Ratih Tidak Percaya Kalau Pernikahannya Dan Akmal Akan Berakhir Hancur, Lima Tahun Bukanlah Waktu Yang Singkat, Namun Saat Ratih Telah Melahirkan Putri Pertama Mereka Yang Sudah Lama Mereka Dambakan, Namun kenyataan Pahit Menimpa Ratih, Akmal Berselingkuh Dengan Teman Dekat Ratih Seorang Janda Beranak Dua.
"Lihat Saja Mas, Akan Ku Balas Pengkhianatanmu." Ratih Gelapa Mata, Ia Bersekutu Dengan Seorang Dukun, Dan Merencanakan Pembalasan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SANTET 34
"Ya Allah Apa yang telah terjadi." Bu Mirah menjerit histeris, saat melihat Ratih di gotong mengunakan kain Sarung, padahal malam tadi bu Mirah Melihat Ratih sudah mendahului masuk kedalam kamar
"Kalian menculik Ratih?" Bu Mirah terlihat menangis histeris.
"Tidak buk, kami bisa Jelaskan." Sergah Nanda langsung, ia Langsung menjelaskan semua hal yang terjadi malam ini pada Bu Mirah, serta niat mereka membebaskan desa Rawa Asem dari cengkeraman Iblis jahat itu.
Mendengar penjelasan Mereka bu Mirah menangis histeris tiada henti, Masih merasa tidak percaya, namun sejak kemarin malam ia mendengar Ratih mengigau masalah ilmu hitam, Bu Mirah merasa penjelasan mereka berdua masuk logika.
"Baik Bu... Jadi Saya mohon kerja samanya, tolong Jangan bicarakan mba Ratih pergi."
"Bila Perlu Ikat tangan dan kakinya, pada setiap kayu di ujung Ranjang tidur nya."
"Baik Saya akan lakukan itu, tapi tolong bantu anak saya, biar tidak lagi terpengaruh oleh ilmu hitam." Bu Mirah memohon pada Nanda dan Salaf Tangisanya berlinang.
"kiyai Hasyim pasti akan membantu bu, setelah saya memastikan keadaan kiyai Hasyim. kami berjanji akan kesini membawa Mba Ratih ke pesantren Kiyai Kami."
Nanda dan Salaf langsung beranjak, sebelum adzan Subuh berkumandang mereka langsung kembali ke pondok pesantren, mereka sangat takut jika Tiba-Tiba kiyai mereka mendapatkan serangan dari Ki'Jambu Arsa.
Lari maraton membuat mereka berdua beberapa kali menarik nafas Dalam, "Alhamdulilah sampai juga." Mereka menarik nafas Dalam saat langkah kaki mereka sudah menginjak gerbang pesantren.
Nanda dan Salaf kaget saat melihat para pengurus putra berlari wajah mereka sangat panik menuju mushola pondok. "Ada Apa ini?" Ucap Nanda, namun santri yang berlari tidak sempat menjawab, suara Nanda tertangkap angin.
"Jangan-Jangan kiyai Kenapa-Napa?" Salaf menatap ke Arah Nanda.
Mereka Berdua langsung menuju ke mushola pondok, benar saja disana para santri sedang berkerumun, mereka panik melihat kiyai Hasyim muntah Darah.
"Ya Allah Kiyai..." Nanda dan Salaf kaget.
para santri yang tadinya berkerumun melihat Nanda dan Salaf mereka langsung pamit undur diri, karena Nanda dan Salaf adalah santri kepercayaan kiyai Hasyim.
"Kalian tidak terlambat kan?"
"Tidak kiyai kami tidak terlambat, kami menggagalkan Mba Ratih melakukan Ritual itu." Nanda menopang pundak kiyai Hasyim.
"kalau kita tidak terlambat lalu kenapa kiyai bisa begini?" Salaf menatap Nanda mimik wajah nya nampak sedih. "Tapi sebelum kita menggagalkan Mba Ratih, kami melihat Mba Ratih sedang memakan sesuatu ... tapi entah itu apa, kami baru menggagalkan nya setelah mba Ratih ingin melakukan Ritual mandi kembang." Ujar Salaf.
"itu artinya kalian telah gagal, karena malam tadi bukan hanya bulan Purnama, tapi ada sebagian gerhana bulan, dimana ilmu hitam mampu mengirim kejahatan Dari jarak jauh." Kiyai Hasyim nampak Terseyum tipis meskipun ujung bibir nya masih ada sisa darah.
Nanda dan Salaf saling menatap. "Lalu Apa Yang harus kami lakukan kiyai, apakah malam tadi mba Ratih sudah melakukan sebagian ritual?"
"Sepertinya begitu, ilmu yang paling jahat adalah yang mengorbankan nyawa manusia, malam tadi kalian melihat Ratih memakan sesuatu kan?... dan itu Adalah Ari-Ari Bayi, utuk kepentingan ki Jambu Arsa Sendiri, dan juga mengubah wujud ki Jambu Arsa kembali muda."
penjelasan kiyai Hasyim membuat mereka berdua merinding, karena malam tadi yang mereka lihat ternyata Ari-Ari bayi yang di makan oleh mba Ratih. "Jadi semalam yang kita lihat Ari-Ari Nda..." Salaf mengecap ludah, rasanya ingin muntah.
"Nanda, Salaf..." Kiyai Hasyim Menatap mereka bergantian. "Saya yakin kalian berdua pasti bisa membantu semua masalah ini." ucap Kiyai Hasyim sembari terbatuk.
"Kalau sudah begini apa yang akan kami lakukan kiyai?." Nanda dan Salaf merasa bersalah karena tidak bisa mencegah ritual kejam semalam.
"ikhtiar dan berdoa, dan intai dengan teliti jika besok nanti terdengar suratan Takzim bayi yang Meningal itu artinya Ari-Ari Bayi yang semalam di makan oleh Ratih." Ucap Kiyai Hasyim.
.
.
Matahari mulai bersinar, Nanda dan Salaf masih berdzikir di dalam Mushola pesantren.
tiba-tiba terdengar Suara berkumandang dari beberapa masjid pengumuman anaknya pak Dahlan Meningal dunia, karena tubuh kecilnya merasa tidak kuat, saat mengalami Gatal-Gatal dan luka yang di garuk mengalami infeksi hinga berjamur dan menimbulkan pembusukan.
"Sudah memakan korban lagi Nanda." Salaf menyudahi Dzikir nya ia mulai membuka mata, saat mendengar suara pengumuman di Masjid.
"Kita layat atau tetap disini menjaga kiyai?..." Nanda balik menatap Salaf, ia Juga nampak Bingung jika mereka berdua Meningalkan pesantren mereka takut jika sesuatu terjadi pada kiyai Hasyim.
.
.
Sementara Di dalam rumah, kedua Tangan dan kaki Ratih telah di ikat kuat oleh Bu Mirah dan juga Narsih.
Ratih berteriak meronta kembali seperti orang Kerasukan. "lepaskan ... lepaskan aku! biadab kalian semua...!" matanya melotot, rambutnya nampak berantakan.
Narsih dan Bu Mirah mengikat Ratih Sangat kencang, hingga ia meronta tidak ada gunanya, yang ada tangan nya terluka terkena gesekan tali tambang.
"Apa salah ku bu?... kenapa aku di ikat?" Ratih sadar, namun jika berteriak itu seperti bukan suaranya karena sedang Kerasukan.
"Jangan Terlalu Dekat bu, takut membahayakan." Narsih berusaha menahan majikan nya, karena beliau ingin duduk di samping Ratih.
"Kamu tenang saja Narsih."
"Bu, tolong lepaskan, kenapa aku di ikat...!" Ratih meronta.
Bu Mirah menggeleng pelan, ini demi kebaikan kita semua nak' demi kebaikan warga desa Rawa Asem dan juga dirimu sendiri." ucap Bu Mirah lembut.
"Untuk apa bu?... saat aku Sakit hati tidak ada seseorang yang mengerti perasaan ku, aku dikhianati bu, apa salah jika aku membalas dendam?" Ratih menatap ibunya tajam, air matanya mulai mengenang.
"iya ibu Faham, tetapi bukan berati dengan cara kamu yang seperti ini, ibu lebih tahu asal usul dukun kepercayaan mu itu Ratih, ia bukan hanya kejam tapi juga sangat tidak berperikemanusiaan."
"Aku Ngak perduli Bu, Aku Ngak perduli...!" Ratih mengeram kuat, "kenapa ibu sama saja dengan Rena, ibu tahu Rena mati karena aku Bu, ia mati karena aku....!" Tatapan mata Ratih tiba-tiba berubah drastis seperti bukan tatapan manusia.
Narsih yang melihat itu langsung menarik Bu Mirah, ia takut tiba-tiba Ratih membahayakan.
"Jadi Kamu yang membunuh adik kamu Ratih?... tega kamu!..." Bu Mirah membungkam Mulutnya, Tangisanya mulai meledak.
"Karena dia sama dengan ibu, kenapa sekarang ibu jadi menasehati aku, Dasar ibu munafik." Ratih meludah begitu saja. "Ya ... aku memang sudah membunuh Rena, karena dia terlalu ikut Campur Urusan ku!... dan sekarang siapa pun yang mencampuri urusan ku Akan Mati, Hahaha..." Ratih tertawa sumbang, matanya menatap tajam kearah Bu Mirah dan juga Narsih yang sedang ketakutan.