Sesama Author tolong saling menghargai, dilarang mampir jika hanya skip skip saja dan baca setengah-setengah, 🙏
Sebuah pernikahan harus didasari oleh kejujuran dan rasa saling percaya, tapi apa jadinya jika seorang Suami selalu berbohong kepada Istrinya dan lebih memilih menuruti semua keinginan Orang tua serta Keluarganya dibandingkan dengan keinginan Sang Istri?
Yuni selalu berharap jika Sang Suami bisa menjadi sandaran untuk dirinya, tapi ternyata semua itu hanya menjadi angan-angannya saja, karena Hendra bahkan tidak pernah membela Yuni ketika dia dihina oleh keluarga Suaminya sendiri.
Akankah Yuni bertahan apabila keluarga Sang Suami selalu campur tangan dalam rumah tangganya?
Baca kisah selengkapnya dalam Karya saya yang berjudul 'Suamiku Boneka keluarganya'.
Mohon dukungannya untuk Karya-karya receh saya, 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rini Antika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Mia mencoba menengahi perdebatan Pak Ibrahim dan Yuni, apalagi menurut Mia pemikiran Pak Ibrahim sangat kolot.
"Pak, sekarang sudah tahun dua ribu dua puluh lima. Pemikiran Bapak itu terlalu kolot."
"Mia, sebaiknya kamu jangan ikut campur urusan Bapak sama Kakak kamu. Besok Bapak akan menyampaikan kepada Nak Bayu tentang rencana perjodohan kalian."
"Apa? Jadi Bapak berencana menjodohkan Bayu dengan Mia?" tanya Yuni yang begitu terkejut.
"Iya, Bapak melakukan semua ini untuk kebaikan kalian juga. Kalau Nak Bayu menikah dengan Mia, tetangga kita tidak akan mungkin bergosip tentang kedekatan kamu dan Nak Bayu."
Yuni diam mematung mendengar perkataan Pak Ibrahim. Entah kenapa hatinya merasa tidak rela mendengar Bayu akan dijodohkan dengan Adiknya sendiri.
Kenapa dengan ku? Seharusnya aku bahagia jika Bayu bersedia menikah dengan Mia, karena dengan begitu Mia akan memiliki Suami yang baik, ucap Yuni dalam hati.
Yuni akhirnya memutuskan pulang ke rumah kontrakannya. Dia tidak ingin menjadi Anak durhaka jika terus berdebat dengan Pak Ibrahim, apalagi saat ini Nadira sudah tidur.
"Nak, Yuni baik-baik saja kan?" tanya Bu Siti.
Bu Siti sengaja mengantar Yuni supaya beliau bisa lebih leluasa berbicara dengan putri sulungnya tersebut tanpa terdengar oleh orang lain.
"Yuni baik-baik saja Bu."
"Meski pun Yuni tidak mengatakan apa pun, tapi Ibu tau jika saat ini Yuni sedang tidak baik-baik saja."
Yuni sebenarnya ingin sekali bercerita kepada Bu Siti tentang masalah rumah tangganya dengan Hendra, tapi dia takut membuat Orang tuanya merasa sedih.
"Nak, mungkin sekarang Yuni masih belum bisa mengatakan semuanya kepada Ibu, tapi setelah nanti Yuni siap, Ibu akan menjadi pendengar yang baik untuk Yuni," ucap Bu Siti dengan mengelus lembut kepala Yuni.
"Terimakasih banyak Bu," ucap Yuni dengan memeluk tubuh Bu Siti.
Yuni berusaha menahan air matanya supaya tidak terjatuh. Dia sudah bertekad akan bangkit dari keterpurukan.
"Nak, omongan Bapak jangan di ambil hati ya. Meski pun Bapak keras kepala, tapi Ibu yakin Bapak sangat menyayangi kita."
"Bapak juga pasti akan mengerti jika Yuni menjelaskan semuanya," ucap Bu Siti yang sudah bisa menebak ke arah mana Yuni akan membawa pernikahannya dengan Hendra, apalagi Hendra tidak kunjung datang menemui Yuni dan kedua Anak mereka.
Yuni hanya tersenyum mendengar perkataan Bu Siti, lalu dia masuk ke dalam rumah setelah Bu Siti pulang.
Yuni tersenyum haru melihat Bayu mengelus lembut kepala Denis yang sudah terlelap di atas pahanya.
Kasihan Denis, selama ini dia tidak pernah mendapatkan perhatian dari Ayah kandungnya sendiri. Sekarang Denis pasti bahagia karena mendapatkan perhatian dari Bayu.
Kamu memang kejam Mas, kamu lebih menyayangi Anak orang lain dibandingkan dengan darah dagingmu sendiri, ucap Yuni dalam hati dengan mengepalkan kedua tangannya.
"Yun, kamu sudah pulang?" tanya Bayu yang di jawab dengan anggukan kepala oleh Yuni.
"Kalau begitu aku pindahin Denis ke kamar ya," sambung Bayu yang lagi-lagi hanya di jawab dengan anggukkan kepala.
Yuni tidak tau harus berkata apa. Dia selalu merasa tersentuh melihat perhatian yang Bayu berikan terhadap keluarganya, bahkan tanpa terasa Yuni sampai menitikkan air mata.
Bay, terimakasih banyak atas semuanya. Aku tidak akan sekuat ini tanpa dukungan dari mu, ucap Yuni dalam hati.
Bayu menggendong tubuh Denis menuju kamar. Setelah menidurkan Denis serta menyelimutinya, dengan berat hati Bayu pamit pulang kepada Yuni.
"Yun, kalau begitu aku pulang dulu ya."
"Bay_"
"Aku tau kamu pasti ingin mengucapkan terimakasih," ucap Bayu dengan tersenyum.
"Aku tidak tau harus mengatakan apa lagi selain terimakasih," ucap Yuni.
"Yun, kamu jangan terlalu banyak pikiran. Kamu harus menjaga kesehatan fisik dan mental kamu demi Anak-anak."
"Kamu benar. Aku harus kuat demi Denis dan Dira," ucap Yuni.
"Yun, kamu harus tau, apa pun yang terjadi, aku akan selalu berusaha ada untuk kamu serta mendukung semua keputusan kamu. Jadi, kamu jangan pernah merasa sendirian lagi ya," ucap Bayu dengan tulus.
Yuni tersenyum mendengar perkataan Bayu. Sekarang dia lebih tegar setelah mendapat dukungan dari Sahabat karibnya.
Padahal aku masih belum ingin pulang, tapi aku tidak mungkin terus-terusan berada di sini. Kasihan Yuni jika sampai ada orang yang salah paham terhadap kami, ucap Bayu dalam hati.
Bayu rasanya berat untuk melangkahkan kakinya ke luar dari rumah Yuni. Dia berharap waktu berhenti berputar supaya dia bisa selalu menemani Yuni.
Bayu tersadar dari lamunannya setelah mendengar suara Yuni.
"Bay, kenapa melamun? Bukannya kamu mau pulang?" tanya Yuni yang masih melihat Bayu berdiri di depan pintu rumahnya.
"Eh iya, kalau begitu aku pulang dulu ya. Sebaiknya kamu sekarang istirahat," ucap Bayu dengan salah tingkah.
Yuni hanya bisa menatap nanar kepergian Bayu. Entah kenapa dia juga merasa berat berpisah dengan Sahabat karibnya tersebut.
Astagfirullah.. Ada apa denganku? Sadar Yuni, tidak seharusnya aku memiliki perasaan seperti ini. Meski pun aku akan menggugat cerai Mas Hendra, tapi sekarang status ku masih Istrinya, dan aku tidak pantas memikirkan laki-laki lain, ucap Yuni dalam hati.
......................
Mama Meti masih menggerutu ketika sampai di rumahnya, begitu juga dengan Elsa dan Rani yang tidak terima karena sudah dikalahkan oleh Bayu dan Yuni.
"Ma, pokoknya kita harus membuat perhitungan dengan perempuan kampung itu," ujar Rani.
"Kak Rani benar. Masa kita kalah sama seorang OB," tambah Elsa.
"Mama juga tidak menyangka sekarang Yuni semakin berani melawan kita, apalagi dia mendapatkan dukungan dari Temannya yang bernama Bayu itu."
"Padahal si Bayu hanya seorang OB, tapi entah kenapa tatapan dan perkataan dia membuat Mama merasa takut," ujar Mama Meti.
"Sebenarnya Bayu itu lelaki tampan dan berkharisma, sayang sekali dia hanya seorang OB. Seandainya saja Bayu orang kaya, sudah Elsa embat tuh."
"Kamu itu jangan kebanyakan berkhayal, mana mungkin orang kaya bekerja menjadi OB. Ya sudah, kalau begitu Rani istirahat dulu, kasihan Anak-anak sudah mengantuk," ujar Rani, lalu mengajak Suami dan kedua Anaknya ke kamar.
Rani merasa kesal terhadap Irwan karena tidak membelanya saat dia di tampar oleh Yuni.
"Kenapa sih tadi Mas Irwan tidak membelaku saat di tampar oleh Yuni?"
Irwan beberapa kali menarik serta mengembuskan napas kasar sebelum angkat suara. Dia sebenarnya sudah jengah dengan sikap Rani yang selalu berbuat seenaknya.
"Rani, meski pun kamu adalah Istriku, tapi aku tidak mungkin membela yang salah. Tadi kamu duluan yang sudah menghina Yuni. Jika kamu jadi dia, kamu juga pasti akan melakukan hal yang sama," ucap Irwan.
Rani semakin geram mendengar perkataan Irwan. Dia bahkan sampai melempar Irwan menggunakan bantal.
"Dari dulu kamu memang tidak pernah mengerti aku. Kamu lebih suka membela orang lain di bandingkan dengan Istri sendiri. Sebaiknya sekarang kamu tidur di luar, aku tidak sudi tidur satu ranjang dengan kamu !!
*
*
Bersambung