NovelToon NovelToon
Gadis Kesayangan Om Garda

Gadis Kesayangan Om Garda

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Keluarga / CEO / Cinta Terlarang / Romansa
Popularitas:454
Nilai: 5
Nama Author: yourladysan

Bening awalnya hanya mengagumi Garda seperti seorang anak terhadap ayahnya sendiri. Tumbuh dalam keluarga yang kurang harmonis membuat Bening bermimpi memiliki ayah seperti Garda. Namun, seiring berjalan waktu, ternyata perasaannya terhadap Garda berubah menjadi ketertarikan yang tak masuk akal. Bagaimana bisa dia menginginkan dan menyukai ayah dari sahabatnya sendiri?

Ketika Bening ingin menyingkirkan perasaan gila itu mengingat usia mereka yang terpaut jauh, tiba-tiba suatu hari Garda membuat pernyataan yang membuat Bening bimbang. Sebuah ciuman melayang, mengantarkan Bening pada kelumit masalah antara menjadi gadis kesayangan Garda atau janji persahabatannya dengan putri pria itu.

#adultromance #agegap #cintabedausia

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yourladysan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gebetan Nata

“Bening!”

Panggilan itu membuat gadis bermata bulat itu menoleh. Seorang pemuda berperawakan tinggi agak atletis mendekatinya. Melihat peluh menetes di dahi, Bening menebak lelaki itu baru kembali dari pusat olahraga kampus. Sedangkan Bening baru selesai melakukan sesi bimbingan untuk skripsinya.

“Kenapa, Bim?” tanya Bening.

Pemuda itu mengeluarkan sebuah tiket konser musik. “Buat lo,” katanya.

Bening menerima dengan kaku. “Akhir pekan, ya? Aku ngga—”

“Please, lo boleh dateng sama Nata. Gue yakin dia mau ikut, kalian ‘kan sepaket. Khusus lo, gue udah kasih tau panitianya kalau tiket kalian barengan. Include sama Nata.” Ia terkekeh sejenak menanggapi leluconnya sendiri.

Sementara Bening hanya tersenyum tipis sembari membolak-balik tiket konser. Pemuda di hadapannya adalah Bima, gebetan Nata. Ya, Bening tidak punya kata lain untuk menggambarkan Bima selain musik dan gebetan Nata. Sayang sekali, Bima tidak tahu kalau Nata naksir berat padanya.

“Gue pergi dulu. See you!” Bima tersenyum lebar, lalu menjauh dari hadapan Bening yang sedang berdiri di depan lobi utama akademik.

Kepergian Bima membuat Bening mematung di tempat sembari memperhatikan punggung cowok itu yang mulai menjauh. Sesuai dugaan Bening, Bima berbelok menuju pusat olahraga. Menurut Bening, tidak salah Nata naksir padanya karena selain suka musik, Bima juga rupanya sangat gemar berolaharaga. Nata bisa berceloteh berjam-jam kalau membicarakan betapa seksinya Bima saat olahraga.

Baru saja dipikirkan, seseorang menepuk pundak Bening. Itu Nata, kedatangannya membuat sang sahabat terkejut.

“Kenapa, sih, ngelamun aja? Lihatin siapa sampe segitunya?” tanya Nata.

“Ah, nggak apa-apa, Nat. Udah kelar kelasnya? Meta sama Tara mana?”

“Gue lagi males ngobrol sama Meta. Lo tau sendiri Tara pasti ngikutin dia terus.”

Bening menghela napas. “Kamu masih marah sama dia? Aku udah bilang nggak usah dengerin dia.”

“Iya, gue nggak dengerin. Dia aja yang nggak mau ngobrol sama gue,” ucap Nata seraya menggandeng lengan Bening. “Jadi, mau ke mana kita? Makan di luar, yuk! Lo ‘kan udah kelar bimbingan. Bisa revisi ntar malem aja. Lo nginap di rumah gue.”

“E-eh ….” Bening terkesiap. Rongga dadanya mendadak berisik. “N-nggak usah, aku pulang aja.”

Semalam ia menginap di unit apartemen Garda, lalu nanti malam kalau menginap di rumah Nata, bisa-bisa dia bertemu Garda lagi. Bening harus mencoba menjauhinya. Bahkan semalam Garda juga meninggalkan Bening sendirian di unit.

Garda menghargai Bening dan tidak mau mengusiknya. Karena Garda juga sudah berkata akan memberikan waktu pada Bening untuk menentukan arah perasaannya itu.

“Ih, kayak sama siapa aja! Gue takut lo pulang ke kos, Ning. Bisa-bisa mereka mukul lo lagi,” kata Nata, “lagian rumah gue nggak rame. Papa jarang di rumah, pembantu kerjanya cuma sampai jam tujuh. Kalaupun ada orang, pasti orang suruhan papa buat jagain gue dan rumah. Please, lo mau, ya?”

“Duh, Nata, kalau malam ini aku nggak bisa. Aku harus pulang dan ngomong sama ibu dan ayah,” kata Bening berusaha menolak.

Bibir Nata langsung mengerucut sesaat, pipinya tertekuk menandakan kejengkelan. Ia kemudian melirik kertas di tangan Bening. “Ngomong-ngomong, itu apa?”

“O-oh ini …, aku jadi lupa gara-gara kamu ngajak ngobrol terus.” Bening terkekeh sejenak. “Tadi Bima ke sini.”

Sepasang mata Nata membulat kaget, pipinya terlihat agak memerah bukan lagi karena sapuan blush on. “B-Bima? Kok, lo nggak bilang? Terus dia ngapain?”’

“Tiket konser akhir pekan ini. Dia ngasih kamu,” kata Bening meskipun sebenarnya yang diberikan oleh Bima adalah dirinya. Dia hanya ingin menjembatani Nata dan Bima.

Nata menerimanya dengan cepat. Matanya berbinar saat menatap tiket itu. “Wah! Dia beneran ngundang gue? Aaak, Bening!” Pelukan Nata langsung menghadiahi Bening. Ia sampai sedikit kesusahan bernapas.

“Kamu seneng, kan?”

Setelah melepas pelukan, Nata mengangguk. “Lo nggak usah nginap malam ini, deh. Tapi malam minggu lo nginap di rumah gue, biar kita bisa pergi ke konser berdua. Papa pasti ngasih kalau have fun di weekend nanti. Apalagi ini undangan dari cursh gue.”

“M-malam minggu?” Bening tergagap.

Nata mengangguk antusias sebagai jawaban. Sementara Bening agak gugup dan sedikit cemas karena biasanya di akhir pekan Garda selalu berada di rumah.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!