Seorang mafia ayam 🐓
Renardo adalah seorang pria yang baru saja bekerja di perusahaan mafia yang aneh. sistemnya menggunakan ayam, jadi setiap pekerja punya rekan kerja ayam masing-masing untuk menjalankan tugas.
ayam-ayam bisa dilatih dan dilengkapi senjata. Para ayam juga bisa memakan obat tertentu untuk mendapat kekuatan.
Renardo yang saat itu hanya disuruh membawa ayam tanpa informasi tambahan membawa ayam jagonya yang berasal dari perternakan biasa bernama Kibo.
Akankah Renardo dan Kibo melakukan pekerjaan mereka dengan baik?
🥚 Peringatan Organisasi Ayam: Segala perdagangan obat-obatan ayam, undian ayam, atau pemerasan peternak dalam cerita ini hanya terjadi di dunia fiksi. Jika Anda mencoba di dunia nyata, Anda bukan mafia ayam… Anda hanya mencari masalah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radit Radit fajar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemunya Mesin Baru
Ting!
Suara terdengar dari jam tanganku. Aku yang sedang makan berhenti menyuap, jadi melirik isi di layar jam tanganku.
Lalu aku menekan pesan dari notifikasinya. Sepertinya aku punya misi.
"pergilah ke ruangan [J] - 21" begitulah tulisan di layar jam tanganku.
"eh, apa kalian tau tentang ruangan [J] - 21?" tanyaku kepada Bruno, Lola, Vin, dan Van. Siapa tau mereka punya informasi.
"oh ya, kode [J] itu memang misi yang harus dilakukan pekerja baru. Nanti kami ikut antari kesana selagi kami belum punya tugas baru." Van berkata, dia juga berhenti sejenak dari makannya, lalu lanjut lagi setelah berbicara.
Aku mengangguk, entah apa yang ada di ruangan itu. Setidaknya aku punya teman yang bisa memanduku.
Yang penting sekarang, kuhabiskan dulu makananku ini. Jarang-jarang dapat makan gratis, bisa tiap hari pula.
Setelah selesai, kami semua mengamasi kotak makan masing-masing. Menaruhnya di tempat yang sudah ditunjuk, tempat di atas meja yang cukup besar.
"jangan ditinggalin ayammu Renardo, nanti bisa dimarahi petugasnya." Vin mengingatkanku.
Aku mengangguk. Sepertinya pekerja baru disini suka menyepelekan ayamnya jadi mereka mengingatkan. Aku sendiri juga hampir lupa dengan Kibo.
Jadi kami semua mengeluarkan ayam-ayam kami masing-masing. Aku tidak terlalu kenal dengan jenis ayam teman-teman baruku itu, tapi ayam mereka terlihat sudah terlatih.
Setelah itu baru aku memasang lokasi ke ruangan [J] - 21 pada mab di penselku. Langsung ada tanda garis merah di petanya.
Lagi-lagi hal yang kucari lumayan jauh. Sepertinya aku harus terbiasa melewati jalur yang panjang dan cukup rumit begini.
"sabar aja ya Renardo, bangunan bawah tanah ini memang cukup rumit dan memusingkan untuk dijelajahi. Tapi memang ada arsiteknya yang membuat begini, setiap kerumitan di bangunan ini punya fungsinya." Bruno berkata menjelaskan di tengah jalan, paham dengan ekspresiku yang terlihat malas.
Aku mengangguk. Lalu memanggil Kibo lagi agar dia kembali mendekat, dia belum terlalu terlatih, jadi agar ikut kupanggil saja beberapa kali. Teman-temanku juga ngak masalah, daripada aku angkat terus dia tidak ada perkembangan kemampuan mengikutikunya.
"tenang aja Renardo, kami juga begitu kok. Malahan Visu dan Viso lebih parah lagi, mereka kelilingnya jauh, pernah malahan kami sampai menghabiskan waktu berjam-jam mencari mereka." Van berkata, sepertinya Visu dan Viso itu namanya ayam Vin dan Van.
Aku mengangguk. Lalu akhirnya tidak lama kemudian kami sampai ke ruangan [J] - 21. Tuangan ini punya tangga besar di satu sisi ruangan tempat orang-orang bisa masuk ruangan ini dari permukaan tanah.
Aku sempat heran, kok malah ada orang-orang umum ke tempat mafia begini.
Tapi aku langsung mengerti begitu melihat isi ruangan. Tentu saja ini dibuka untuk umum, ini tempat pengundian.
Ada sekitar lima belas roda keberuntungan di ruangan besar ini. Aku ngak ngerti lagi apa yang dipikirin orang-orang disini, bisa-bisanya mereka berharap pada keberuntungan.
"ngapain aku disuruh kesini? Apa pemimpin perusahaan mau mengejekku karena selalu ngak beruntung?" aku berkata protes, membuat teman-temanku tertawa.
"ya ngak lah, kamu bisa jadi pemilik salah satu mesin disini. Hadiah awalnya sudah disiapkan di ruangan sebelah ruangan ini. Jadi kamu tinggal urus, kalau hadiah berikutnya baru kamu sendiri yang mengaturnya." Lola menjelaskan.
Aku mengangguk paham. Jadi aku berjalan menyusuri ruangan ini bersama teman-temanku mencari roda keberuntungan yang masih ditutup.
Saat melalui mesin-mesin lain. Aku bisa lihat ada orang yang kesal karena tidak beruntung, ada yang tetap berusaha tenang, bahkan ada yang coba-coba cara aneh, mengira itu cara terbaik untuk menangnya.
Disini juga aku baru sadar, ada beberapa robot berlaluan untuk mengantarkan hadiahnya. Agar pemiliknya tidak kerepotan bolak-balik ruangan ini.
Yang berbeda disini. Undiannya dibayar pakai satu ayam. Hadiahnya juga beragam, walau jelas tetap kebanyakan buruk, hanya satu hadiah utama yang terlihat bagus, makin bagus hadiah utama, makin tergiur orang untuk memainkannya.
Sampai akhirnya kami menemukan roda keberuntungan yang masih ditutup. Ada satu robot yang masih mati disana.
Bentuk robot itu berbadan tabung, dengan dua kaki dan tangan. Kepala setengah bola dan satu mata lensa yang tertutup.
"sekarang, kamu tinggal sambungkan nomor mesinnya ke jam tanganmu Ren." Bruno berkata.
Aku mengangguk. Lalu melihat kode nomor di pinggiran mesin. Aku mengetikan kodenya di aplikasi khusus pada jam tanganku.
"oh ya, kalau ada robot disini, kenapa belum dioperasikan di seluruh bangunan?" tanyaku penasaran ke teman-temanku, menunggu loading sambungan ke aplikasinya.
"robot ini juga baru Ren, jadi dioperasikannya baru di tempat yang benar-benar perlu. Kayak tempat ini, jelas ngerepotin kalau pakai manual, bayangin aja tengah ngerjain misi tiba-tiba ada yang jack pot, suruh cepat ngambilin hadiahnya. Jelas itu ngerepotin." jelas Vin.
Aku mengangguk paham. Lalu melirik jam tanganku, loadingnya selesai, sudah terhubung ke mesin roda keberuntungan di dekatku.
"halo pak, saya adalah asisten di mesin roda keberuntungan anda. Apakah anda juga pekerja baru disini?" robot yang ada di dekat roda keberuntungan tadi menyala.
Dia sudah berdiri tegak dan kokoh. Canggih juga ternyata jalannya pakai kaki seperti manusia begini, kukira awalnya akan pakai semacam roda.
Aku mengangguk. "ya, aku baru disini." jawabku, robot itu diam sejenak, memproses jawabanku.
"oke, mari kutunjukkan dimana ruangan hadiah roda keberuntunganmu." jawab robot itu.
Tanpa menunggu jawabanku dia sudah jalan ke lorong ruangan. Aku mengikutinya, juga teman-temanku beserta ayamnya.
Sementara Kibo malah lompat ke robot itu. Aku hendak nahannya sebelum robot itu malah jatuh.
Tapi telat, Kibo sudah naik ke atas kepala robotnya. Membuat robot itu goyah, jadi daripada aku menahan Kibo aku memutuskan memegangi robotnya agar tidak keterusan jatuh.
Robot itu diam sejenak, memproses gerakannya kembali. Kibo malah duduk santai di atas kepalanya, baru setelah itu robot itu kembali jalan, kuat juga ternyata robot ini bisa angkat Kibo.
Kami sampai ke ruangan tempat hadiah roda keberuntunganku. Tidak terlalu jauh dari ruangan tadi, disini ada kandang ayam dengan lima ayam, ada beberapa makanan ayam, dan permen.
"boleh ngak sih kuambil aja hadiah utamanya ini untukku? Kan aku yang punya." aku berkata.
Lima ayam itu kalau dijual bisa menguntungkan, balik modal lagi beli beberapa ayam muda, bisa memperluas bisnis.
"ya ngak lah, itu buat yang menang, kalau kamu ambil kamu juga harus kembalikan." Van tertawa.
"iya, kecuali telurnya, anda bisa mengambil telurnya, sementara untuk mengurus ayam-ayamnya aku bisa mengurusnya." robot itu berkata.
Aku mengangguk mengerti. Kalau begini seru juga, setiap satu "korban" pencet tombol di roda keberuntungan itu, aku dapat satu ayam. Apalagi hadiah ayamnya itu cuman satu, hadiah utama.