Dulu, Lise hanya ingin sekolah dengan tenang. Tapi sejak bertemu Kevin, pria dengan rahasia di balik setiap diamnya, semua berubah. Hatinya yang polos tak bisa membohongi getaran tiap kali Kevin menatapnya. Meski dunia Kevin gelap, Lise merasa hangat saat di dekatnya. Seolah... cinta itu memang tidak selalu datang dari tempat yang terang.
“Kalau dunia ini hancur besok, kamu bakal nyesel udah deket sama aku?” bisik Kevin di telinga Lise, jemarinya menyentuh lembut dagu gadis itu.
Lise tersenyum kecil, lalu menggeleng.
“Enggak. Karena sejak hari pertama kamu panggil nama aku, hidup aku mulai punya arti.” mata sayu nya menatap lembut pada pria yang telah mengambil hatinya itu.
------
Karya ini adalah hasil tulisan asli saya. Dilarang keras mengambil, menyalin, atau memodifikasi tanpa izin. Plagiarisme adalah pelanggaran serius dan tidak akan ditoleransi.
#OriginalWork #NoPlagiarism #RespectWriters #DoNotCopy
penulis_ Evelyne Lisha
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evelyne lisha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26 - Kesalahpahaman kecil
"Pada akhirnya, aku cerita semuanya sambil menangis semalaman, ahh memalukan sekali."
Gerutu Lise sambil berjalan masuk ke gerbang sekolah. Langkahnya terhentak-hentak, hatinya menahan rasa malu karena semalaman menangis dan membuat wajahnya bengkak dan hidung mampet.
"Ah, Lise bisa-bisanya kau terpana dengan ketampanan Kevin yang memang tampan, sih."
Lise mulai memperlambat langkahnya menjadi lebih santai, matanya menoleh tak beraturan dengan pikirannya yang tampak tertutup dengan sesuatu yang membuainya.
Langkah santainya terhenti saat merasakan tepukan kecil di pundaknya, tanpa menoleh pun Lise sudah tahu siapa pelakunya.
"Lise! Kau ini dari tadi ku panggil tidak dijawab, apa sih yang membuatmu melamun seperti itu?"
Lise menoleh pada Ella yang berekspresi cemberut.
"Ella, apa kau pernah jatuh cinta?"
Tanyanya, Lise membuat Ella berpikir.
"Tidak tuh, aku tidak pernah jatuh cinta sebelumnya."
"Begitu ya."
Ella tersentak langsung melompat, mencengkeram keras bahu Lise dengan dan tatapannya menusuk.
"Jangan bilang kau sedang jatuh cinta?!"
Teriak Ella dengan suara keras di telinga Lise.
"Tidak tuh."
Lise hanya terdiam setelah memalingkan wajahnya. Ia menutupkan matanya yang melihat ke kejauhan. "Hah." Sedangkan Ella terus berteriak dan mencengkeram bahunya keras seperti orang kesurupan.
"Ella."
Ella melepas cengkeramannya dan melihat ke arah di mana pandangan Lise mengarah. Ella tersentak melihat seorang gadis yang tampak sedang dibully di bagian samping bangunan kelas. Namun, matanya terbuka lebar saat ia melihat siapa gadis yang sedang dibully itu.
"Eh, Lise bukankah itu Viviana?!"
Lise mengerutkan alisnya dan menghela napas sebelum ia berjalan tegas menghampiri pembullyan itu. Ella yang bingung hanya mengikuti ke mana Lise pergi meski ia belum menyimpan tasnya di kelas.
"Hei, dengar Primadona sialan! Lihatlah kau sekarang, tak berdaya dan penuh penyesalan. Haha, setelah ketahuan menyuap, kau bahkan tidak dikeluarkan, ck ck ck. Benar-benar tidak tahu malu!"
Gadis itu menarik rambut Viviana dan menginjak tubuhnya
Viviana yang terduduk lemas di tanah, wajahnya tampak pucat seperti banyak tekanan. Namun anehnya, Viviana tidak melawan sedikitpun meski dirinya kini sedang diinjak-injak.
Ia hanya terdiam saat dirinya terpuruk di tanah, tendangan dan pukulan terasa keras di tubuhnya.
"Hei kalian semua, bermain kasar ya?"
Ujar Lise dengan senyumannya yang lembut. Viviana menatap nanar pada Lise yang baru saja datang dengan tasnya.
"Hoi Lise, lihat primadona sombong sialan ini, dia sudah terpuruk sekarang. Hahaha!"
Ujar gadis itu sambil menginjak punggung Viviana keras, membuatnya terus tersungkur ke tanah.
Lise hanya terdiam melihat aksi itu sebelum gadis itu mengeluarkan suaranya lagi.
"Ayolah Lise, kau kan yang menguak semuanya, kenapa kau tidak bergabung bersama kami? Bukankah kau juga suka seperti ini?"
Ujar gadis itu, tendangannya semakin menjadi. Gadis-gadis lain dalam komplotannya terus menginjak-injak Viviana.
Viviana yang terdiam hanya berusaha menahan rasa malu dan rasa sakit. Ia hanya berharap akan tahan jika Lise melakukan hal yang sama dengan komplotan gadis-gadis ini.
"Sepertinya kau salah sangka."
Ujar Lise membuat para gadis itu berhenti melakukan aksinya.
"Aku hanya tidak suka ada orang yang menggangguku."
Gadis: "Tapi Lise, bukankah kau yang membuat Viviana menjadi seperti ini?"
Lise menyipitkan mata sebelum tersenyum tipis. "Kau salah tangkap, gadis."
Lise mencengkeram bahu lawan bicaranya dengan lembut tapi kuat. "Yang membuat Viviana seperti ini bukan aku. Tapi kalian. Lihatlah, kalian memperlakukannya seperti semut yang bisa diinjak kapan saja."
Gadis: "Kau yang memulai ini, Lise!"
Lise menaikkan alisnya, nada suaranya tetap tenang. "Benarkah? Kapan? Jika benar aku yang memulai, mengapa baru sekarang kau peduli?"
Dia menyilangkan tangan di depan dadanya, suaranya terdengar santai namun tajam. "Aku hanya melawannya karena dia tiba-tiba menggangguku... dan mengatakannya sambil menebak-nebak soal aku."
Lise mendekat, nada suaranya berubah menjadi dingin. "Dan soal menyuap, hey gadis, apa kau punya bukti kalau Viviana melakukannya?"
Gadis itu membelalakkan matanya, jelas tak menyangka Lise akan membalikkan keadaan secepat itu.
Gadis: "Bukankah kau sendiri yang mengatakan kalau dia menyuap?"
Lise tersenyum lebih lebar, lalu mengangkat kedua tangannya. "Sepertinya kau hanya mendengar gosip, ya? Apa kau benar-benar mendengar saat aku berkata, 'Padahal aku hanya menebak saja loh'? Tapi kau justru menganggapnya sebagai kebenaran."
________________________________
Btw, sorry thor, itu ada bbrp paragraf yg ke ulang²/Frown/