NovelToon NovelToon
CANDUNYA SANG CASANOVA, MALIKAKU

CANDUNYA SANG CASANOVA, MALIKAKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta setelah menikah / Nikah Kontrak / Pembantu / Pernikahan rahasia
Popularitas:36.5k
Nilai: 5
Nama Author: uutami

Sean, seorang Casanova yang mencintai kebebasan. Sean memiliki standar tinggi untuk setiap wanita yang ditidurinya. Namun, ia harus terikat pernikahan untuk sebuah warisan dari orang tuanya. Nanda Ayunda seorang gadis yatim piatu, berkulit hitam manis, dan menutup tubuhnya dengan jilbab, terpaksa menyanggupi tuntutan Sean karena ulah licik dari sang Casanova.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon uutami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 27

Sean melangkah memasuki gedung perusahaannya, langkah lebar yang di ikuti oleh beberapa sekertarisnya. Pagi ini begitu ia datang pertama kali menginjakan kaki kekantornya dengan tekad di dada,

“Kumpulkan semua cleaning servise yang bekerja di sini,” titah pertamanya keluar pagi ini membuat Lisa, sekertarisnya mengangkat kepala kaget. Sean tak pernah berurusan langsung dengan pekerja bawah seperti ini sebelumnya.

Belum hilang kekagetan Lisa juga beberapa orang yang berjalan dibelakangnya, kaki jenjang Sean sudah melangkah kea rah pantry. Dengan gerakan cepat Lisa meminta Leader bagian kebersihan yang kebetulan bediri di lorong arah pantry untuk mengumpulkan semua bawahannya. Terlihat raut wajah lelaki itu sangat terkejut, namun, tanpa banyak bertanya, dilaksanakan juga.

Di dalam pantry, tanpa ada yang tau seseorang paling penting sedang menuju ke sana, beberapa petugas kebersihan sedang berkumpul untuk rehat sejenak. saling melempar candaan dan sekedar bersntai setelah bekerja sejak jam enam pagi tadi.

“Nanda, bagaimana dengan tanganmu?” tanya Eni yang sedari awal masuk tau tangan Nanda lecet.

Nanda membuka telapak tangannya, tersenyum miris tangan itu kini semakin memerah, karena ia sdari pagi sudah bergelut dengan cairan kebersihan yang mengandung bahan kimia.

“Ya ampun, sampai merah-merah gini,” cetus Eni prihatin.”Kok bisa sampai gini sih, Nda?” menyentuh tangan Nanda.

“Iya, ya ampun,” yang lain menimpali,”Awalnya gimana kok bisa begini?” sambungnya kepo.

Nanda tersenyum, menatap nanar tangannya sendiri. Teringat bagaimana dia berjlan keliling mal dengan bawaaan yang berat dan banyak tanpa Maura mengijinkan menitip barang sejenak. Atau pun sekedar menyimpannya di bagasi mobil.

“Ih, jangan di titip di sana ada barang yang harganya, mahal. Kalau hilang, memang kamu mau ganti?” ucap Maura kala itu.”Cuma pembantu saja banyak gaya. Itu kan emang udah pekerjaanmu. Kasar.”

Sean tak berkomentar apapun, tersenyum tipis melihat istrinya yang tampak menghela nafas berat.

“Kalau begitu, boleh saya simpan dulu ke bagasi mobil?” Nanda mencoba menawar.

“Nggak bisa! Kamu mau nyuruh kami nunggu kamu? Hei! Sadar dong kamu siapa? Mau kamu dipecat, huumm? Kehilangan pekerjan baru nangis. Miskin aja manja. Udah, bawa aja itu!” hardik Maura sekilas melirik Sean. Lalu dengan senyuman manja merangkul lelaki itu.

“Sean, kita ke toko itu yuk,” ajak wanita semampai itu dengan tatapan menggoda,”Rasanya jengkel banget, aku butuh hiburan ini.”

Melangkah menjauh, dengan tangan yang terus merangkul manja pada lelaki bertubuh kekar itu. Seolah Sean pun tanpa peduli pada Nanda yang menatap nanar bawaannya yang seabrek itu.

“Iya, aku juga penasaran. Kenapa bisa sampai seperti ini?” tanya Eni menyadarkan Nanda dari lamunan.

“Ini, aku punya pekerjaan sampingan lain.”

“Astaga! Jadi karna itu? Kamu kerja apa lagi? Les renang masih kan?” tanya teman Nanda yang lain dengan mata membuat tak percaya.

“Masih,” jawab Nanda ringan.

“Lalu pekerjaan apa lagi sampai bikin tanganmu seperti ini? Pasti kerja berat kan?” cetus Eni dengan rasa penasaran yang membuncah.

“Kamu ini pekerja keras ya, Nanda,” timpal temannya lagi.

Pintu pantry dibuka, seketika semua mata menoleh ke sana. Terperangah melihat orang nomor satu di perusahaan besar itu dengan ajaib berada didepan pintu pantry.

Bergegas semua berdiri dan menunduk dengan segala tanya di dada. Kenapa seorang bos besar bisa sampai disana. Tempat yang tak pernah disambingi orang sepertinya. Tak terkecuali Nanda, gadis itu pun sangat terkejut melihat Sean tiba-tiba muncul dengan beberapa orang penting di belakang.

Sean mengedarkan pandangan matanya dan langsung tertuju pada gadis manis berkulit hitam diantara para cleaning service yang terkejut skaligus menunduk hormat padanya.

. Tersenyum tipis, “Saya butuh orang untuk membereskan ruagan saya.”

Tertegun, bukankah bagian kebersihan di ruangan Sean ada, kenapa sang bos malah datang sendiri ke pantry? Itu yang ada di benak setiap orang di sana, termasuk Lisa, sekertaris Sean. “Pak Sean tak perlu mengurusi hal remeh seperti ini, kenapa dia harus repot-repot kemari? Biasanya juga jika ada yang tak berkenan dihati, dia akan memrintahku membereskan,” batin Lisa merasa janggal.

Tanpa melepas pandangan matanya sedari tadi pada Nanda, “Dia saja,” tunjuknya.

Seketika semua mata melihat Nanda, menjadi pusat perhatian, gadis manis itu menunjuk dirinya sendiri.

“Saya?” dengan raut bingung dan tak percaya.

“Keruangan saya.” Sean memutar tubuhnya,”sekarang!” sambil melangkah pergi.

Suasana di pantry mendadak hening, masih belum percaya seorang Sean, datang sendiri ke pantry hanya untuk meminta seorang petugas kebersihan untuk membereskan ruangannya.

“Nanda!” Eni menyenggol lengan sahabatnya itu, masih belum percaya. Nanda pun msih tampak bingung dengan kedatangan Sean yang tiba-tiba ini. Bukankah lelaki itu yang bilang, jika mereka tidak saling kenal diluar dan tdak saling mengurusi dan mencampuri urusan masing-masing?

‘Ah, tapi, bukankah dia hanya meminta untuk membereskan ruangannya? Itu juga bagian dari pekerjaan seorang cleaning servise, tidak ada yang sepesial. Kebetulan saja mungkin jarinya menunjukku,’ pikir Nanda bermonolog.

“Nanda! Cepat!” perintah atasannya yang tampak gusar karena nanda masih berdiri ditempatnya.”Nanti pak Sean bisa marah jika kamu masih berdiri saja di sini.”

“Ba-baik, Pak,” sahut Nanda bergegas melangkah keluar pantry. Tentu saja setelah ia menyaut keranjang kebersihannya.

“Selamat berjuang, Nda!” Eni berteriak menyemangati. Nanda menoleh sekilas melempar senyum dan mengangguk.

“Aku dengar Pak Sean rewel soal pekerjaan, kalau tidak sesuai keinginannya pasti kena marah,” ucap salah satu teman Nanda yang berdiri di samping Eni.

“His! Kamu ini,” omel Eni menyenggol lengannya dengan tatapan sebal. Lalu berganti memandang Nanda. “Jangan didengarkan!” sambil menunjuk ke sebelah,”Semangat!”

Nanda tersenyum lagi mengangkat jempolnya, lalu berjalan hingga tak terlihat di ujung lorong.

Di ruangan Sean

Tok! Tok!

“Masuk!” ucap Sean memeriksa setumpuk berkas di meja kerjanya.

Lisa masuk, menunduk hormat sebagai salamnya,”Cleaning servisenya sudah datang.”

Tanpa melihat dan fokus pada berkas-berkasnya, Sean mengibaskan tangan mengusir Lisa. Sekertarisnya itu langsung pamit setelah mempersilahkan Nanda masuk.

Hening, Nanda masih berdiri menunggu perintah, sementara Sean masih berkutat dengan berkasnya. Hingga beberapa menit berlalu, masih belum ada tanda-tanda perintah dari Sean. Nanda mulai tak nyaman karena hanya berdiri saja di sana, tanpa melakukan apapun.

“Pak,” panggilnya memberaniikan diri memecah kesunyian.

Sean mendongak menatapnya lurus, dari jarak lebih dari dua meter di depan. Nanda meneguk ludahnya, seperti tengah dikuliti oleh lelaki dihadapan.

“Jika tidak ada yang bisa saya lakukan, boleh saya kembali ke pantry,” ucap Nanda sesopan mungkin. Di kantor mereka tetaplah atasan dan bawahan.

“Duduklah dulu di sana,” perintah Sean menunjuk sofa tamu di sisi kiri ruangan. Nanda melihat ke sana, berjalan patuh lalu duduk menghadap ke arah Sean. Dadanya berdebar menerka apa yang mungkin akan Sean perintahkan selanjutnya. Ia pikir dipanggil untuk membersihkan sesuatu di ruangan itu.

Memberanikan diri mencuri pandang pria yang kembali tenggelam dalam kesibukannya mengecek berkasnya.

Tampan, eh?

Entah kenapa Nanda jadi memuji. Dalam hati meruntuki, tersenyum kecut tiap kali teringat dengan perlakuan Sean padanya. Hanya menambah deretan deritanya saja. Beralih pandang pada kedua telapak tangan di pangkuan. Lecet di sana masih terasa perih, panas dan memerah. Mungkin karena pekerjaannya yang bersinggungan dengan cairan kebersihan, hingga malah memperarah lukanya.

“Ehem!”

Suara deheman Sean seketika membuat gadis itu mendongak dan menyembunyikan tangan di sisi. Atasannya itu sudah berdiri dihadapan tanpa ia sadari, reflek Nanda hendak mengegakkan tubuhnya, Sean sudah lebih dulu duduk hingga urung berdiri.

“Lihat,” ucap lelaki itu menengadahkan tangan.

Tak ada kalimat tanya keluar dari bibir Nanda, tetapi tatapannya sudah menyiratkan itu.

“Tangan mu,” lanjut Sean lagi terdengar sabar.

Dengan ragu Nanda mengulurkan tangannya, dengan cepat Sean menarik. Membuka genggaman tangan istrinya.

Mengeluarkan salep dingin dari kantung jasnya, dan mengoles pada setiap luka lecet di tangan Nanda.

“Kenapa malah jadi bertambah parah begini?” gumamnya pelan, sangat pelan, tetapi dapat ditangkap oleh pendengaran Nanda.

“Pekerja kasar memang begini,” ungkap Nanda cuek, tetap membiarkan Sean merawat lukanya.

Sean berdecak.

“Kalau begitu berhentilah.”

“Aku butuh uang.”

Sean berdecih lagi.

“Keras kepala, bikin aku repot saja.” Menjitak pelan kepala Nanda.

“Aku tidak minta.” Nanda menarik tangannya mengusap kepala yang kena jitak Sean, walaupun sebenarnya jug tidak sakit, hanya reflek saja.

“Mana yang satu,” pinta Sean.

“Tidak usah,” tolak Nanda.

“Sini sekalian, nanti membusuk satu baru tau rasa,” ketus Sean dengan penolakan Nanda. Tangan kekarnya sudah terulur hendak meraih tangan Nanda yang belum ia olesi salep.

Istrinya itu menguji kesabaran dengan menyembunyikan dibelakang tubuh.

“Mal!”

Sean berdecih masih mengulur menggapai tangan Nanda yang kukuh menyembunyikan tangannya.

“Malika! Cepat sini, aku sibuk.”

“Nggak usah, ngapain repot-repot?”

“Sini! Bandel banget sih!” omel Sean mencondongan tubuh ke depan demi menggapai tangan yang Nanda sembunyikan dibelakang tubuh.

“Isshh, Pak Sean ngapain sih?”

Tertegun, tanpa sadar wajah mereka begitu dekat, pandangan mata beradu, saling mengunci tanpa dikehendaki. Tangan Sean sudah berhasil menggapai tangan Nanda, namun, ia seperti tersihir oleh mata coklat Istrinya. Dari jarak sedekat itu, Nanda semakin terlihat manis. Membawa deguban di dada lelaki bertubuh kekar itu.

1
Nur Adam
lnjut
azalea_lea
hahaaa malu yaa kamu maura
dah tau sean udah muak sama kamu udah dblokir pula ehhh PD bgt sok nlpon2
🤭👍🌹❤🙏
Uthie
Wahhh.. makin seruuuu niii 👍😜😆😆
Uthie
emang Nanda separah itu apa yaaa 😂😂😂
Uthie
selalu ikut baper dehhh baca soal mereka 😍😍😍😍😍
Uthie: yupppi 👍😘🤩
Cinta_manis: ouuuccchhh, makasih, ikut baper kaaannnn
total 2 replies
Asyatun 1
lanjut
Cinta_manis: oke ka. makasih udah komen 😊
total 1 replies
azalea_lea
hahaa ada yang panas tapi bukan api
sean siap siap otakmu dipenuhi nanda nanda dan nanda 🤣🤣
Cinta_manis: makasih, moga suka ya 😊🥰 seneng dapat penyemangat gini 😊
azalea_lea: lanjut makin seru tho... 👍👍🌹❤🙏😍r
total 3 replies
Asyatun 1
lanjut
Cinta_manis: okey ka. makasih 😊
total 1 replies
Desmeri epy Epy
lanjut thor
Cinta_manis: okey ka
total 1 replies
Uthie
Hahahaa.....bikin panas terus si Sean thorr 💪😆😆😆
Cinta_manis: iya ka 😅
total 1 replies
Uthie
Cieeee.... 😁😁😁
Asyatun 1
lanjut
Uthie
Casanova lagi ketulah omongan nya sendiri... yg gak bakal tertarik sama Nanda 😜😆😆
Nur Nuy
lanjut seruuu
Uthie
hahahaa... terkena sihir kan. kamu Sean 😜😆😆
Cinta_manis: 😅😅😅😅😅😅
total 1 replies
Desmeri epy Epy
lanjut
Cinta_manis: siap dilanjutkan kaka
total 1 replies
Desmeri epy Epy
lanjut thor
Cinta_manis: sudah dilanjut Kaka 🥰
total 1 replies
Asyatun 1
lanjut
Uthie
makin panas.. makin seruuuu 👍
Uthie
Nahhh... gitu donggg 😀👍👍

biar tau rasa tuhhh si Seannn 😝😏😏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!