NovelToon NovelToon
Rumah Iblis Bersemayam

Rumah Iblis Bersemayam

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Spiritual / Rumahhantu / Matabatin / Iblis
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Rijal Nisa

Sebuah rumah besar nan megah berdiri kokoh di tengah pedesaan yang jauh dari perkotaan. Rumah yang terlihat megah itu sebenarnya menyimpan banyak misteri. Rumah yang dikira biasa, nyatanya malah dihuni oleh ribuan makhluk halus.
Tidak ada yang tahu tentang misteri rumah megah itu, hingga satu keluarga pindah ke rumah tersebut. Lalu, mampukah mereka keluar dengan selamat dari rumah tempat Iblis bersemayam itu? Ikuti perjalanan mistis Bachtiar Purnomo bersama keluarganya!k

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rijal Nisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 27

Lukman berjalan tergesa menghampiri bu Anggun.

Lelaki itu ingin menanyakan keberadaan Sisi dan Andini, mungkin dia ingin bertanya sesuatu tentang dua gadis itu.

"Permisi, Bu Anggun." Lukman langsung berdiri di depan Anggun hingga Anggun yang baru pulang dari warung bu Marni terpaksa menghentikan langkahnya.

"Ada apa, Man?"

"Saya sudah hampir seminggu tidak melihat Sisi dan Andini, dua anak itu kira-kira ke mana ya?" tanya lukman.

"Sisi dan Andini sedang pergi ke desa winara," jawab Anggun.

"Desa winara?" ulang Lukman. Sepasang matanya membola sempurna, desa winara terkenal dengan aturan ketat dan cerita mistisnya.

Sulit juga menginjakkan kaki di sana, mendengar kalau Andini dan Sisi pergi ke sana, tentu berita ini membuat dia cukup kaget.

"Dia ke sana untuk menjemput anak kamu, Man," ucap bu Anggun tanpa ditanya.

Kening Lukman berkerut, dia belum paham dengan maksud dari ucapan Anggun itu.

Untuk menjemput anak? Sejak kapan dia punya anak, nikah saja belum. Itulah yang Lukman pikirkan sekarang, Lukman tidak ingin bertanya pada Anggun, lelaki itu mencoba mencari jawabannya sendiri.

Anggun juga tidak langsung pergi, dia dengan sabar berdiri di sana sambil menunggu Lukman ingat akan apa yang sudah dilakukannya pada Mulan.

"Tidak mungkin anaknya Mulan kan? Anak mulan bukannya sudah meninggal waktu itu?" batin Lukman.

Dia kembali memalingkan wajahnya menatap Anggun. "Maksud ibu gimana? Anak Mulan? Anak Mulan kan_"

"Kamu ayah dari anaknya dia kan?"

Deg!

Pertanyaan itu membuat jantung Lukman berdetak kencang, dia tidak menyangka kalau Anggun akan mengetahui hal ini. Rahasia yang cuma dia seorang yang tahu, dan dia tidak tahu kalau sesungguhnya Mulan juga tahu akan hal ini.

"Enggak usah kaget gitu, Man. Saya sudah tahu semuanya, anak kalian kembar, malam itu setelah Mulan dijadikan tumbal, satu anaknya dibawa pergi sama bi Iren, beliau meletakkan anak itu di dekat jalan menuju desa winara."

Ada rasa lega yang tiba-tiba hadir di hatinya, dia juga senang. Meski tidak bisa menjaga Mulan dengan baik, setidaknya dia masih bisa menjaga anaknya.

Lukman berharap kalau Sisi dan Andini bisa secepatnya menemukan buah hatinya dengan Mulan.

***

Malam itu Sisi duduk melamun di dalam kamar, Andini datang menghampirinya dan bertanya.

"Apa yang sedang lo pikirin?"

"Sudah tiga hari kita di sini, tapi enggak ada pergerakan sama sekali, Din. Waktu kita mepet banget, kita enggak bisa buang waktu kek gini," jawab Sisi, dia melemparkan gulingnya ke arah Andini.

Dengan sigap Andini menangkap guling itu, lalu ia duduk di pinggiran ranjang. "Setelah gue pikir-pikir, ada baiknya kita jujur aja sama keluarga Anggi, mereka itu orang baik, dan gue yakin kalau mereka bakal mengatakan yang sejujurnya tentang identitas Anggi.

"Lo yakin?" tanya Sisi ragu.

Andini mengangguk. "Iya, gue yakin!"

Anggi berencana memanggil Andini dan Sisi, dia yang ingin mengetuk pintu, tanpa sengaja mendengar obrolan mereka berdua.

"Indentitas? Maksudnya apa coba? Kenapa mereka nyebut nama aku?" monolog Anggi, dia jadi bertanya-tanya.

Bu Santi datang, beliau heran melihat anaknya yang masih mematung di depan pintu kamar.

"Kok malah bengong di sini? Kenapa enggak manggil mbak Andin sama mbak Sisi?"

Anggi seketika membalikkan badannya, dia melihat ibunya dengan sebelah alis dinaikkan. "Sejak kapan Ibu di sini?" tanyanya heran.

"Barusan aja, ngeliat_"

Tok

Tok

Tok!!!

Suara pentungan terdengar menggema, sudah lama tidak terdengar suara itu.

Bu Santi tidak jadi melanjutkan omongannya, beliau berlari kecil menuju ruang tengah.

Sisi dan Andini juga tak kalah heboh, mereka langsungnya keluar kamar penasaran dengan suara pentungan tersebut yang dibunyikan di malam hari seperti ini.

Ceklek!

Suara pintu terbuka, Andini keluar sambil memegang lentera di tangannya.

"Ada apa? Bukankah itu suara kentongan ya? Kok malam-malam gini, apa jangan-jangan terjadi sesuatu?" tanya Sisi pada Anggi yang masih berdiri di depan pintu.

"Assalamualaikum!"

"Assalamualaikum! Pak Aji!

"Pak Aji!"

Terdengar suara riuh beberapa orang di luar, kelihatan begitu heboh. Mereka langsung mendatangi rumah pak Aji selaku kepala desa di sina.

"Mbak, ini beneran ada hal buruk terjadi." Anggi berlari ke depan tanpa menunggu mereka berdua.

"Lah, malah pergi gitu aja. Ayo kita susul ke depan, Din!" ajak Sisi.

Mereka berdua langsung ke depan dan menyusul Anggi.

Di luar sudah ada beberapa orang lelaki berdiri dengan wajah tegang.

Di sana juga ada Ijal dan Mamat, tangan Ijal terlihat bergetar memegangi obor.

Tiga orang bapak-bapak di belakang mereka tampak menggotong seorang wanita.

"Ada apa ini malem-malem?" tanya pak Aji.

Bu Santi melangkahkan kakinya menuju tempat bapak-bapak itu berdiri, tangannya menepiskan rambut yang menutupi wajah si perempuan yang digotong para warga.

"Ada binatang buas di kampung kita, Pak," jawab Mamat.

"Perempuan ini yang jadi korbannya!" tunjuk Ijal.

"Aaa..."

Bu Santi tak sengaja menjerit, buru-buru dia menutup mulutnya.

Pupil matanya melebar melihat perempuan yang dikatakan oleh Mamat sebagai korban dari binatang buas.

"Kampung kita dalam bahaya ini, Pak," sambung salah satu warga.

"Dilihat dari kematiannya, ini bukan disebabkan oleh binatang buas." Sisi berjalan mendekat.

"Ya, saya juga sepemikiran dengan Sisi." Andini menambahkan sambil melihat lebih dekat.

Perut perempuan itu terbelah seluruh isi di dalamnya terlihat jelas keluar, di lehernya juga ada bekas gigitan. Mungkin karena tanda inilah mereka menganggap kalau dia adalah korban dari binatang buas.

"Bagaimana bisa kalian seyakin itu?" tanya bu Santi.

"Walaupun saya jelaskan kalian juga akan tetap menganggap ini semua adalah perlakuan binatang buas." Andini mengulum senyumnya.

Andini sudah dapat mengetahui hal itu lebih jelas ketika dia memegang tangan wanita yang sudah tak bernyawa itu.

Sosok perempuan yang mereka lihat di hutan jati tempo hari muncul di bayangannya.

Dialah pelakunya, dia yang sudah membunuh perempuan itu.

"Pak, kenapa diam saja? Bagaimana ini?"

Pak Aji semakin bingung, beliau kemudian menyuruh mereka untuk membawa jasad wanita itu pulang ke rumah keluarganya.

"Kalian mengerti dengan apa yang saya katakan tadi kan? Dan kamu Ijal, tolong kasih tahu sama warga lainnya untuk tidak keluar malam ini, sebaiknya mereka kembali ke rumah masing-masing."

"Ba-baik, Pak," jawab Ijal gagap.

Tidak ada lagi yang bertanya setelah melihat rasa khawatir terlukis di wajah pak Aji. Lelaki itu sudah tahu kalau ini memang bukan kerjanya binatang buas, tapi ini adalah kemarahannya roh jahat di hutan jati.

Mereka kembali ke rumah masing-masing, dan perempuan itu dibawa pulang ke rumahnya.

Cahaya obor semakin kecil terlihat karena mereka telah jauh dari pandangan.

Pak Aji tidak ingin lama-lama di luar, angin malam ini menerbangkan rasa pilu, rasa kesepian, dan rasa kesakitan.

Saat melihat jasad perempuan tadi, beliau langsung teringat akan cerita mistis di hutan jati.

"Ayo masuk! Malam ini kita tidak akan bisa tidur dengan tenang." Pak Aji berjalan lebih dulu, diikuti oleh istri dan anaknya.

Andini dan Sisi masih berdiri di luar rumah, mereka mengawasi keadaan di sekeliling rumahnya pak Aji.

"Din, gue jadi merinding. Ayo kita masuk!" Sisi mendorong Andini agar segera masuk ke dalam rumah.

Sosok wanita itu memperhatikan mereka dari jauh, dia tidak akan lupa kaki mana yang telah memijak tempat peristirahatannya, kaki mana yang telah membangkitkan jasadnya lagi.

Dia terbang meninggalkan kediaman pak Aji bersamaan dengan suara lolongan anjing para warga.

1
Aksara L
Luar biasa
Aksara L
Biasa
Kakak Author
lanjut .. bagus banget ceritanya .../Pray/mampir ketempat aku dong /Ok/
🎧✏📖: semangat, kalo boleh baca ya judul baru 🤭
🥑⃟Riana~: iya kk
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!