Tidak pernah terbayang jika malam yang dia habiskan bersama pria asing yang memberinya uang 1M akan menumbuhkan janin didalam rahimnya.
Salsabila, gadis cantik berusia 26 tahun itu memutuskan merawat calon anaknya seorang diri. Selain tidak mengenal ayah dari calon anaknya. Rupanya pria itu sudah memiliki tunangan dan akan segera menikah.
Mampukah Salsabila menghadapi kerasnya hidup saat dia hamil tanpa suami?. Apalagi dia hamil diluar nikah!.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AfkaRista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Egois Karenamu
"S-siapa Bila, Mas?."
Deg
Azka membeku, dia seperti maling yang baru tertangkap.
Sial, bisa-bisanya aku mengucap nama perempuan itu. Umpat Azka dalam hati
"Jawab Mas!! Bila itu siapa?."
Anya menatap calon menantunya, mungkinkah Azka memiliki hubungan dengan wanita lain.
"Ka, Mama juga mendengar kamu menyebut nama Bila!."
Azka menjadi bingung, bagaimana dia menjelaskan hal itu pada mereka. Tidak mungkin juga dia mengatakan bahwa Bila adalah wanita yang tidur bersamanya. Jika biasanya Akza bisa berfikir cepat masalah pekerjaan. Kali ini otaknya justru buntu.
"Em ... Bila itu nama anak rekan bisnisku, Ma. Gadis kecil berusia 10 tahun. Dia suka sekali memakai gaun dan wajahnya imut sepertimu, Salwa. Aku jadi reflek menyebut namanya!."
Salwa masih diam, dia tidak bisa menerima begitu saja alasan Azka yang menurutnya tidak masuk akal. "Kita akan menikah Mas. Jika kamu memiliki hubungan dengan wanita lain diluar sana. Segera akhiri, aku tidak mau milikku dibagi dengan orang lain!."
Azka menghampiri tunangannya, "Aku tidak pernah memiliki hubungan dengan wanita manapun selain kamu. Apa kamu mulai ragu padaku?."
Melihat wajah Salwa yang masih masam, Anya segera menghampiri keduanya. "Sayang, jangan negatif thingking dulu. Kamu kenal Azka bukan setahun dua tahun. Azka tidak mungkin membohongi kamu. Jangan mudah percaya pada asumsi yang belum tentu benar. Lagipula, Azka sudah menjelaskan bahwa Bila itu anak rekan bisnisnya!," ucap Anya mencoba menenangkan putrinya.
"Sikap curiga dan pikiran negatif itu pasti selalu ada, Ma. Perempuan instingnya lebih kuat. Dan aku merasa bahwa Mas Azka sedang menutupi sesuatu dariku!."
"Aku tidak menutupi apapun darimu, Sal. Kenapa kamu selalu membesarkan masalah sepele seperti ini!." Azka sedikit kesal karena Salwa selalu memperbesar hal kecil.
"Itu karena kamu-."
"Salwa, jangan membuat masalah. Kamu harus bisa mengontrol rasa curiga dan cemburumu yang berlebihan. Cemburu dan curiga boleh, asala jangan sampai merugikan kamu sendiri!." potong Anya.
Salwa menatap mata Akza, dia berusaha melihat kejujuran dari pria yang dicintainya. Namun Azka seperti menghindari tatapannya. Perasaan Salwa kembali resah. Ia yakin Akza tengah menutupi sesuatu. Apalagi ditambah perkataan Saga beberapa hari lalu.
Anya hanya mampu menghela nafas melihat sikap putrinya yang kerasa kepala. Selama ini, Azka memang paling banyak mengalah dan mengerti putrinya.
"Ka, sebaiknya kamu coba baju kamu sekarang. Mama mau ke toilet dulu!," Anya meninggalkan mereka berdua. Dia juga meminta pelayan meninggalkan mereka.
Azka menatap Salwa, "Dalam sebuah hubungan, kepercayaan adalah pondasi paling utama. Jika kamu saja tidak percaya padaku, bagaimana kita akan menjalani rumah tangga kedepannya!."
"Aku hanya takut kehilangan kamu!."
"Tapi sikap kamu itu membuatku jengah. Kamu terlalu over dalam menyikapi semua hal!."
Melihat Azka yang mulai emosi, Salwa segera mendekati tunangannya lalu memeluk Azka dengan erat, "Maafkan aku, Mas. Aku begini karena aku mencintai kamu. Aku tidak mau kehilangan kamu, apalagi melihatmu bersama wanita lain. Membayangkannya saja aku tidak bisa!."
Azka menghela nafas, "Aku tahu seberapa besar cintamu padaku, Sal. Kamupun tahu perasaanku. Seharusnya kamu tidak pernah meragukan aku!."
"Aku minta maaf. Aku janji akan berubah. Jangan marah, aku tidak suka melihatmu marah!."
Azka yang memang mudah luluh, langsung membalas pelukan Salwa. "Semua akan baik-baik saja. Jangan khawatir!." Salwa mengangguk, mereka masih berpelukan.
"Sudah baikan?," tanya Anya yang baru masuk.
"Sudah!," jawab Salwa tersenyum.
"Baguslah. Kalau begitu, sekarang kamu coba bajumu, Ka. Mama ingin mengambil foto kalian sebelum pernikahan!."
Azka segera menuju kamar ganti sambil membawa baju yang diberikan karyawan butik.
Maafkan aku, Mas. Aku akan bersikap egois jika itu tentang kamu. Hanya aku yang akan bersamamu. Dan aku tidak akan membiarkan kamu memikirkan bahkan bersama dengan wanita lain.
*
*
*
"Sal, pesanan Bu Gita, sudah berapa persen?."
"Sudah lima puluh persen, Bunda. Hampers kan lebih mudah dibuat daripada souvenir lainnya!."
"Baguslah. Setelah selesai, beliau akan mengutus orang untuk mengambilnya kemari. Jadi kamu tidak perlu memikirkan pengirimannya!."
Salsa tersenyum, sejak hamil rejekinya semakin lancar. Belakangan pesanannya juga semakin banyak. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang memberikan bonus karena puas dengan produk buatannya.
Kamu membawa berkah tersendiri untuk Bunda, Nak. Kamu juga tidak pernah merepotkan Bunda. Bunda janji akan menjaga dan melindungi kamu dengan sepenuh hati.
"Bun, aku sudah membayar uang sekolah anak-anak!."
Maria menghentikan gerakan tangannya memotong sayuran lalu menatap Salsa.
"Insya Allah, uangnya halal, Bunda. Dari hasil penjualan ditoko!."
Maria menatap putrinya dengan mata berkaca-kaca. "Kamu masih mengingat ucapan Bunda waktu itu, ya? Bunda minta maaf, Nak!."
Salsa menghampiri Maria, "Bunda jangan terus-terusan minta maaf. Lagipula, uang itu memang bukan milik kita. Anggap saja aku meminjamnya. Dan sekarang, sedikit demi sedikit aku mulai bisa menabung untuk mengembalikan uangnya!."
"Maaf untuk ketidakberdayaan Bunda, Nak!."
Mengelola panti asuhan dengan jumlah anak sekitar 40an memang bukan perkara mudah. Makan, pakaian, sekolah, listrik, air dan keperluan lain harus tetap terpenuhi apapun yang terjadi. Walau banyak orang yang mengadopsi anak dari panti ini. Banyak pula anak yang dititipkan disini setelahnya. Belum lagi jika balita, Maria bahkan harus membayar pengasuh yang membantunya merawat anak-anak. Ya meskipun dengan upah minim karena pengasuh anak-anak panti kebanyakan adalah tunawisma yang ia minta untuk tinggal dan membantu si panti, tetap saja mereka memiliki kebutuhan yang harus dibeli. Sementara uang donatur Maria gunakan untuk memenuhi keperluan sehari-hari. Tak jarang Salsa juga turut membantu keuangan panti.
"Belakangan ini toko selalu banyak pesanan, Bun. Mudah-mudahan selalu seperti itu. Jadi aku bisa membantu Bunda dana anak-anak!."
"Alhamdulillah kalau begitu. Semua berkat kerja keras kamu, Nak. Semoga Allah memberimu kesehatan, rejeki dan nikmat yang banyak. Dan semoga cucu Bunda selalu sehat dan kelak akan menjadi anak sholeh dan sholehah!."
"Jadi benar kalau Salsa hamil? Bukankah dia belum menikah?."
*
*
Kira-kira siapa yang datang ya?
semangat thor