Sebuah cerita yang mengisahkan si MC untuk bertarung demi menaikkan peringkatnya. Semua orang memiliki peringkatnya masing masing,dari terendah sampai yang tertinggi. Namun,tugas dia bukan hanya menaikkan peringkatnya, namun ia juga terpilih sebagai....-.
RANKING BATTLE adalah sebuah cerita yang berhubungan dengan peringkat, dan level.Semua orang memiliki lambang di lehernya masing masing, sebagai tanda peringkatnya.Tokoh Utama:Fai
Akan kah Fai menyadari ia lah yang terpilih?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Karya Penulis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6
Air mata mulai jatuh, mulai membasahi muka Zar yang kini tertunduk kebawah, dengan terus memegangi bahu kanan nya, menahan rasa sakit yang sangat sakit di rasanya.
Bersamaan dengan darah yang kini mulai bercucuran dari tangan nya.
Pastilah sakit. Yang membuat ia meremas bahunya, menahan rasa sakitnya. Yang membuat ia mengerutkan dahi dan bibirnya, menahan isak tangis nya agar tak menjadi jadi.
Xans yang tengah bangga dengan kemenangannya, tak bertahan lama, setelah akhirnya ia melihat darah yang mulai muncul di lengan Zar.
"Zar!" Teriak kaget Xans. Ia tak sengaja.Justru ini bisa membuat ia di benci oleh Zar, sahabatnya. Bagaimana pun mereka adalah sahabat dari masa masa awal masuk P.L.M.
Xans benar benar tak sengaja, perasaan panik mulai muncul ketika sensei Hunter mengetahuinya. Ia benar benar tak bermaksud begitu. Ini adalah kesalahan, begitu lah jadinya bila menggunakan pedang asli saat latihan.
Sensei Hunter yang melihatnya hanya bisa ternganga, dengan mata terbelalak. Toh Xans yang bertarung dengannya pun kaget, apalagi sensei yang mengajari mereka, Hunter.
"Anak anak! Pertarungannya di berhentikan sebentar!" Teriak Sensei Hunter kepada semua anak anak. Luka Zar harus segera di tangani, walau sepertinya sudah tak ada harapan.
Kini perasaan Zar benar benar sangat sakit, di tambah membayangkan dirinya akan cacat untuk selamanya. Benar benar membuat hatinya tak bisa menahan isak tangis.
"Z-Z-Zar, maaf. Maaf kan aku!" Sontak pedang yang di genggam Xans juga terjatuh.
Kini sensei Hunter menghampiri nya. Menenangi nya. Disaksikan semua anak anak. Begitu juga dengan Fai, juga sedih melihatnya.
Xans juga ikut menghampiri nya, berusaha menolong. Ia tahu rasa sakitnya bila cita cita, untuk menjadi Swordman terhalang hanya karena kecelakaan latihan. Pastilah kesal rasanya.
Dengan begitu semua Murid Murid di pulangkan. Mereka harus segera menangani Zar.
Semua anak anak juga pulang dengan muka yang tak senang, juga turut berduka atas kecelakaan yang menimpa teman mereka itu.
Di perjalanan pulang. Fai memikirkan nya.
'Kasihan sekali Zar. Apakah ia bisa bermain pedang lagi? Atau dia jadi Magic?' Batin Fai. Mana lagi tangan yang patah tangan kanan. Sangat susah untuk kembali bermain pedang kalau begitu ceritanya.
Fai berjalan dengan terus memikirkan temannya itu. Sampai sampai ia tak tahu ia sedang berjalan menuju kemana.
Tanpa sadar ia pergi ke suatu tempat dengan pandangan yang masih saja tertunduk kebawah. Ketempat yang ia tak pernah kesana sebelumnya. Begitu perhatiannya ia dengan temannya itu.
"Hah?!" Kaget Fai setelah melihat kedepan. Dilihat nya hutan yang asing baginya. Ia tak pernah kesana sebelumnya. Kalaupun hutan tempat tinggal Rayen, harusnya tak seasing ini.
'Dimana ini? Secara tak sadar aku kemari!' Fai membatin. Ia mengerutkan dahi. Kalau pun ia berjalan balik, itu akan sama saja, ia benar benar tersesat di tengah tengah hutan ini. Sendiri, seperti nya.
Tak ada pilihan lain selain terus maju. Fai mengambil nafas dalam dalam, siap sedia dengan sesuatu yang akan datang padanya kapan pun, ia akan siap.
Lalu tak lama, ia melihat goa dari kejauhan. Goa nya sedikit tampak sudah lama. Penuh dengan lumut. Dan ada tumbuhan menggantung di depan pintunya. Seakan goa yang tak berpenghuni.
Lalu Fai menyipitkan matanya, memperhatikan nya dengan saksama.
'Itu goa?! Tapi kenapa ada goa disini?' Fai bertanya dalam batinnya. Itu sangat aneh dan tak masuk akal, apalagi ini hutan yang seharusnya tak ada goa yang bisa dibilang besar begitu.
Kalau dipikir pikir, seakan Fai ditujukan kesana, ia harus masuk ke dalam goa nya. Tapi bukannya tak cukup mental, tetapi kekuatannya yang masih kurang untuk menghalau bahaya yang akan datang menimpa dirinya.
Dan di situlah perasaan nya main. Seakan dirinya yang lain merayunya untuk masuk. Seakan dalam hatinya ada dorongan untuk melangkah maju kesana. 'Masuk~ Masuk aja~ Mana tahu ada cuan~' Batin Fai yang lain.
'Tidak!' Fai menolak keras rayuan dari dirinya itu. 'Tapi pasti kau ingin tahu kan didalamnya?..' Rayu diri Fai yang lain. Pikirannya seolah sedang bertarung dengan rayuan itu, yang membuat ia termenung dalam diam.
'Jika ada bahaya aku belum cukup kuat!' Bela Fai. Ia terus menyangkalnya dan tak akan merubah opini nya.
Namun walau begitu, diri Fai yang lain masih saja merayunya.
'Udahlah! Masuk ajja!' Batin Fai yang lain. Mereka adu argumen. Dan itulah yang disebut rasa ragu.
'Tidak! Aku tak akan terrayu oleh diriku sendiri ' sembari menggeleng geleng kepalanya.
'Ck! Deggil!' Batin Fai yang lain. Seperti nya ia menyerah untuk merayu Fai.
'Tak usah pikirkan yang aneh aneh..' Batin Fai, berbicara pada dirinya sendiri. Dan dirinya yang lain sudah hilang dari pikirannya. Yang berarti rasa ragu telah hilang.
'Aku akan pulang dan memberi tahu Rayen tentang gua itu..' Kata batin Fai. Kali ini Ia benar benar yakin dengan keputusannya.
Tapi sepertinya ia lupa bahwa sekarang ia tengah tersesat.
"Eh!? Tapi ini dimana?!" Teriak Fai. Dilihatnya hutannya makin asing bagi matanya itu. Sembari celingak celinguk.
"Aku nggak tahu jalan pulang!" Kata Fai. Sedikit memelankan suaranya. Ia merasakan sesuatu yang ganjal. Ia merasa ada sesuatu di sekitarnya.
Mulai mencari sumber yang aneh itu dengan tenang. Walau dirinya terdiam bagai patung. Ia menahan nafasnya. Melihat semak semak disekitar.
Sek
Sek
Suara semak semak yang bergerak di belakang Fai membuat ia menoleh kebelakang.
'Eh?' Batin Fai. Jantungnya deg deg an kencang. Ia mendengar suara semak semak tad, ia yakin.
Lalu gilanya, semak semak itu menjulang keatas seketika, seakan ada orang di dalamnya. Yang membuat Fai kaget sekaligus panik melihat semak semak yang bisa begitu.
"AKK!!!!!!!" Mekek Fai. Suaranya melengking. Menandakan ia mengeluarkan semua teriakannya.
'Naek cok!!' Sembari menaikkan bahunya.
Sontak membuatnya lari, sembari mengangkat tangan keatas. Tatapannya tak lagi tenang seperti tadi. Matanya terbelalak.
Ia lari sekencang kencang yang, entah ke arah mana. "Ah!!! Rumput macam apa itu?!" Kata nya, ia teriak untuk kedua kalinya.
Mana mungkin rumput bisa begitu, menjulang keatas tiba tiba begitu. Pastilah ada orang di dalamnya.
Kini Fai lari dengan rasa ketakutan yang menjadi jadi. Jantungnya berdetag kencang, ditambah sekarang ini ia tengah lari.
Ia lari entah kemana. Mengiķuti rasa takutnya.
Hah
Hah
Ia ngosngosan setelah berhenti berlari sejauh itu. Mulai mengatur nafas nya, sebelum ia beranikan diri untuk melihat sekeliling.
Lalu..
"Fai..?" Kata seseorang yang berada di depannya.
Lalu Fai memberanikan dirinya untuk mendonga, walau ia kenal suara ini.
"Rayen..." Dengan mata berbinar binar. Dengan tubuhnya yang masih tertunduk.
Dengan begitu, ketika ia melihat Rayen, perasaan nya mulai tenang, dan kini ia tahu ia sekarang berada di mana.
/Smile/