NovelToon NovelToon
Benang Merah Yang Berdarah

Benang Merah Yang Berdarah

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Selingkuh / Penyesalan Suami / Psikopat itu cintaku / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Phida Lee

Blurb:

Mia meyakini bahwa pernikahan mereka dilandasi karena cinta, bukan sekadar perjodohan. Christopher mencintainya, dan ia pun menyerahkan segalanya demi pria itu.

Namun setelah mereka menikah, sikap Chris telah berubah. Kata-katanya begitu menyakitkan, tangannya meninggalkan luka, dan hatinya... bukan lagi milik Mia.

Christopher membawa orang ketiga ke dalam pernikahan mereka.

Meski terasa hancur, Mia tetap terus bertahan di sisinya. Ia percaya cinta mereka masih bisa diselamatkan.

Tapi, sampai kapan ia harus memperjuangkan seseorang yang terus memilih untuk menghancurkanmu?


Note: Remake dari salah satu karya milik @thatstalkergurl

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phida Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1

Di Sore hari, langit tampak terlihat cerah, udara sore pun terasa begitu tenang dan terlalu sunyi untuk sebuah rumah sebesar itu.

Sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan bangunan megah yang bergaya modern klasik.

Pintu mobil depan terbuka dengan cepat, kemudian seorang pria paruh baya berseragam hitam segera menyambutnya dengan sopan.

“Nona, Anda sudah kembali,” ucap Paman Jack sedikit membungkuk dengan hormat.

Mia tidak menjawabnya, hanya mengangguk pelan sebelum ia menyerahkan kunci mobil padanya. Kemudian ia melangkah masuk ke dalam rumah, lalu tubuhnya berhenti sejenak di ambang pintu utama. Pandangan matanya menelusuri setiap sudut dalam rumah dengan tatapan yang sulit ditebak.

“Apakah dia sudah pulang?” tanyanya dengan suara pelan.

Paman Jack menatapnya sejenak sebelum menjawab, “Iya, Tuan Chris kembali menjelang sore tadi. Sekarang beliau sedang beristirahat di ruang kerjanya.”

Tanpa membuang waktu lama, Mia langsung menaiki anak tangga menuju ke lantai dua. Langkah kakinya sangat terburu-buru.

‘Sudah seminggu lamanya... tanpa satupun pesan darinya…’ gumamnya dalam hati.

Setelah sampai, ia berdiri diam di depan pintu ruang kerja. Mia menarik nafas dalam untuk mengambil keberaniannya, lalu beberapa saat kemudian, akhirnya ia mengetuk pintu itu dengan pelan.

“Kak Chris… Kak, apakah aku boleh masuk?”

Tidak ada suara dari dalam kamar itu. Mia menunggu beberapa detik sebelum akhirnya ia memutar kenop pintu dan mendorongnya perlahan.

Hening menyambutnya.

Di dalam ruangan, Christopher tertidur di sofa berukuran panjang, ia masih mengenakan kemeja kerja yang sedikit kusut. Lengan bajunya tergulung sembarangan dan dasinya melonggar. Wajahnya tampak terlihat lelah.

Mia melangkah mendekatinya, lalu berjongkok tepat di hadapannya. Ia menatap wajah suaminya itu dengan perasaan campur aduk.

“Kenapa kau tidak pernah mengabariku selama ini… Bahkan hanya untuk mengatakan bahwa kau baik-baik saja…” bisiknya.

Ada kelembutan dalam nada suaranya, namun juga ada luka di dalamnya.

“Apa aku sungguh tidak berarti apa-apa untukmu?” lirihnya lagi.

Angin sore yang berubah menjadi malam masuk dari jendela yang masih terbuka, anginnya membawa hawa dingin ke dalam ruangan itu. Mia berdiri perlahan dan menutup jendela itu. Ia berusaha agar tidak menimbulkan suara apapun untuk membangunkan Christopher.

“Kau pasti kedinginan kalau begini terus…”

Ia kembali ke tengah ruangan, kali ini tangannya sibuk membereskan dokumen-dokumen yang berserakan di lantai dan meja. Tiba-tiba gerakan tangannya terhenti saat matanya terpaku pada sebuah bingkai foto kecil di atas meja kerja itu.

“Ini…” bisiknya lirih.

Sebuah rasa yang sudah lama terpendam tiba-tiba kembali muncul ke permukaan. Luka lama yang belum sempat sembuh kini kembali berdarah, tepat saat ia melihat sosok perempuan yang ada di dalam bingkai itu, tersenyum bersama Christopher.

Mia berdiri terpaku di depan meja kerja milik suaminya. Tangannya perlahan terulur meraih sebuah bingkai foto yang menarik perhatiannya. Jemarinya terasa bergetar saat menyentuh bingkai itu.

Di dalam bingkai itu terdapat dua remaja yang duduk berdampingan di depan sebuah piano tua. Senyum keduanya begitu hangat dan begitu tulus, seolah dunia ini hanya milik mereka berdua.

“Kau… ternyata masih menyimpannya,” bisik Mia dengan tatapan tidak percaya.

Suaranya begitu lirih, hatinya sangat terluka. Jemarinya menggenggam bingkai itu lebih erat..

“Lusy, ya?” gumamnya. “Kau masih mencintainya…”

Ia masih berdiri di sana, namun sorot matanya meredup kemudian perlahan berubah menjadi getir.

“Lalu aku ini apa, Kak?” suaranya nyaris patah. “Penggantinya? Atau hanya seseorang yang kebetulan datang di saat dia tidak bisa lagi bersamamu?”

Kepalanya menunduk. Bahunya sedikit bergetar saat dia menarik napas dalam-dalam, Mia berusaha menahan air matanya yang mendesak ingin keluar.

“Aku ingin berhenti berharap… Tetapi hatiku tidak bisa,” ucapnya lirih.

Ia memejamkan mata sejenak, mencoba menenangkan riuh dalam dadanya. Foto itu masih tergenggam erat di tangannya.

Tiba-tiba, sebuah suara dingin memecah keheningan ruangan itu.

“Siapa yang mengizinkanmu masuk?”

Mia tersentak.

Refleks, tangannya melemah dan bingkai foto itu terjatuh dari genggamannya.

PYARR!

Suara kaca pecah membentur lantai dan mengejutkan keduanya.

“A-Aku… maaf!” ucap Mia dengan panik. “Aku tidak sengaja… Aku tidak bermaksud untuk menyentuhnya!”

Mia buru-buru berlutut hendak memungut pecahan bingkai itu. Namun belum sempat tangannya menyentuh lantai, Christopher sudah melangkah cepat dan mendorong tubuhnya ke samping. Mia jatuh terduduk dan terkejut.

Christopher mengangkat bingkai foto yang sudah pecah itu lalu memeriksanya dengan saksama.

“Untung saja fotonya tidak rusak,” gumamnya dengan nada dingin.

Mia menundukkan kepala, memandangi lantai dengan pandangan kosong. Tangannya mengepal di atas roknya yang berdebu.

Jemarinya bergetar saat ia kembali berusaha mengumpulkan pecahan bingkai foto yang berserakan dilantai. Tiba-tiba, semburat merah muncul dari telapak tangan kirinya.

Namun, sebelum ia sempat menyadari rasa perih yang mulai menyengat pada jarinya.

Tiba-tiba...

Plak!

Tamparan itu mendarat telak di pipinya.

“A-Akh…!”

Mia terhuyung ke samping, lalu memegang pipinya yang kini memerah. Ia mendongak perlahan, menatap pria yang ada di hadapannya dengan tatapan tidak percaya.

Christopher berdiri dengan napas memburu, wajahnya memerah karena amarah.

"Apa hak yang kau miliki untuk masuk ke ruangan ini?!" bentaknya. "Siapa yang memberimu izin untuk menyentuh barang-barangku?!"

Tanpa memberi waktu bagi Mia untuk menjawab, ia meraih kerah baju gadis itu dan menariknya kasar hingga Mia terangkat sedikit dari lantai.

"Meskipun jejaknya di rumah ini telah menghilang…" Christopher mencibir dengan tatapan matanya yang menusuk. "Sedikit pun, kau tidak akan pernah bisa menggantikannya!"

Hati Mia terguncang. Hatinya seolah diremukkan dalam genggaman pria itu.

"Kak Chris… aku tidak.. aku sungguh tidak berniat apa-apa…" jawabnya dengan pelan.

"Munafik," desis Christopher dengan tajam. "Karenamu, aku harus berpisah dengan orang yang paling kucintai!"

Tubuh Mia mulai melemas. Luka di tangannya kini berdarah lebih deras, namun rasa sakitnya tidak sebanding dengan tusukan kata-kata pria itu.

"Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku hanya ingin menjadi bagian dari hidupmu," bisiknya dengan tulus.

Christopher tertawa pendek seolah menghinanya.

"Bagian?" ulangnya. "Jika bukan karena Ibu yang memaksaku untuk pulang, kau pikir aku akan sudi tinggal satu rumah denganmu?"

Mata Christopher melebar, menatap Mia dengan penuh tatapan kebencian.

"Aku rasanya ingin muntah setiap kali melihat wajah syallanmu!"

Dengan satu dorongan keras, Christopher melepaskan kerah baju Mia. Seketika tubuh gadis itu terhempas ke lantai. Mia terjatuh, hingga lututnya menghantam permukaan marmer yang dingin. Rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhnya, tetapi bukan itu yang membuatnya menangis.

Yang membuat dadanya nyeri adalah kenyataan bahwa cinta yang ia berikan tidak pernah sekalipun dihargai oleh pria itu.

Akhirnya, air matanya jatuh perlahan dari sudut matanya, tetapi senyuman lembut masih menghiasi wajahnya yang mulai memucat. Meski pipinya terasa perih dan telapak tangannya berdarah, ia tetap menatap Christopher dengan pandangan yang tulus.

"Aku hanya ingin melihatmu…" katanya dengan lirih. "Kita tidak pernah bertemu selama seminggu. Aku sangat merindukanmu, Kak…"

Mendengar kalimat yang dilontarkan oleh Mia, Christopher mengerang marah.

"Tutup mulut syaalanmu itu dan KELUAR dari sini!"

Tanpa ampun, Chris mendorong tubuh mungil Mia ke luar ruangan hingga tubuh gadis itu terhempas dan hampir jatuh tersungkur di koridor luar. Setelah itu, pintu ruang belajar dibanting dengan keras di belakangnya.

BRAKK!

Sunyi menyelimuti lorong panjang rumah itu. Hanya ada suara napas Mia yang terengah yang terdengar samar, berpadu dengan suara detak jantungnya yang menggema di dalam dadanya. Mia terduduk di lantai marmer, kedua lututnya tertekuk, dan telapak tangannya yang berdarah mulai gemetar.

"Kenapa rasanya selalu sesakit ini?" bisiknya lirih kepada dirinya sendiri.

Tanpa bisa ditahan lagi, tangisanya pecah dari bibirnya. Ia memeluk tubuhnya sendiri, berusaha menciptakan kehangatan dari kepedihan yang kini mendera disetiap inci hatinya.

Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki mendekat dengan perlahan. Dari balik bayangan, muncullah sesosok tua yang sudah seperti keluarga baginya.

Paman Jack.

Paman Jack menatap Mia dengan wajah cemas. Ia melihat darah mengalir dari tangan gadis itu, kemudian ia membungkuk perlahan.

"Nona… Anda terluka. Izinkan saya untuk membantu mengobati luka di tangan Anda."

Namun Mia buru-buru menghindar.

"Jangan mendekat! Tolong jangan datang! Aku akan kembali tenang. Beri aku waktu sebentar saja."

Paman Jack terdiam. Sorot matanya penuh dengan kekhawatiran, namun ia menghormati permintaan itu. Matanya tak lepas dari tubuh mungil Mia yang masih gemetar dan berusaha menahan tangisannya.

"Tapi, Nona…"

Mia perlahan mengangkat wajahnya. Ia tersenyum lemah, namun ia tetap berusaha terlihat kuat.

"Aku akan mengurusnya sendiri, Paman…" ucapnya lirih. "Tolong… sampaikan pada Bibi Im agar menyiapkan makan malam. Aku ingin beristirahat sebentar."

Paman Jack menatapnya sejenak, lalu mengangguk pelan.

"…Baik, Nona."

Dengan langkah goyah, Mia bangkit berdiri. Ia berjalan perlahan menuju ke kamarnya sambil menahan rasa perih di tangan dan luka di hatinya. Sesampainya di dalam, ia langsung menyalakan semua lampu.

Cahaya terang menyinari setiap sudut kamar itu, namun cahaya itu tidak bisa menyinari sudut hati Mia yang kini terasa gelap dan hampa. Ia berdiri dalam waktu yang lama di tengah ruangan sambil memandangi lampu yang menyala seolah mencari jawaban, mengapa cinta yang ia miliki selalu berujung terluka?

Dan dalam diamnya, hanya satu kalimat yang mengendap didalam benaknya:

'Sampai kapan aku harus terus bertahan hanya untuk dicintai oleh seseorang yang tidak pernah menginginkanku?'

.

.

.

.

.

.

.

-TBC-

1
partini
semoga hati kamu benar benar mati rasa untuk suami mu Mia,
partini
semoga kau cepat mati Mia
partini: mati rasa Thor sama cris bukan mati raga atau nyawa hilang ,,dia tuh terlalu cinta bahkan cinta buta
dan bikin cinta itu hilang tanpa bekas
Phida Lee: jangan dong, kasihan Mia :(
total 2 replies
partini
drama masih lanjut lah mungkin Sampai bab 80an so cris nikmati aja
Sammai
Mia bodooh
partini
oh may ,ini satu satunya karakter wanita yg menyeknya lunar binasa yg aku baca ,,dah crIs kasih racun aja Mia biar mati kan selesai
Phida Lee: nah bener tuh kak 😒
total 1 replies
partini
crIs suatu saat kamu tau yg sebenarnya pasti menyesal laki laki tergoblok buta ga bisa lihat
Mia Mia cinta butamu membuat dirimu terluka kamu jg sangat goblok ,, wanita kaya kamu tuh ga bisa move on ga bisa sukses terlalu myek2 kamu ,,so enjoy lah
Sammai
Mia terlalu bodoh kalau kau terus bertahan untuk tinggal di rumah itu lebih baik pergi sejauh jauhnya coba bangkit cari kebahagiaanmu sendiri
partini
dari sinopsis bikin nyesek ini cerita
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!