NovelToon NovelToon
Maura : Tragedi Tahun Baru

Maura : Tragedi Tahun Baru

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Tamat
Popularitas:2.3M
Nilai: 4.9
Nama Author: dewi widya

Hidup Freya Almeera Shanum berubah setelah tragedi tahun baru 6th silam yang membuatnya menjadi single parent dari anak bernama Maura Hanin Azzahra.

Maura, gadis berusia 5th itu selalu menanyakan keberadaan Ayahnya yang tak pernah diketemuinya dari kecil.

Pertanyaan sederhana tentang keberadaan sang Ayah yang selalu di lontarkan Maura membuat sang Bunda Freya (25th) merasa bersalah dan sedih. Bahkan Freya juga kadang teringat akan tragedi malam itu setiap sang putri bertanya keberadaan Ayahnya.

Semua salah wanita tak tahu terima kasih itu. Karena wanita itu, Freya sekarang menjadi single parent tanpa status.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi widya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mematuhi perintah tanpa ada penolakan

"Freya!!!! Ngapain kamu masih disini?" tanya Bu. Mona selaku manager pajak, atasanannya Freya di Divisi perpajakan saat melihat Freya yang masih berkutat dengan komputernya.

"Masih menyelesaikan pekerjaan saya, Bu." jawab Freya dengan tampang polosnya menghentikan aktifitasnya mengetik.

"Kamu sekarang sudah jadi sekertaris Presdir ABA.Corp. Bukan lagi staff di perpajakan lagi." kata Bu Mona lesu. Dia seperti kehilangan aset berharga di perpajakan. Karena semenjak ada Freya pekerjaan di Divisi perpajakan lancar jaya karena otak cerdas yang dimiliki Freya dapat membantu staff lain dalam menganalisa perhitungan yang tepat.

"Sudah sana kemasi barang kamu dan pergi ke top floor." usir Bu Mona setengah tak rela dengan memalingkan wajahnya.

"Bu Mona gak ingin mempertahankan Freya gitu." kata Freya memelas pada managernya itu.

"Kalau yang minta kamu itu Tuan Alex aku akan mempertahankan kamu." ucap Bu Mona.

"Ini yang minta Presdir langsung."

"Mana berani aku nolak."

"Yang ada nanti akunya yang dipecat."

"Presdir kita kan seperti beruang kutub." sungut Bu Mona dengan muka cemberut.

Freya menghembuskan nafas kasar. Benar yang dikatakan Bu Mona. Selain monster yang menyeramkan, Persdirnya itu juga beruang kutub yang dingin dan menyukai hal berbau panas. Mesum.

"Sudah sana cepat pergi." Bu Mona mendorong Freya untuk segera keluar dari Divisi perpajakan sesaat setelah Freya mengemasi barangnya.

"Hubungi aku kalau kamu masih hidup yah, Frey." kata Bu Mona dengan tampang prihatinnya membuat beberapa orang yang ada di Divisi perpajakan tertawa.

Freya mendengkus kesal mendengar perkataan Bu Mona itu. Di segera pergi tanpa menoleh kebelakang lagi. Dia telah diusir dari dunia perpajakan yang dia geluti selama sebulan ini.

"Aku harus menemui Tuan Alex terlebih dahulu."

"Aku mau bernegosiasi dengannya."

"Mudah-mudah aku gak jadi sekertarias monster itu." monolog Freya kesal karena tidak mendengarkan peringatan Evan. Dia sekarang sudah ada di dalam lift menuju ruangan Alex.

"Kalau aku mendengarkan Kak Evan, aku gak akan mungkin kerja disini."

"Ini semua karena Mutia." geram Freya, dia menghentak hentakkan kakinya di lantai lift.

"ABA.Corp. jadi itu diambil dari nama monster itu."

"Abrisam Bryan Alvaro." Freya menggelengkan kepalanya pusing. Kenapa setelah enam tahun dia harus ketemu orang itu lagi. Orang yang tak pernah dia lihat dan dia kenal. Orang telah mengambil kehormatannya dan membuatnya menjadi single parent tanpa status. Orang yang tak dia harapkan kemunculannya kini muncul kembali.

Freya mengerjapkan matanya berulang kali saat matanya mulai memanas. Entah kenapa setiap kali mengingat tragedi tahun baru itu dia selalu menangis dan kesal akan dirinya sendiri.

Mungkin ini sudah saatnya, Freya. Kamu memang harus bertemu dengan monster itu untuk meluruskan semua permasalahan yang di masa lalu.

Kalau pun nantinya monster itu mau bertanggung jawab akan kesalahannya dan meminta Maura. Akankah Freya bersedia memberikan Maura pada Ayah kandung Maura? Siapkah Freya akan hal yang tak pernah dibayangkannya itu?

Freya menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan setelah berperang dengan pikirannya. Dia sudah membulatkan tekadnya. Apapun yang terjadi nantinya dia harus tetap kuat tidak boleh lemah.

"Baiklah Freya. Kalau memang dia mau bertanggung jawab dan membawa Maura pergi darimu."

"Bukankah Bundanya juga harus ikut?"

"Bukankah Maura gak bisa jauh dari Bundanya?"

Ting....

Pintu lift terbuka, Freya segera keluar dari dalam lift dan menuju meja sekertaris Tuan Alex.

"Pagi Mbak Lusi." sapa Freya pada sekertarisnya Alex.

Lusi melihat siapa yang menyapanya, dia tersenyum saat melihat Freya yang tersenyum padanya. "Pagi juga Freya." balas Lusi

"Mau ketemu Tuan Alex?" tebak Lusi.

"Iya..Tuan Alex nya ada?" tanya Freya.

"Ada... Masuk saja." Freya mengangguk dan berjalan menuju pintu ruang kerja Alex.

Tok tok tok

Freya segera masuk setelah mendapatkan sahutan dari dalam.

"Ada apa Freya?" tanya Alex yang sedang duduk di meja kerjanya.

Tanpa menoleh kanan kiri Freya mendekat ke meja kerja Alex.

"Tuan..Boleh saya bernegosiasi dengan anda?" tanya Freya tanpa basa basi.

Alex mengerut bingung. "Negosiasi apa?" tanya Alex balik.

"Bagaimana kalau saya jadi sekertaris anda saja, dan mbak Lusi yang jadi sekertarisnya Presdir." jawab Freya cepat walau kakinya dari tadi gemetaran.

Alex melirik seseorang yang dari tadi duduk di sofa single yang tengah memperhatikan Freya sejak Freya masuk ke ruang kerjanya sampai tak berkedip. Gak kering tuh mata, batin Alex ingin tertawa.

"Kamu yakin?" tanya Alex setelah menatap Freya yang berdiri di depan meja kerjanya.

Freya mengangguk cepat. "Yakin Tuan." jawab Freya dengan senyum manisnya.

Alex menautkan kedua tangannya di atas meja dan mencondongkan badannya ke meja. Menatap Freya intens. "Tapi aku yang gak yakin." kata Alex.

"Apa Tuan Alex takut di pecat sama Presdir?" tanya Freya dengan polosnya membuat Alex langsung tertawa terbahak.

Sedangkan yang duduk di sofa hanya mengulum senyum saja. Polos juga ternyata dia, jadi pengen mencubit itu pipinya. Tapi janganlah, dicium saja enak kenapa harus dicubit. Apalagi yang lainnya. Sial!!! umpat Bryan saat pikirannya mulai berfantasi liar dengan tubuh Freya.

Freya mengerut bingung kenapa Alex justru tertawa. Apa pertanyaannya tadi salah. Itu yang ada dipikirannya saat ini. Memang salahnya dimana? batin Freya.

Alex berdehem untuk menghentikan tawanya, meski masih ada sedikit sisa tawanya walau tak separah tadi.

"Kamu tanya saja sama dia Freya." Alex menunjuk Bryan yang sedari tadi duduk di sofa.

Freya mengikuti arah tangan Alex dengan perasaan was-was. "Kenapa suasananya jadi dingin yah?" Dan benar saja kenapa suasana yang tadinya hangat berubah dingin. Karena ternyata ada beruang kutub di ruangan itu.

"Mau tidak dia bertukar sekertaris. Aku sih mau saja." sambung Alex berdiri dari duduknya.

"Aku tinggal dulu ya, Frey." kata Alex, dia berjalan ke arah Freya.

"Hati-hati Frey. Dia itu suka menggigit bahkan lebih." bisik Alex pada Freya membuat Freya merinding.

"Saya permisi dulu Presdir Bryan Alvaro." pamit Alex menunduk sopan pada Bryan, dia menahan untuk tidak tertawa melihat ekspresi geram di wajah Bryan.

Alex segera keluar dari ruangannya, dia tidak ingin ikut campur dalam masalah keluarga mereka. Keluarga?? calon keluarga maksud Alex.

"Duduklah, aku gak suka lihat karyawanku mengeluh sakit karena kecapekan." kata Bryan tegas dan datar saja. Dia gak sadar dengan perkataannya yang terbanding terbalik dengan kenyataannya.

Tanpa membalas, Freya duduk di kursi depan meja Alex tanpa menatap Bryan sedikitpun. Dia belum siap untuk bertemu Bryan. Tapi dia juga harus bertemu dengan Bryan untuk menyelesaikan masalah.

"Siapa yang memintamu duduk disitu? Sini." Bryan menunjuk sofa yang ada di dekatnya.

Dengan malas Freya akhirnya berpindah duduk bersebrangan dengan Bryan.

Bryan mendengkus kesal karena perintahnya tak diindahkan Freya. Namun dia biarkan saja daripada dia sendiri yang nantinya emosi dan membuat Freya makin jauh lagi.

"Tugas kamu sebagai sekertaris cuma satu." Bryan menatap tajam pada Freya yang tak sekalipun menatapnya itu.

"Mematuhi apa yang saya perintahkan tanpa adanya penolakan. Dan saya paling tidak suka mengulangi pekataan saya." kata Bryan tegas membuat Freya hanya bisa menelan salivanya susah payah.

Mematuhi perintah tanpa ada penolakan. Kata-kata yang terngiang di otak Freya saat ini. Maksudnya apa, batin Freya bertanya-tanya.

"Ikut saya!!" Bryan berdiri dan membenarkan jas yang dipakainya. Dia berjalan duluan keluar dari ruangan diikuti Freya yang berjalan cepat karena langkah Bryan yang lebar.

"Dasar monster jerapah." umpat Freya karena tidak bisa mengimbangi langkah Bryan.

1
fiyol jelek
bagus
Wanita Aries
Suka ceritanya ada komedinya jg
Yuni Astutik
aahhhhhhh.................. akhirnya............
Yuni Astutik
🤣🤣🤣🤣🤣🤣 freya bik maura cek drieneh
Yuni Astutik
😭😭😭😭😭
Yuni Astutik
👍👍👍
Yuni Astutik
👍👍
Yuni Astutik
👍
Yuni Astutik
❤❤❤❤
Kecombrang
kelakuan emak sama anak sama aja 🤣🤣🤣
Nur Aini
Luar biasa
pipin bagendra
tunggu Thor indomoyet itu apa ya hehehe
Mega Girl
mampir thor
Yant08
Luar biasa
Oi Min
happy ending.....
Oi Min
wkwkwkwwkkwk...... Mora bner 2 Bryan versi cewek..... huft....
Oi Min
otor..... iihhhh..... nyebelin.... tadi papa Abri..... sekarang Mutia dan salah satu bayi nya di matiin... 😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😡😡😡😡😡
Oi Min
😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭..... g kuat tor...... aq paling sensitif klo soal bapak..... krna aq dri kecil jga hnya sama bapak. apa2 bapak..
Amaliah 🌹
Luar biasa
Oi Min
dah hamil ini Mutia
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!