjadi renkarnasi seorang lima dewa element.

pemuda itu di asuh oleh seorang tabib tua serta di latih cara bertarung yang hebat. bukan hanya sekedar jurus biasa. melainkan jurus yang di ajarkan adalah jurus dari ninja.

penasaran dengan kisahnya?, ayo kita ikuti perjalanan pemuda tersebut.!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Igun 51p17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 24

Satu tubuh manusia membeku menahan rasa sakit yang menembus dada.

Bersamaan dengan itu, satu pedang sudah tertancap tepat di jantungnya membuat napasnya tersengal.

Di hadapannya, seorang pemuda menggenggam gagang pedang itu dengan tangan yang tegap dan wajah yang tak menunjukkan tanda tanda ragu. Mata Ki Saganda menatap sayu ke arah anak muda itu, kelelahan dan penuh penyesalan.

"Kau... sangat kuat, anak muda," suaranya serak, nyaris tak terdengar.

"Kau sudah membuat aku malu. karena harus tewas di tangan seorang bocah ingusan sepertimu." Tubuhnya bergetar, darah hangat mengalir deras dari luka yang mengoyak bajunya.

Andi Mahesa mengerutkan dahi, matanya tetap fokus Menatap sosok yang  sudah tak berdaya.

"Maafkan aku, tapi kematianmu akan mengakhiri perang ini," katanya pelan, lalu dengan gerakan cepat, pedang itu melesat membelah dada Ki Saganda.

Crashh .

Suara gesekan tajam memenuhi udara. Cairan merah meledak dari luka baru, membasahi pakaian dan sekujur tubuh sang ketua Perguruan Badai Neraka. Ki Saganda terguling pelan, tubuhnya melemah, jiwa yang lelah perlahan pergi meninggalkan raga. Sunyi menyelimuti, hanya detak jantung yang kian menjauh terdengar sebelum semuanya berhenti.

Sosok yang menjadi petaka di malam itu sudah tewas di tangan seorang pemuda yang sangat luar biasa.

"Akhirnya kau sudah tewas" kata Bayu Wirata sembari berjongkok di depan jasad Ki Saganda.

Huppp..

Di saat yang bersaman satu sosok mendarat di samping Bayu Wirata. Dia adalah Ki Kurawa, yang sejak tadi memperhatikan pertarungan Bayu Wiraya dan Ki Saganda dari awal hingga akhir.

Ki Kurawa juga ikut berjongkok di depan jasad Ki Saganda yang sudah terbujur kaku tak bernyawa.

Matanya terpaku, penuh kagum saat berkata.

“Ternyata kau memang pemuda hebat, Bayu. Tidak kusangka kau bisa mengalahkan sosok sekuat Ki Saganda.” Suaranya lirih tapi tulus, memuji tanpa ragu kemampuan Bayu Wirata.

Bayu Wirata hanya diam, tanpa ekspresi berlebihan. Ia mendengarkan pujian itu seperti angin berlalu, pikirannya sudah tertuju pada hal lain.

“Sudah cukup,” ucapnya pelan, suara tegas tapi tenang.

“Saatnya mengakhiri perang. Bawa jasad ini, dan tunjukkan sebagai tanda kemenangan kita.” kata Bayu Wirata memberi perintah kepada Ki Kurawa.

Ki Kurawa mengangguk tanpa kata, segera mengangkat tubuh Ki Saganda ke bahunya. Dengan semangat baru, ia melesat ke medan pertempuran, berusaha meredakan kekacauan.

Bayu Wirata tetap di tempat, matanya mengikuti sosok Ki Kurawa yang menjauh. Bibirnya berbisik pelan,

“Semoga kau belajar dari ini… dan memperbaiki cara didikmu.” Tanpa bergerak, ia memilih berdiri sendiri di antara sisa sunyi peperangan.

Huppp..

Ki Kurawa mendaratkan kakinya di tengah tengah perang. Hingga dengan cepat ia langsung berteriak dengan sangat keras.

"Hentikan... ketua kalian, Ki Suganda sudah tewas. Sekarang menyerahlah atau kalian akan bernasib sama dengan ketua kalian" gertak Ki Kurawa dengan sangat keras dan lantang. Tangannya mengangkat tubuh Ki Saganda sebagai bukti.

Semua orang langsung menghentikan aksi mereka. Terutama dari pihak Perguruan Badai Neraka.

Mata mereka membesar, napas tercekat saat melihatxsosok ketua mereka tewas tak berdaya di tangan Ki Kurawa. Tubuh itu, yang dulu menjadi panutan dan simbol kekuatan, kini hancur seketika.

trangg.

Satu per satu, senjata di tangan mereka jatuh bergemerincing ke tanah. Mereka terhuyung, akhirnya berlutut, lalu duduk dengan tangan terangkat, sebuah isyarat menyerah.

“Kami menyerah... tolong jangan habisi kami,” suara gemetar keluar dari bibir mereka yang retak.

Ki Kurawa mengangguk dingin, tanpa sedikit pun keraguan. Ia memandang murid muridnya dan memberi perintah singkat,

“Cepat ikat mereka semua. kita akan memberikan mereka hukuman terlebih dahulu, setelah itu baru kita lepaskan.” kata Ki Kurawa tegas.

Dengan gerakan sigap, murid muridnya mengepung, menangkap, dan mengikat mereka. Tidak ada satu pun yang berani melawan, ketakutan karena kehilangan sosok ketua telah membekukan nyali mereka.

Ki Kurawa menarik napas panjang, sebuah senyum tipis merekah di bibirnya. Perang yang mengerikan ini akhirnya usai.

"Perang ini sudah berakhir karena pemuda itu" gumam Ki Kurawa sembari menoleh ke arah tempat terakhir kali ia meninggalkan Bayu Wirata.

Akan tetapi pada saat itu, ia sama sekali tidak melihat sosok pemuda tersebut.

"Kemana dia pergi" kata Ki Kurawa yang menyipitkan matanya seolah berusaha menembus gelapnya malam. Dengan harapan bisa melihat sosok pahlawan dari perang yang barus saja selesai.

Cukup lama Ki Kurawa mencari, dengan memandang ke segala arah. Namun, tetap saja ia tidak dapat menemukannya.

"Apakah ia sudah pergi dari sini" gumam Ki Kurawa dengan rasa yang sedikit kecewa.

Pada saat itu, sebenarnya Bayu Wirata sudah jauh meninggalkan keributan perang ketika Ki Kurawa menggendong jasad Ki Saganda turun ke medan pertempuran.

Di balik gelapnya malam, mata Bayu Wirata menatap tajam ke arah hutan yang sunyi, meraba raba sesuatu yang sejak tadi ia rasakan. Sesuatu entah siapa atau apa sepertinya sedang mengamatinya dari balik pepohonan yang jauh.

Bayu Wirata mengernyit, dada dan pikirannya bergejolak.

“Kau sudah mengawasi sejak aku bermeditasi di pinggiran hutan itu. Aku tidak tahu apa maksudmu, tapi karena pengawasanmu ini sudah melewati batasanya. Maka aku yang akan menghampirimu dan mencari tahu apa tujuanmu,” gumamnya pelan, suara serak diterpa angin malam.

Hupp.

Dengan hentakan kaki penuh tekad, Bayu Wirata meninggalkan jejak di tanah bekas pijakannya, melesat ke arah bayangan yang mengawasinya dari kejauhan. Ia meloncat loncat ringan dari dahan ke dahan, fokus menembus pekatnya malam dengan mata ninja yang sudah terlatih. Gesit dan penuh waspada, tubuhnya membaur dengan gelap tanpa meninggalkan suara.

Bahkan pada saat itu, ia sudah sedikit melihat sosok yang ia kejar tersebut. akan tetapi, sosok yang ia kejar itu sedang bergerak menjauh dari dirinya.

"Sialan kenapa dia malah menjauh" gumam Bayu Wirata.

Pemuda itu, mengalirkan element petir pada tubuhnya. Agar membuatnya bisa bergerak dengan lebih cepat.

Hal itu memang berhasil membuatnya bergerak dengan sangat cepat. akan tetapi, itu juga yang membuatnya harus menguras tenaga dalamnya lagi.

Hingga saat jarak sudah dekat, bayu Wirata bersalto di udara. Lalu menukik kebawah mendaratkan kakinya di atas tanah. Menghadang sosok yang sedang di kejarnya itu.

Bammm..

Tanah di bawah kaki Bayu Wirata sedikit bergetar, getarannya merambat menyapu dedaunan kering yang berserakan di hutan.

“Kau takkan bisa lari lagi,” suaranya rendah namun penuh wibawa.

Sosok yang di kejar oleh Bayi Wirata itu seketika berhenti. Sosok itu menatap punggung Bayu Wirata yang tegap membelakanginya.

“Kau cukup cepat, anak muda,” suara pria tua itu serak, bercampur antara kagum dan dan senag.

Bayu Wirata memutar tubuhnya perlahan, menatap sosok laki laki renta dengan rambut dan jenggot putih kusam, pakaiannya berwarna putih kusut termakan usia, tapi tatapannya tetap tajam membara.

“Kenapa kau mengawasiku? Lalu kabur saat aku mengejarmu?” sorot mata Bayu Wirata menyala, penuh pertanyaan dan kemarahan yang terpendam.

Hahahah..

Tiba tiba, tawa nyaring pecah dari pria tua itu, menggema di antara pepohonan yang ada di dalam hutan gelap itu.

“apakah kau pikir aku melarikan dari dirimu? kau sudab Salah besar, anak muda. Justru aku yang sengaja memancingmu ke sini.” Matanya berkilat penuh rahasia, menantang.

"Memancingku?, apa maskudmu?" Tanya Bayu Wirata sembari memasang sikap waspada. Tenaga dalam yang tersisa sudah ia alirkan ke seluruh tubuhnya bersiap akan sebuah pertarungan yang kemungkinan akan terjadi.

Hahahaha..

Kembali laki laki itu tertawa terbahak bahak.

"Apa yang kau lakukan anak muda?" Kau memaksa dirimu menggunakan tenaga dalam. Padahal kau juga sudah tahu jika saat ini tenaga dalammu sudah habis setelah pertarungan tadi." Kata laki laki itu.

Bayu Wirata mendengar apa yang di katakan sosok laki laki misterius di depannya. Memang pada saat ini, dirinya sudah banyak kehabisan tenaga dalam. Setelah bertarung dengan pendekar kuat di depan Perguruan Jaya Abadi beberapa waktu yang lalu.

Selain itu, ia juga banyak menggunakan tenaga dalam demi mengejar sosok di depannya.

Sesaat kemudian, matanya mulai berkunang kunang tubuhnya sedikit goyah gemetaran.

"Sialan mengapa di saat seperti ini, aku terlalu nekat mengejar orang ini, sehingga aku tidak memikirkan tenaga dalamku yang sudah banyak terkuras" gumam Bayu Wirata.

Semakin lama, rasa gemetarnya semakin kuat, penglihatannya mulai menjadi gelap, hingga beberapa saat kemudian, tubuhnya ambruk ke tanah tak sadarkan di sini.

Sosok laki laki, tua itu mendekat ke arah Bayu Wirata. Lalu berjongkok di hadapannya.

"Kau memang kuat anak muda, namun kau terlalu memaksakan diri" kata laki laki itu sembari mengangkat tubuh Bayu Wirata ke atas tubuhnya.

Huppp..

Dalam satu kali hentakan, laki laki itu membawa Bayu Wirata meninggalkan tempat tersebut. Menuju sebuah goa yang tidak jauh dari tempat sebelumnya.

Laki laki itu mendarat di depan mulut goa yang di dalamnya terlihat satu pencahayaan dari sebuah pelita kecil.

Laki laki itu masuk sambil membawa Bayu Wirata. Hingga setelah di dalam. Ia langsung merebahkan tubuh pemuda tersebut di atas sebuah batu yang datar.

"Kau beristirahatkah di sini" kata laki laki itu. Sembari berjalan sedikit menjauh.

Akan tetapi, saat ia berbalik untuk menjauh, pandangannya tiba tiba tertumbuk pada sesuatu di balik baju tanpa lengan pemuda itu.

Di sana, terpampang jelas sebuah tanda yang selama ini tersembunyi.

Rasa penasaran merayap pelan di dada, membuatnya tak kuasa berhenti menatap. Tanpa pikir panjang, ia meraih ujung baju Bayu Wirata dan perlahan mengangkatnya sedikit.

Mata itu menelusuri tanda yang terpahat di kulit, seolah sebuah rahasia yang selama ini disimpan rapat.

"Tanda ini," desisnya dengan suara serak.

Seketika ia menelan ludah, jantungnya berdetak cepat. Tatapannya jatuh pada sosok pemuda yang terbaring di atas batu datar, tubuhnya masih tak sadarkan diri tapi penuh misteri.

"Jadi, dia adalag pemuda dalam ramalan itu…" gumamnya lirih sembari mengangguk pelan. Ada keyakinan membara dalam matanya, mengakui kekuatan luar biasa dan kemampuan yang jauh melampaui pemuda seumurannya.Sosok penting yang akan mengguncang dunia persilatan di masa depan memang sedang berada tepat di depannya.

"Dia memiliki tanda lima element, itu artinya pada saat ini, dia adalah satu satunya orang yang memiliki element lebih dari satu" katanya.

"Ternyata aku tidak salah pilih, aku akan mendidik pemuda ini menjadi lebih kuat lagi. Aku ingin menjadi bagian penting dalam perjalanan sosok pemuda dalam ramalan" gumamnya penuh keyakinan.

Pada akhirnya laki laki itu membiarkan pemuda itu beristirahat. Di dalam tempat tinggalnya.

Ke esokan harinya. Saat sang surya menunjukan diri di ufuk timur, perlahan mengintip dari balik gunung. Mulai memberilan penerangan dan kehangatan bagi tempat tempat di muka bumi.

Di dalam sebuah goa yang ada di dalam hutan yang nyaris tak tersentuh oleh tangan manusia. Satu pemuda perlahan bergerak, ia membuka matanya terbangun dari tidurnya.

Sesaat kemudian, pemuda itu langsung terduduk. Lalu menatap ke sekelilingnya.

"Aku dimana?, siapa yang membawaku kesini" Gumamnya pemuda itu yang ternyata adalah Bayu Wirata.

Bayu Wirata mencoba mengingat ingat tentang apa yang sudah terjadi sebelumnya. Hingga tidak lama kemudian ia teringat dengan sosok laki laki tua yang ia kejar semalam.

Pemuda itu menarik napas yang dalam. Mengisi seluruh paru parunya. Setelah itu ia membuangnya kembali. Berharap sedikit menghilangkan beban yang menggantung pikirannya.

Huhhh. .

"Apakah sosok kakek itu yang membawaku kesini?" Gumamnya.

Trakk..

Tidak berapa lama kemudian. Ia mendengar suara kayu yang sedang di patahkan dari arah luar. Hal itu membuatnya sedikit penasaran.

"Apakah dia ada di luar" gumam Bayu Wirata sembari turun dari batu datar yang hampir menyerupai sebuah meja itu.

Perlahan kakinya melangkah menuju mulut goa. tidak berapa lama, ia melihat kepulan asap di luar goa yang menandakan jika ada seseorang yang sedang membuat api di sana.

Pemuda itu tidak menghentikan langkahnya sama sekali. Ia terus melangkah. hingga saat sudah di luar. Matanya melihat satu tubuh laki laki tua sedang membelakanginya.

Laki laki itu adalah orang yang di kejar oleh Bayu Wirata semalam. pada saat ini ia sedang membakar sesuatu di depan goa tersebut.

"Ternyata kau sudah bangun anak muda" sapa laki laki itu, tanpa menoleh ke belakang. Seolah olah ia sudah mengetahui kedatangan Bayu Wirata.

Bayu Wirata mendengar sapaan dari sosok yang duduk membelakanginya, tapi dia tidak menjawab sama sekali.

Kakinya terus melangkah tanpa hentu, hingga melewati tubuh lelaki tua yang ada di depannya.

Saat langkahnya berhenti, tatapannya menancap tajam ke sosok kakek tua di hadapannya, yang sibuk membolak balikkan daging hewan hutan di atas bara api kecil.

"Siapa kau, kakek? Apakah kau yang membawaku ke sini?" suara Bayu bergetar penuh curiga, matanya tak lepas dari kakek itu Sembari memasang sikap waspada.

Kakek tua itu tanpa mengalihkan pandangan dari panggangannya, menghela napas pelan lalu berkata,

"Duduklah dulu, anak muda. saat ini masih pagi, kepalamu seharusnya masih segar. Jangan membuat pagi ini menjadi panas." Kata laki laki itu memberi nasehat. Tangannya masih sibuk memutar potongan daging yang mengeluarkan aroma tajam di atas bara api.

Bayu Wirata menurunkan tubuhnya perlahan duduk di hadapan kakek itu, otot ototnya masih tegang dan matanya terus mengawasi gerak gerik sang kakek.

"Aku sudah duduk. Sekarang katakan, siapa kau dan mengapa membawaku ke sini?" Tanya Bayu lagi, nada suaranya makin tegas.

Kakek tua itu terkekeh pelan, suara itu berat namun tak menghilangkan kesan penuh rahasia. Matanya tetap tertuju pada panggangan, seolah setiap kepulan asap membawa pesan terselubung. "Hehehe… sabar, anak muda."

"Kau lebih muda dariku, bicaralah yang sopan terhadap orang yang lebih tua. Dan seharusnya kau yang terlebih dahulu memperkenalkan diri" kata Kakek itu memperingati.

Bayu Wirata mendengar perkataan tersebut. Dan ia menganggukkan kepalanya tanda membenarkan.

"Namaku Bayu Wirata" pemuda itu memperkenalkan dirinya, sembari Mencoba membuat dirinya untuk lebih tenang.

1
nts 03
no komen yg jelas keren banget
nts 03
keren/Good//Good//Good//Good/
nts 03
keren
igun 51p17
berikan bintang lima kalian sebagai penyemangat saya dalam berkarya.
Baby MinMin <3
Baper abis. 😢❤️
Claudia - creepy
Hats off untuk authornya, karya original dan kreatif!
Zuzaki Noroga
Kece banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!