Mati-matian berusaha dan berakhir gagal membuat Deeva enggan membuka hati, tapi sang ibu malah menjodohkannya tepat dimana perasaannya sedang hancur. Diantara kemalangannya Deeva merasa sedikit beruntung karena ternyata calon suaminya menawarkan kerjasama yang saling menguntungkan.
"Anggap gue kakak dan lo bebas ngelakuin apa pun, sekalipun punya pacar, asal nggak ketahuan keluarga aja. Sebaliknya hal itu juga berlaku buat gue. Gimana adil kan?" Arshaka Rahardian.
"Adil, Kak. Aku setuju, setuju, setuju banget." Deeva Thalita Nabilah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Net Profit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepedulian
"Sabar dulu yah, Poy! nanti gue bakal cari cara supaya lo bisa bebas jalan-jalan lagi di rumah ini. Sementara ini kita ngalah dulu yah sama bocil yang lagi mabok ikan." Ucap Shaka yang kini berada di taman belakang, memberi makan kucing hitam itu seraya mengelusnya penuh kasih sayang.
Cukup lama Shaka di taman belakang, biasanya Deeva akan menyusulnya tapi kali ini nampaknya gadis itu anteng dengan hewan peliharaan barunya. Dan benar saja saat Shaka masuk ke dalam rumah dan melewati ruang keluarga sebelum ke kamarnya, ia melihat Deeva yang masih memandangi ikan. Persis seperti saat di pet shop tadi, wajahnya menempel pada aquarium.
Shaka menghampirinya dan menarik kepala Deeva untuk menjauh dari aquarium, "sambil berdiri juga kelihatan, Deev!"
Deeva mendengus kesal, "suka-suka aku lah Kak." Jawabnya.
"Lucu banget yah Kak. Cantik-cantik juga. Sayang cuma tiga ekor." Lanjutnya.
"Lain kali gue beliin lagi kalo lo nurut, nggak neko-neko, rajin belajar sama nggak buat onar di sekolahan." Jawab Shaka.
"Ya ya ya..." Jawab Deeva dengan malas, karena sejauh ini kan dia memang tak membuat masalah. Orang-orang di sekolahnya saja yang nggak waras.
"Sekarang ke kamar sana. Mandi terus istirahat. Udah malem ini." ucap Shaka sambil melirik arah jam yang sudah menunjuk angka sembilan.
"Kak Shaka duluan aja. Aku bentar lagi deh."
"Kalo gitu nggak gue beliin ikan lagi!"
Hih! Deeva berkacak kesal, "senengnya ngancem kayak bocah!" sindirnya kemudian beranjak pergi ke kamar.
Selesai mandi, berpakaian dan mengerjakan PR barulah Deeva memeriksa ponselnya. Deeva memang tak seperti siswa pada umumnya yang tak bisa lepas dari gadget. Dia cukup pandai mengantur waktu untuk memainkan benda pipih itu. Apalagi pasca perjuangan cinta yang gagal, jika bisa Deeva tak akan membuka media sosial karena dipastikan postingan Lengkara akan merusak mood nya. Ingin memblokir tapi ia urungkan karena hal itu akan menandakan dirinya belum move on. Bagi Deeva setiap masalah harus dihadapi sekalipun ia telah kalah, tapi penerimaan terhadap hasil juga merupakan tahapan yang harus ia lalui untuk menjadi lebih kuat.
Tak banyak pesan yang masuk dalam ponselnya hanya beberapa. Paling atas ada nomor baru dengan isi chat meminta ia menyelesaikan PR Matematika. Tak membalas, Deeva sudah bisa menebak siapa orang itu. "Kerjaan tidur pengen gue ngerjain PR nya. Bakal aneh kalo lo ngerjain PR, Wa! guru juga nggak akan percaya." Gumam Deeva.
Selanjutnya ada pesan dari Salsabila yang menanyakan soal Shaka. Katanya Bila sedikit kesal karena Shaka galak, tapi karena ganteng Bila tetep mau usaha PDKT dan meminta Deeva untuk membantunya.
"Gue nggak janji deh, Bil." Deeva membalasnya.
Ada juga pesan dari Elisa yang menanyakan bagaimana hari ketiganya di sekolah. Deeva membalasnya dengan voice note karena terlalu lama jika harus mengetik, ditambah lagi matanya sudah mulai ngantuk saat ini.
Terkahir ada pesan dari mamanya yang isinya tak jauh berbeda dengan Elisa. Deeva membalanya dengan singkat jika dirinya baik-baik saja dan Shaka pun memperlakukannya dengan baik.
"Ma, Deeva tidur yah." ucapnya setelah menarik selimut. Ibunya tak ada disana, tapi hal itu adalah kebiasaan yang sudah berlangsung sejak lama. Meskipun hampir setiap malam ia hanya sendiri tapi tak pernah lupa mengucapkan kalimat itu. Saat sendiri kalimat itu menenangkannya, seolah ibunya ada di dalam rumah yang sama.
Pagi harinya Deeva sudah siap dengan seragam rapi dan tas di punggung. Bukan ke ruang makan tujuannya kali ini adalah ruang tamu untuk menyapa ikan-ikannya.
"Pagi para kesayangan, makan dulu yah." Deeva menaburkan makanan ke dalam Aquarium.
"Lo sarapan juga! jangan cuma ikan yang dikasih makan. Pemiliknya juga harus makan." Entah sejak kapan Shaka sudah berdiri di belakangnya. "aaa..!" ucapnya.
"Aku nggak sarapan, Kak!"
"Ini cuma buah. Buruan buka mulut!"
"Nggak Kak. Nanti aku sarapan di sekolah pas istirahat pertama." Tolak Deeva, "bungkus aja Kak, nanti pasti aku makan." Lanjutnya.
"Susah banget disuruh makan. Heran gue!" gerutu Shaka. Bukan tanpa alasan ia mendadak jadi perhatian terhadap sarapan Deeva. Semua gara-gara sang kakek yang meminta Shaka untuk memastikan Deeva makan dengan teratur karena anak itu kerap kali bilang diet yang menurutnya tak penting.
"Gue bungkus, awas aja kalo nggak lo makan. Wajib fotoin kalo makan!" Tegas Shaka, "Jangan kepedean, itu permintaan kakek. Mohon kerjasamanya yah!"
"Aman, Kak. Siap laksanakan." Jawab Deeva.
"Berangkat sekarang, gue anterin." Ajak Shaka.
"Taksi aja deh, Kak.Kasihan Kak Shaka jadi muter, kita nggak searah." Tolak Deeva.
Ck! Shaka berdecak lirih kemudian mengeluarkan ponselnya. "Nih lihat!"
"Hm oke. Ayo berangkat." Jawab Deeva seraya menekan ikon kamera di ponsel Shaka. Ditariknya kepala Shaka supaya menunduk, "Kek, aku sama Kak Shaka berangkat dulu." ucapnya pada camera saat mengambil vidio.
"Kurang kerjaan banget yah Kakek, Kak." Ucap Deeva seraya mengembalikan ponsel Shaka. Ia sudah membaca permintaan Kakek dimana mulai hari ini Shaka harus mengirim segala hal yang berkaian dengan tanggung jawabnya terhadap Deeva dalam bentuk foto atau vidio yang disertai dengan tanda air waktu dan tempat.
"Iya, gabut banget kakek gue kayaknya." Jawab Shaka sama gilanya dengan Deeva, ''ntar sekali-kali lo juga kirim foto ke kakek yah tentang kebaikan gue gitu biar meyakinkan." imbuhnya.
"Siap. Asal beliin ikan lagi aja."
"Baru juga dibeliin kemaren udah minta nambah aja."
Sampai sekolah Deeva turun dan bersalaman. Kali ini ia hampir terlambat gara-gara memperdebatkan ikan sebelum berangkat tadi.
"Gue kira nggak sekolah." Ucap Bila begitu melihat Deeva yang datang dengan terengah-engah.
"Kakak gue ribet jadi kesiangan dah." Jawab Deeva seraya meletakan tasnya.
Tak lama Dewa datang dengan jaket yang sedikit basah. Dia membuka jaketnya, meletakannya di kursi seperti dijemur kemudian duduk dan belum sempat merebahkan kepala di meja, kepalanya sudah ditahan oleh Deeva.
"Jangan tidur dulu!" ucap Deeva sambil tersenyum ramah.
"Ini masih pagi." Lanjutnya.
"Jangan ganggu gue!"
"Tapi kalo lo tidur lo yang ganggu gue, Wa. Gue nggak nyaman kalo selama pelajaran temen sebangku gue tidur. Gue berasa jadi teman yang nggak bisa mengingatkan akan kewajiban lo sebagai siswa." Kini Deeva mode komite disiplin siswa sudah mulai on. Beberapa hari melihat Dewa tak memperdulikan pelajaran benar-benar menganggunya.
"Kalo lo keganggu yah tinggal pindah aja ke bangku yang lain." ketus Dewa.
"An jir pengen gue timpuk pake sepatu dah. Jelas-jelas nggak ada yang kosong malah ngusir gue." Batin Deeva.
"PR gue manaa? udah kelar belum?" Tanya Dewa.
"Belum. Kerjain aja sendiri!" Jawab Deeva nggak kalah ketus.
Dewa tersenyum smirk, "katanya peduli tapi gue minta tolong nggak lo lakuin."
Deeva menghembuskan nafasnya kasar, "justru karena gue peduli sama lo makanya nggak gue kerjain!"
"Deev..." Bila berusaha melerai adu mulut diantara mereka.
Tapi Deeva tak peduli dan terus cek cok dengan Dewa, "Kita kerjain bareng pulang sekolah nanti, gue bantu sampe lo bisa!"
"Males." Jawab Dewa kemudian merebahkan kepalanya di meja.
Katanya males, tapi pada akhirnya entah kenapa kini Dewa malah duduk di sebuah cafe bersama Deeva dan Bila. Mereka tengah mengerjakan tugas kelompok sosiologi tentang konflik sosial yang merupakan tugas akhir sebelum ujian akhir tahun. Dimana tugas tersebut harus diupload pada link yang sudah ditentukan paling lambat malam minggu pukul 23.59 WIB. Seminggu sebelum ujian memang waktu banyak-banyaknya tugas yang harus diselesaikan dengan deadline yang mentok. Apalagi Deeva selaku murid baru, banyak tugas yang harus ia kumpulkan untuk konversi nilai dari SMK ke SMA. Kini kesibukannya malah ditambah dengan mahluk tukang tidur yang sedang anteng membuat poster untuk tugas konflik sosial. Sementara Deeva bertugas membuat uraiannya.
"Bagian gue udah selesai. Pulang duluan boleh yah? Ntar tinggal lo gabung sama punya Dewa, Deev." Ucap Bila.
"Ok." Jawab Deeva singkat sambil mengacungkan jempol.
"Gue send Wa kerjaan gue yah." Ucap Dewa lantas menutup laptop dan memasukannya ke dalam tas, "gue udah selesai." imbuhnya kemudian menandaskan caramel macchiato miliknya.
Deeva hanya mengacungkan jempolnya.
"Lo pulangnya gimana?" tanya Dewa sebelum berlalu pergi.
"Taksi aja ntar, dikit lagi selesai. Lo pulang duluan aja nggak apa-apa." jawab Deeva.
"Gue anterin aja kalo gitu." Dewa yang sudah berdiri kembali duduk dan meletakkan tasnya.
"Nggak usah, gue bisa pulang sendiri." Tolak Deeva.
"Nggak apa-apa gue anterin aja. Sama kayak yang lo bilang tadi, temen sebangku harus saling peduli kan?" ucap Dewa, "ini bentuk kepedulian gue."
"Serius gue bisa pulang sendiri, Wa."
"Gue nggak nerima penolakan!" tegas Dewa.
"Ish gila ini cowok." Batin Deeva.
"Ya udah tungguin bentar lagi." jawab Deeva.
"Ok. Gue pesenin camilan lagi dah. Makanan lo udah abis." Ucap Dewa sebelum pergi untuk memesan.
Huh! Deeva menghembuskan nafas kasar sambil melihat Dewa yang menjauh untuk memesan.
"Haduh gimana ini kalo beneran pulang dianterin Dewa bisa-bisa Kak Shaka marah." Pusing, Deeva mengacak rambutnya.
"Terus gue nggak bakal dibeliin ikan lagi." Deeva makin pusing.
"Katanya kerja kelompok, ngapain disini?"
"An jir kayaknya gue kelewat takut, sampe kayak denger suara Kak Shaka barusan." Deeva makin mengacak rambutnya.
.
.
.
banyakin like komen dan awur bunga plus siram kopi soalnya udah panjang banget part ini😜😜
Sawannya pindah ke Shaka kek, makanya suka ngocel sama ngomel terus bawaannya sama Deeva...🤣
turut berduka cita ka...