Tak pernah terbayangkan dengan apa yang saat ini di jalani, bergerak tanpa arah, dan melangkah tanpa tujuan.
Terasa sesak di dalam dada mengingat semua kisah yang sulit untuk di lupakan, Namun terasa sakit saat mencoba untuk menerima semua yang terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selvi Noviyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 27
Bukan aku yang tak menginginkan akan tetapi Allah belum mengizinkan diriku...
Aku pernah berdo'a dan meminta agar nama mu di sandingkan dengan ku dan menjadi pasangan untuk takdir ku.
Aku pernah menyakini bahwa dirimu yang akan menggenggam tangan ku dan akan selalu memberikan ketenangan dalam hidup ku.
Namun rupanya, Rencana yang di inginkan tak seindah dengan kenyataan yang aku jalani saat ini.
Dirimu menjauh, bukan karena dirimu tak cinta. akan tetapi karena Allah belum mengizinkan untuk bisa bersama.
Aku masih mengingat mu, bukan karena tidak bisa melupakanmu tapi karena setiap orang yang tulus tak akan mudah untuk hilang begitu saja dari hati yang pernah mencintai dengan do'a yang tulus dan memberikan ketenangan.
Dan kini...
Aku sadar bahwa mencintai tak akan selalu bisa saling memiliki.
sedangkan Merelakan bukan berarti berhenti untuk mencintai, akan tetapi bentuk dari percayanya akan takdir yang telah di tetapkan pada diri kita.
...━━━━━━ ◦ ❖ ◦ ━━━━━━...
Aidan menatap ponsel yang masih diam tak bergerak, wajahnya benar-benar terlihat kesal saat mengingat apa yang di dengar beberapa saat yang lalu.
"Emily tak seperti biasanya... " gumamnya yang saat ini memikirkan sang istri.
Tokkk tokkk tokkk...
terdengar suara ketukan di balik pintu, Aidan yang saat ini menatap ponselnya menatap pintu yang masih tertutup.
"Masuk... " jawab Aidan dengan merapikan berkas yang ada di atas meja.
"Kak, mau makan siang dimana.? " tanya Salsa yang saat ini menatap Aidan.
terdengar suara napas yang terhirup berat oleh Aidan. Ia menatap lekat wajah Salsa yang ada di hadapannya.
"Jaga sikap mu Sa, ini rumah sakit panggilan kamu jangan samakan pada saat kita di luar atau di rumah. " ucap Aidan dengan menatap Salsa yang ada di hadapannya.
"Maaf Dok... " jawab Salsa dengan menundukkan kepalanya akan tetapi tangannya mengepal saat mendengarkan ucapan dingin Aidan.
"Aku mau pulang, jadi untuk makan siang juga makan di rumah. " jawab Aidan dengan tangan yang saat ini merapikan mejanya lalu meraih jas yang ada di kursi.
"Ohhh iya Dok. " jawab Salsa yang saat ini melangkahkan kakinya meninggalkan Aidan yang ingin bersiap-siap.
setelah melihat Salsa pergi, kini Aidan melangkahkan kakinya keluar dari ruangan. Ia berjalan menuju parkiran setelah itu mobilnya pun pergi meninggalkan rumah sakit di mana dirinya berkerja. Dalam perjalanan Aidan menatap ponselnya berharap akan ada pesan yang di kirimkan oleh sang istri, Emily. Akan tetapi pada kenyataan tak seperti yang ia inginkan, ponselnya masih diam dan tak ada satu pesan pun yang di kirimkan oleh Emily.
Dalam perjalanan Aidan melihat gerobak makanan yang di sukai oleh Emily, dengan senyuman di sudut bibirnya ia pun berhenti tepat di dekat gerobak penjual soto.
"Pak, sotonya dua bungkus ya. " ucap Aidan dengan melihat bapak penjual soto.
Wajah terlihat sumringah saat mengingat bagaimana Emily yang menyukai soto yang menjadi favoritnya.
Aidan mengingat terakhir mereka pergi bersama, menikmati soto bersama di bawah sinarnya rembulan. Tepat di saat Emily yang sedang mengandung Berlian. Ia teringat bagaimana Emily yang menikmati dengan wajah yang terlihat senang dengan senyuman sumringah.
Tak lama kemudian soto yang ia pesan pun telah selesai, Aidan melihat soto yang saat ini ada di tangannya.
"Ini pak, terimakasih. " ucap Aidan dengan memberikan selembar uang kertas berwarna merah pada penjual soto.
"Kembaliannya Dok... " ucap sang penjual soto dengan melihat Aidan.
"Tidak usah pak. " jawab Aidan dengan tersenyum ramah.
"Terimakasih banyak Dok. " ucapnya dengan melihat Aidan.
sedangkan Aidan menganggukkan kepalanya lalu melangkahkan kakinya menuju ke mobil.
"Sayang, tunggulah sebentar lagi aku akan sampai ke rumah. Aku juga sudah bawakan makanan favorit yang kamu inginkan . " ucap Aidan dengan tersenyum. lalu menghidupkan mesin mobilnya.