Miang tidak sengaja menemukan membuka kotak terlarang milik leluhurnya yang diusir oleh keluarga seratus tahun lalu. Kotak itu berisi badik keemasan yang bila disentuh oleh Miang bisa berkomunikasi dengan roh spirit yang terpenjara dalam badik itu.
Roh spirit ini membantu Miang dalam mengembangkan dirinya sebagai pendekar spiritual.
Untuk membalas budi, Miang ingin membantu Roh spirit itu mengembalikan ingatannya.
Siapa sebenarnya roh spirit itu? Bisakah Miang membantunya mengingat dirinya?Apakah keputusan Miang tidak mengundang bencana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mia Lamakkara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Festival Perahu
Festival perahu diadakan di sungai tengah kota yang menghubungkan area pemerintahan dan wilayah umum. Untuk ke sungai ini, kita bisa menggunakan jalan memutar dan sampai di gerbang selatan yang dekat dari pelabuhan. Pergi ke timur ada gerbang di dekat bendungan. Kita bisa muncul di tengah kedua tempat itu dengan masuk ke taman kota.
Pembukaan acara ini dilakukan di taman kota dan balapan pergi kearah timur tepatnya di bendungan. Sebelum pertandingan, akan diadakan kontes bakat. Sebenarnya festival perahu juga dimanfaatkan sebagai ajang perjodohan. Karena hanya pada acara besar seperti ini, para muda mudi keluar bersosialisasi secara terbuka dan berkesempatan memperlihatkan bakat mereka.
Sampai di depan panggung, I Miang pamit dan pangeran ke tujuh naik ke panggung untuk menonton pertunjukan. I Miang mengambil tempat yang telah disediakan. Sesuai tebakannya, dia benar-benar menyita perhatian karena datang bersama rombongan pangeran.
Ada yang menyanjung dan ada juga yang iri.
“Tidak tahu metode apa yang di gunakan untuk merayu pangeran.” Seorang nona muda mendengus tak sabar mengungkapkan ketidaksenangannya pada I Miang.
“Harap anda menjaga ucapan dan kesopanan.” I Miang menegur.
“Kamu berharap saya sopan? Kamu terlalu menghargai dirimu hanya karena kamu bisa berjalan dengan pangeran tadi?.” Nona muda itu mencibir.
“Kalau kamu tidak menggunakan trik kotor, mungkinkah pangeran mau berjalan denganmu?.” Nona itu tidak menyembunyikan tatapan menghinanya.
“Tidak masalah kalau kamu memfitnahku tapi jangan meletakkan tuduhan tanpa dasar pada pangeran karena beliau memintaku berjalan dengan rombongannya.”
“Kalau kamu tidak memikirkan dirimu, pikirkan keluargamu. Menyinggung pangeran bisa berakhir dengan kematian.” Suara itu datang dari depan. Itu I Rani.
“Ini adalah pangeran ke tujuh yang membunuh selir pejabat istana tanpa dihukum.”
Gadis itu menjadi pucat.
“Lagipula kenapa menurutmu I Miang tidak layak mengikuti rombongan pangeran? Dia anak hakim kota, puteri dari keluarga terkemuka, keluarga La Wero, adik dari genius kota.”Juanda, sepupu I Rani berdiri. Dia murid di sekolah lanjutan akademi kerajaan.
“Apakah ada dari ketiga identitas I Miang yang kamu miliki? Kalau I Miang dengan identitas itu tidak layak, bagaimana dengan kamu yang tidak memiliki identitas apapun. Jangan memamerkan iri hatimu kemanapun kamu pergi. Itu memalukan!.”
Setelah keduanya memarahi gadis itu, I Rani meminta I Miang dan lainnya bergabung di kursi depan. I Miang menyetujuinya karena terlalu malas berurusan gadis picik seperti gadis barusan.
Satu persatu nona muda dan tuan muda tampil. Sebagai nona muda keluarga, I Miang juga tampil. Hanya saja, dia melakukannya agak berbeda. Kalau yang lain tampil satu persatu, I Miang tampil berkelompok dengan I Rabia dan Hining.
“Kami akan menampilkan pertunjukan satu paket. Bermain music, membaca puisi dan menari.” I Miang berdiri di depan memegang sitar.
“Pertunjukan ini berjudul melodi sang merak.”
I Miang mengambil bagian memainkan sitar, Hining membaca puisi dan I Rabia menari.
I Rabia berdiri di tengah di apit I Miang dan Hining.petikan sitar samar dan terputus-putus. Suara lembut Hining membaca tiga bait puisi disaat bersamaan, I Rabia mengangkat tangannya dengan ekspresi malas.
Perlahan suara sitar makin keras, bersemangat. Hining membaca puisi enam bait dengan suara cerah. I Rabia melenggang dengan lincah. Suara music menghentak, Hining membaca empat bait puisi dengan nada marah dan I Rabia bergerak liar.
Suara music perlahan mengendur, suara Hining juga sendu, I Rabia menari dengan lembut dan stabil. Suara music semakin lembut dan menyayat, suara pilu Hining terdengar terpatah-patah. Gerakan I Rabia semakin pelan.
Suara music pilu yang panjang, Hining mengakhiri dengan suara pilu penuh kerinduan dan gerakan lembut I Rabia mulai goyah. Akhir pertunjukan, disaat bersamaan, I Miang tertunduk dan sitar jatuh kelantai tangannya terkulai, Hining jatuh terduduk dengan satu tang bertumpu dan tangan lainnya membiarkan kertas yang dibacanya terbang, Gerakan I Rabia goyah dan jatuh dengan posisi miring, kain lebar entah datang darimana terbang menutupinya.
Pertunjukan ini menggambarkan siklus kehidupan wanita dari kanak-kanak yang lugu, menjadi remaja yang bersemangat, jadi dewasa penuh romansa, menjadi seorang ibu yang berjuang keras, jadi seorang nenek yang kesepian dan meninggal kesendirian.
Para penonton larut dalam emosi terutama para ibu-ibu dan wanita tua. Separuh dari pesan pertunjukan itu telah mereka alami. Pangeran Ke tujuh berdiri bertepuk tangan.
“Keluarga La Wero memang luar biasa.” Dia menggunakan energy spiritual untuk menyebarkan kata-katanya dan didengar semua orang.
“Kota Leppa memang penuh bakat. Semua membuka mata pengeran ini dan sangat menikmatinya.” Walikota ikut berdiri mendengar pujian kotanya, diikuti La Guritcie sebagai pejabat dan kepala keluarga La Wero.
“Pangeran ini akan memberikan hadiah lima besar yang tampil baik malam ini.” Suara tepuk tangan terdengar dari peserta yang duduk di belakang penuh harap.
“Ini hadiah seorang pangeran pasti sangat berharga atau unik.” Pikir mereka.
“Pangeran ini juga akan menambahkan hadiah pada 3 besar pemenang balapan perahu dan pemenang favorite.”
Suara tepuk tangan makin bergemuruh.
Asisten maju dan membuka gulungan.
“Pemenang pertama, Pangeran akan memberikan kitab pengolahan spiritual tingkat langit dan pil obat penyembuh level lima kelas menengah.”
Semua orang bersemangat. Di sekolah-sekolah, sebagian besar kitab yang dipelajari adalah kitab spiritual tingkat bumi. Meskipun kitan tingkat langit bukan tingkat tinggi atau langkah itu masih diatas rata-rata. Pil penyembuh level lima termasuk langka dan mahal. Bahkan alkemis tingkat lima belum bisa menyempurnakan pil level menengah. Disetiap keluarga besar, alkemis mereka paling tinggi level empat awal. Tentu saja tidak termasuk keluarga La Wero yang kini memiliki alkemis level 8. Jadi kedua hadiah yang diberikan pangeran sangat menggiurkan.
“Pemenang kedua akan diberikan senjata ajaib tingkat bumi dan 12 inti binatang binatang iblis tingkat empat.”
“ Pemenang ketiga, senjata langka tingkat bumi dan 12 belas inti binatang spiritual.”
Senjata langka adalah senjata spiritual dengan konstitusi khusus yang bisa ditingkatkan. Dikatakan bahwa senjata langka adalah senjata spiritual yang setara dengan senjata ajaib. Tentu para peserta semakin bertekad menang.
“Pemenang ke empat diberikan 2 senjata rahasia spiritual tingkat empat dan sepuluh inti binatang spiritual tingkat tiga.”
“Pemenang ke lima diberikan enam inti binatang spiritual tingkat empat dan enam inti binatang spiritual tingkat 3 serta 30 puluh emas.”
“Agar hadiah tidak terlalu timpang, lima pemenang sampai sepuluh besar akan mendapat 12 inti binatang tingkat 3 setiap kelompok. Peserta lainnya mendapat 12 inti binatang spiritual tingkat 2.
“ Hadiah hiburan adalah enam puluh emas dan dua ratus perak.”
Ini sangat kaya, bahkan lebih tinggi dari penawaran hadiah pertama walikota yang hanya menawarkan 50 emas dan serratus perak untuk juara pertama., hadiah kedua 30 emas 500 perak dan hadiah ketiga 20 emas dan 300 ratus perak.
Jika dibandingkan dengan hadiah dari pangeran, hadiah walikota sungguh tidak ada artinya. Namun, bagaimanapun, ini adalah tangan pangeran yang disukai. Tentu saja dia sangat kaya dan memiliki banyak harta tak ternilai harganya.
“Kudengar, pangeran ke tujuh sangat pandai menghasilkan uang dan senang mengumpulkan barang-barang berharga dan unik. Ternyata itu benar.”
“Lihat saja, dia memberikan hadiah kitab tingkat langit, senjata langka tingkat bumi dan senjata spiritual begitu saja seolah membuang sesuatu yang tidak penting.”
“Bahkan inti binatang spiritual tingkat dua sangat berharga untuk membantu generasi muda mengolah spiritual. Pangeran mengeluarkan belasan inti binatang level empat dan tiga dengan santai.”
“Kamu tahu, aku perna mengikuti keluargaku di kota ke pelelangan membeli kitab spiritual tingkat bumi, itu seharga 500 ratus emas. Kalau pemenangnya menjual itu, mereka akan menjadi keluarga kaya dalam semalam.”
“Bodoh, siapa yang akan menjual kitab berharga seperti itu? Lebih baik ajarkan pada generasi muda agar menjadi talenta hebat di masa depan.”
“Benar. Lihat saja anak hakim la Guritcie, menjadi lulusan kedua terbaik sekolah lanjutan universitas kerajaan dia mendapat 300 ratus emas. Jadi ksatria terbaik, dapat 200 emas. Jadi komandan dapat 500 emas.”
“Anak yang berbakat seperti pohon emas.”
“Kalian pikir, dia dibesarkan dengan kitab tingkat bumi saja. Ibunya seorang alkemis kerajaan, pasti pil dan ramuan tak ternilai habis ditangannya.”
“Ngomong-ngomong soal pil, hadiah pil penyembuhan level lima itu sangat berharga.”
“Pil level lima bisa menjadi pil penyelamat hidup bagi spiritual level lima dan level enam dari kematian.”
“Bahkan spiritual level 7 atau 8 masih bisa menggunakannya sebagai obat penyembuh luka dalam.”
“Pemenang festival perahu tahun ini sangat beruntung.”
“Mungkin di tahun depan kita bisa mendapat hadiah yang menarik lagi.”
Beragam diskusi beredar di kerumunan. Ada setidaknya 21 perahu peserta balapan bersandar di pinggir sungai yang diwarnai dan dihias mewah, elegan dan meriah. Setiap keluarga bisa membawa dua perahu. Tentu saja bila keluarga itu memiliki cukup uang dan tenaga.
Ada tiga keluarga memiliki dua perahu. Keluarga walikota, keluarga La Wero dan keluarga la Bolong. Untuk festival tahun ini, keluarga walikota di sponsori oleh pihak istrinya yang telah naik menjadi pedagang ibukota dengan bantuan relasi walikota dan saudaranya di ibukota.
Keluarga la Bolong, memiliki pendukung jenderal pangkat dua di ibukota dan beberapa generasi muda memiliki prestasi yang membanggakan sehingga sang jenderal dengan murah hati memberikan satu perahu hias lainnya.
Keluarga La Wero memang kadang mendaftarkan dua perahu terutama saat La Topa masih berada di kota ini. Dia bahkan memiliki tim inti dan tim cadangan yang rutin berlatih. Selama tiga tahun itu, dia memenangkan balapan bahkan tim cadangannya selalu masuk sepuluh besar bahkan menjadi lima besar. Karena ini juga, La Topa terkenal di kota Leppa. Dia ambisius, pekerja keras dan disiplin.
Balapan perahu dilepas di sungai dekat taman berangkat ke timur menuju bendungan dan kembali ke sungai taman. Lomba dibagi menjadi empat kelompok setiap kelompok ada 5 perahu dan terakhir enam perahu. Setiap pemenang 3 besar akan berlomba kembali dengan pemenang tiga besar lainnya. Dari pemenang enam peserta ini akan dipilih 3 pemenang dan berlomba dengan empat pemenang berikutnya. Dari tujuh peserta ini akan dipilih 5 pemenang untuk berlomba memperebutkan tiga besar.
Selain pemenang 3 besar, peserta yang masuk sepuluh besar tetap akan menerima hadiah dan ada juga peserta favorite yang dinilai dari kemeriahan perahu, kehebohan anggotanya.
Setiap perahu beranggotakan 12 orang, 10 orang mendayung, satu orang pemimpin yang memberi aba-aba dan mempertahankan kestabilan perahu karena dalam balapan, peserta diizinkan mengganggu peserta lain dengan menyerang jalur lawan. Satu orang memegang dan melindungi bendera. Jatuh dan hilangnya bendera mempengaruhi poin.
Tentu saja, para penonton dan tetua keluarga dilarang terlibat atau berlaku curang membantu peserta yang berlomba karena itu ada ksatria kerajaan dan petugas dengan spiritual tingkat tinggi mengawasi perlombaan.
“Balapan hampir dimulai, aku akan memimpin untuk memberikan dukungan.” I Rani berdiri menuju kelompok keluarga rumah walikota berdiri.
Para muda-mudi dari keluarga masing-masing akan berdiri di sisi sungai memberikan dukungan. Melambaikan sapu tangan, mengibarkan bendera dan lagu atau teriakan penyemangat. I Miang dan dua lainnya bergabung dengan generasi muda keluarga La Wero untuk memberikan dukungan pada kelompok La Bulla dan Puang Bamba.
Pemenang balapan adalah keluarga Wa Balli, keluarga besar yang mendiami daerah pesisir di pinggir kota. Mereka adalah keluarga pengusaha bidang perikanan dan perdagangan. Beberapa tahun lalu, mereka memiliki pendukung yang menjabat sebagai penasehat pribadi mantan kaisar yang mengabdikan hidupnya menyelamatkan kaisar. Mantan kaisar berpesan, selama mereka tidak melakukan pelanggaran besar, gelar mendiang penasehat tetap disematkan pada anak cucunya sebagai penghargaan kesetiaan. Setelah penatua mereka meninggal, keluarga itu tidak mencapai prestasi hebat lagi. paling banyak keluarga mereka menjadi pejabat tingkat 7. Namun, bisnis mereka membaik dan mampu sejajar dengan orang kaya kota. Beberapa tahun ini mereka fokus melatih untuk memenangkan balapan perahu. Sebelum-sebelumnya, mereka paling banyak menjadi tiga besar. Tahun ini mereka mencapai impian mereka dan beruntungnya, festival tahun ini ada hadiah menarik dari pangeran ke tujuh. Keluarga ini menangis terharu akan kemenangan ini dan membuat banyak orang iri.
Pemenang kedua adalah keluarga La Wero yang dipimpin La Bulla. Tentu saja, ini sesuai prediksi orang-orang pada umumnya. Meskipun setelah kepergian La Topa, keluarga La Wero jarang menjadi pemenang tetap saja mereka tidak akan meninggalkan tiga besar.
Pemenang ketiga jadi milik orang Patinjo, suku kuno pedalaman. Orang-orang patinjo banyak tidak bisa mengolah energy spiritual jadi mereka mengolah tubuh. Dikatakan kalau mereka masih keturunan Gian abadi. Menurut sejarah kuno, dulu ada penduduk raksasa yang memiliki ketahanan tubuh yang luar biasa. Meskipun sekarang suku patinjo ini memiliki postur tubuh normal, namun tubuh mereka lebih kuat berkali-kali lipat dari orang normal hanya saja, pengolahan spiritual mereka sangat lambat.
Pemenang ke empat adalah keluarga La Bolong dan keluarga walikota mendapat posisi ke lima.