"APA?" Jerit Lolita Nismara Fidelia seorang gadis cantik berkulit putih, mata indah berbentuk hazel, hidung mancung dengan tinggi badan semampai. Tapi memiliki kekurangan yaitu IQ di bawah rata-rata, masih duduk di bangku kelas sebelas SMA.
Mata Loli membola ketika garis dua terpampang nyata berwarna merah di atas tespack yang dia beli kemarin atas paksaan dari sahabatnya yang bernama Audy Mahaputri.
"Jadi perut buncit ini bukan busung lapar, tapi ada bayi di dalamnya?" Gumam Loli frustasi.
"Bagaimana cara bayi ini bisa masuk ke dalam perutku ya?" Tambahnya.
Penasaran dengan tingkah konyol Lolita, yukk pantengin terus karya terbaru Author. Semoga suka. Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyusul Edgar ke Kantor
Setelah melalui tiga hari dengan penuh keringat tanpa jeda keluar dari kamar, dan mengabaikan keluarga yang menunggu mereka segera pulang. Lolita benar-benar melakukan imajinasi liarnya terhadap sang suami. Memanjakan milik suami sebagai bukti nyata cintanya yang masih sangat besar. Begitupun dengan Edgar yang membalas dengan memberikan kepuasan kepada Lolita.
"Abang... Rasanya tidak ingin pulang, tapi sudah tiga hari kita di sini. Dan aku ingin segera melihat rumah baru kita."
Ya, di sela pergulatan panjangnya Edgar sempat memberikan beberapa referensi rumah mewah dengan harga fantastik yang akan menjadi hunian mereka. Dan setelah menimang dann memilah akhirnya Lolita menjatuhkan satu pilihan.
Rumah mewah dua lantai dengan halaman depan dan belakang yang sangat luas. Ada kolam renang, juga taman bunga di halaman depan rumah. Garasi luas yang cukup untuk menampung koleksi mobil milik mereka. Dengan tembok pagar yang menjulang tinggi untuk keamanan.
"Ya sudah kita pulang sekarang, abang juga akan langsung ke kantor. Kasihan papa sudah gantikan tugas abang selama tiga hari kita di sini." Ucap Edgar.
"Terima kasih, karena aku selalu menjadi prioritas abang. Aku sangat.. sangat mencintaimu suamiku." Ucap Lolita membuat Edgar kembali meleleh, jika tidak ingat ada rapat penting yang harus dihadiri tanpa boleh diwakilkan rasanya Edgar enggan pulang.
"Abang juga sangat mencintai kamu Lili ku sayang." Ucap Edgar, nama Lili adalah panggilan kesayangan Edgar ketika Lolita masih kecil.
Pukul 7 pagi mereka check out dari hotel dan langsung menuju ke lokasi rumah yang hendak di beli. Edgar sudah atur janji temu pukul 8 sebelum dia berangkat ke kantor.
"Hmm... Ternyata lokasinya tidak jauh dari kantor abang. Aku suka, jadi jika sewaktu-waktu aku kangen bisa langsung datangi abang."
"Iya, di sini yang paling strategis kalau mau pulang ke rumah papa David atau pun ke rumah papa Bagas jaraknya cukup dekat dan bagusnya rumah kita ada di tengah-tengahnya.
Lolita nampak manggut-manggut, dia merasa puas dengan rekomendasi sang suami. Rumah impian sejak dulu.
Setelah proses pembayaran dan surat menyurat selesai sesuai prosedur legalitas. Lolita ingin hari ini juga dia tinggal di sini, jadi dia minta suaminya berangkat bekerja dari rumah mereka saja. Baru nanti Lolita pergi menyusul suaminya.
"Abang kalau mau berangkat kerja sekarang silahkan saja, aku tinggal di sini sebentar. Nanti siang aku akan ke kantor, kita makan siang bersama." Ucap Lolita.
"Kamu berani sendirian sayang?" Tanya Edgar kurang yakin tapi lebih ke khawatir dengan keadaan istrinya.
"Tenang, aku sudah biasa sendirian. Hitung-hitung belajar mandiri." Jawabnya.
"Baiklah kalau begitu." Sahut Edgar.
Rumah yang dibeli Edgar sudah lengkap dengan furniture mewah pilihannya. Dia sudah yakin jika istrinya tidak mau menunda waktu untuk tinggal di rumah baru mereka.
Edgar pun berangkat ke kantor tapi sebelumnya dia sudah memberi tahukan pada seluruh keluarga jika Lolita berada di rumah baru.
Beruntung tidak ada yang salah paham, mereka memaklumi perasaan Lolita setelah Edgar menjelaskan semua alasannya. Dan malam nanti, rencananya Lolita ingin mengundang seluruh keluarga untuk acara perayaan kecil pindah rumah.
Puas berkeliling rumah yang membuat Lolita sangat takjub dengan detail denah rumah dan penempatan furniture yang menurutnya sesuai dengan keinginannya.
Sementara itu, di sebuah perusahaan besar Edgar sedang melakukan pertemuan dengan seorang kolega yang meminta bertemu tanpa diwakilkan. Itulah sebabnya, papa David meminta putranya untuk hadir ke kantor hari ini.
"Memang kepentingan apa yang mengharuskan saya bertemu sendiri tidak mau diwakilkan?" Tanya Edgar pada Leo.
"Saya juga tidak tahu bos."
"Ah, percuma saya bertanya. Kamu temani saya di sini sebentar."
"Baik bos." Jawab sang asisten.
Tidak lama kemudian, tamu yang ditunggu pun tiba. Seorang pria paruh baya dan seorang wanita muda. Ternyata orang itu adalah sahabat lama papa David yang lama tinggal di Luar Negeri.
"Selamat pagi nak Edgar." Sapanya.
"Selamat pagi, Om Surya? Apa kabar Om sudah lama sekali kita tidak bertemu. Saya pikir siapa yang ingin bertemu dengan saya, karena papa tidak bilang." Ucap Edgar tersenyum ramah dengan tamu yang memang sudah kenal.
"Silahkan duduk Om, dan...?" Tanyanya.
"Apakah kamu lupa dengan Tiffany Margaretha putri Om juga temanmu?"
"Tiffany? Maaf saya benar-benar tidak mengingatnya." Jawab Edgar, karena sejak dulu Edgar sangat membatasi pergaulannya dengan lawan jenis. Rasa cintanya pada Lolita membuat dia menutup celah pada wanita lain. Hanya Natalie yang berhasil masuk itupun menggunakan cara yang licik.
"Aku teman kuliahmu, aku berteman juga dengan Natalie." Jawab Tiffany.
"Oh... Maaf aku lupa." Ucap Edgar terkesan cuek dan datar.
"Jadi ada kepentingan apa Om Surya, sepertinya sangat penting." Tanya Edgar ingin langsung membahas poinnya.
"Om ingin menawarkan kerja sama..." Om Surya menjelaskan detail proposal yang diajukannya dengan sangat rinci. Mengenai keuntungan perusahaan jika Edgar mau menjalin hubungan dengan perusahaannya.
"Sepertinya menarik." Ucap Edgar, kemudian memberika proposal itu pada Leo yang masih setia berdiri di samping Edgar. Sedangkan Om Surya melirik sang putri memberi kode.
"Edgar, setelah kamu menandatangi proposalnya. Aku yang akan turun tangan melanjutkan pekerjaannya. Papa hanya memberikan aku jalan, karena perusahaan ini akan diwariskan kepadaku." Ucapnya Tiffany.
"Hmm... Baiklah." Edgar tidak ambil pusing. Dan pembicaraan ringan terus mengalir begitu saja hingga pintu terbuka tanpa ada suara ketukan.
"Abang..." Panggil Lolita manja, yang kini sudah duduk menempel di samping Edgar. Pemandangan itu membuat Tiffany menatap penuh amarah. Tapi sebisa mungkin dia menjaga sikap di depan pria pujaannya itu.
"Sebentar ya sayang, abang masih ada tamu." Ucap lembut Edgar.
"Kalau boleh tahu, siapa gadis ini kenapa sangat tidak sopan masuk ke kantor orang. Dan lihatlah penampilannya? Apakah gadis ini sedang hamil? Sepertinya umurnya masih remaja." Ucap Tiffany dengan sinis.
"Oh, kenalkan namaku Lolita. Aku ini kekasih abang Edgar." Jawabnya.
"Edgar, kamu pacaran dengan gadis liar ini? Tidak mungkin kan kalau kamu yang menghamili dia?" Mendengar istrinya dihina telinga Edgar sudah merah dengan tangan mengepal. Tapi sentuhan lembut Lolita seolah mengatakan 'abang tenang, biar aku yang lawan.' membuat Edgar terdiam.
"Ya, aku masih kelas 2 SMA ada masalah?" Enteng Lolita.
"Masih kecil tapi sudah liar, dan sekarang kamu menjebak Edgar untuk minta pertanggung jawaban karena kamu tidak tahu ayah bayimu?" Cecar Tiffany, Leo yang mendengar sudah geleng-geleng kepala. Sementara Om Surya terdiam tapi membiarkan putrinya berkata yang tidak seharusnya.
"Benar sekali, dan ternyata abang Edgar mau kok." Jawab Lolita.
"Sayang..." Ucap Edgar kemudian mencium Lolita.
gak benar
bisa kacau balau
rumah tangga
Edward kalau itu beneran
kelelahan abang
kayaknya dia lagi bobo nyenyak
enak kan
surga dunia
kalau sudah halal
dach gitu bisa pacaran lagi
candu untuk mereka berdua
tiada hari tanpa bercinta...
lanjut thor ceritanya
di tunggu up nya
semoga tripel up