Salma dan Rafa terjebak dalam sebuah pernikahan yang bermula dari ide gila Rafa. Keduanya sekarang menikah akan tetapi Salma tidak pernah menginginkan Rafa.
"Kenapa harus gue sih, Fa?" kata Salma penuh kesedihan di pelaminan yang nampak dihiasi bunga-bunga.
Di sisi lain Salma memiliki pacar bernama Narendra yang ia cintai. Satu-satunya yang Salma cintai adalah Rendra. Bahkan saking cintanya dengan Rendra, Salma nekat membawa Rendra ke rumah yang ia dan Rafa tinggali.
"Pernikahan kita cuma pura-pura. Sejak awal kita punya perjanjian kita hidup masing-masing. Jadi, aku bebas bawa siapapun ke sini, ke rumah ini," kata Salma ketika Rafa baru saja pulang bekerja.
"Tapi ini rumah aku, Salma!" jawab Rafa.
Keduanya berencana bercerai setelah pernikahannya satu tahun. Tapi, alasan seperti apa yang akan mereka katakan pada orang tuanya ketika keduanya memilih bercerai nanti.
Ikuti petualangan si keras kepala Salma dan si padang savana Rafa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cataleya Chrisantary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Wanita matre
10
Mobil telah berhenti dengan sempurna. Salma masih belum keluar dari dalam mobil. Ia melihat suramnya rumah Vania. Yang entah mengapa nampak begitu mengerikan dari biasanya.
Salma menarik nafasnya dalam-dalam lalu pada akhirnya ia turun dari mobil. Ia melihat Vania sempat menatap dari jendela. Tepat ketika Salma akan mengetuk pintu. Pintu rumah terbuka.
Salma melihat wajah Vania yang nampak tidak bersahabat. Namun, meskipun begitu, Salma tetap tersenyum dan berusaha untuk ramah.
“Duduk,” kata Vania.
Salma tidak banyak bicara lalu duduk. “Mana-“
“Jadi kamu selingkuhannya Rafa?” cecar Vania.
Salma terdiam agak melongo. “Ya. Sebenarnya baru enam bulan.”
“Kamu punya pacar tapi kenapa kamu mau-maunya diajak selingkuh dengan Rafa? Pacar kamu gajinya dikit makanya kamu mau-maunya diajak selingkuh sama Rafa.
“Bukan-“
“Awas kamu kalau sampe kamu niat nikah sama Rafa hanya karena harta aja, saya yang akan maju duluan. Rafa itu tulang punggung keluarga, rasanya gak pantes aja Rafa punya istri matre kayak kamu.”
Salma benar-benar di cecar habis-habisan. Salma tetap di tuduh wanita matrealistis. Namun Salma tidak berusaha untuk menjawab meskipun sebenarnya ia sangat ingin melawan dan menjawab.
Salma di tuduh hanya ingin uang Rafa saja padahal sampai sekarang Salma tidak pernah mendapatkan uang sepeserpun dari Rafa kecuali mas kawin yang itupun belum Salma pakai.
“Dan kamu, harus gantian jagain mama. Sekarang mama lagi di rumah Vini. Minggu depan kamu harus gantian jagain mama.”
“Mbak, bukanya aku gak mau jagain mama tapi kan aku masih tinggal di rumah orang tua aku. Emangnya mama mau tinggal bareng orang tua aku?”
Vania agak sedikit tersentak pada bagian ini. Vania lupa jika Rafa memang belum memiliki rumah di Jakarta. Vania terdiam kikuk nampak kebingungan sendiri karena tidak mungkin mama Nanda mau tinggal di rumah orang tua Salma.
“Ya... ya kamu pindah ke rumah mama. Rumah mama kosong. Kalau bagian kamu jagain mama kamu pindah ke sana.”
“Mbak, tapi kan aku kerja-“
“Gak usah alesan kerja kamu. Kalau emang kamu gak mau ya bilang aja. Gak berbakti banget kamu sama orang tua.”
“Mbak, bukanya aku gak berbakti tapi pas aku lagi kerja aku mama sama siapa?”
“Ya pikir sendirilah, pokoknya minggu depan itu bagian kamu yang jagain mama. Sana pulang!” kata Vania.
Salma pulang dengan perasaan kesal. Ada amarah tidak keluar dari dalam hati Salma. Namun, Salma belum bisa pulang karena sekarang ia harus ke apartemen Rendra. Ia harus mengembalikan cincin yang Rendra tinggalkan kemarin malam.
Salma mengetuk pintu dua kali dan akhirnya Rendra membuka pintu. Wajah dan tatapan Rendra dingin. Ada percikan amarah di matanya. Ada percikan kecewa yang turut serta mengaduk Rendra.
“Ren, aku mau ngomong sama kamu.”
Rendra hanya diam saja. Tatapan penuh cinta Rendra hilang begitu saja dari matanya. Lelaki itu tidak menjawab, hanya diam sambil menyilangkan tangan di depannya.
Salma yang tadinya akan mengatakan apa yang terjadi malah tidak kuasa. Ia malah menangis di depan Rendra. Dan kembali yang terucap dari mulutnya hanya permintaan maaf saja.
“Siapa, kak?” suara perempuan di dalam sana, itu adalah Rhea adik kandung Rendra.
“Oh kamu!” katanya penuh dengan penekanan. “Ngapain kamu ke sini? Mau nyakitin kakak aku lagi hah? Aku kira kamu wanita baik tapi ternyata,” Rhea menatap jijik Salma namun ia tidak peduli.
“Ren aku minta maaf,” kali ini Salma memegang salah satu tangan Rendra namun yang terjadi Rhea mendorong tubuh Salma hingga tubuh Salma terdorong menabrak tembok dibelakang dan jatuh.
“Pergi kamu jangan gangguin kakak aku lagi dasar perempuan matre!” ujar Rhea.
Lalu pintu di tutup rapat. Salma yang masih terduduk di bawah hanya bisa nangis kembali. Ia belum sempat berbicara dengan Rendra karena mulutnya benar-benar terasa berat.
Cincin yang Rendra berikan juga belum sempat Salma berikan pada Rendra. Salma mencoba mengetuk kembali pintu namun pintu tidak kunjung juga terbuka. Akhirnya, Salma meletakan kotak cincin itu di depan pintu apartemen Rendra.
“Ren, aku minta maaf. Suatu saat akan aku jelaskan kenapa aku tiba-tiba menikah dengan Rafa. Cincin ini, aku kembalikan. Maafin aku, aku janji akan menjelaskan semuanya segera setelah keadaan membaik.”
Rendra yang saat itu terduduk di belakang pintu mendengar suara Salma yang dipenuhi dengan air mata. Cinta di hati Rendra saat ini masih ada. Rendra juga ingin mendengarkan penjelasan dari Salma.
Rendra ingin tahu apa yang menjadi alasan utamanya menikah dengan Rafa. Padahal Rendra juga tahu Rafa adalah sahabat Salma dari SMA. Rendra curiga telah terjadi sesuatu diantara mereka. Namun, Rendra akan pastikan itu bukan urusan ranjang. Karena dengan dirinya pun Salma selalu menolak.
Rendra terduduk membelekangi pintu. Lelaki itu menautkan kedua tangannya lalu mulai terisak. Ini adalah perpisahan paling pahit yang pernah ia rasakan. Bahkan ini lebih menyakitkan dari perceraian orang tuanya.
“Kak, udah,” kata Rhea. “Masih banyak perempuan lain yang lebih dari kak Salma.”
“Tapi Cuma Salma yang nemenin kakak dari nol, Rhea. Cuma Salma.”
“Tapi kak Salma udah nikah, kak. Kakak gak bisa buang fakta itu. Kakak gak bisa terus-terusan nangisin perempuan yang memilih laki-laki lain. Bangun, Kak! Kakak harus bangun! Kak Salma udah sama yang lain.”
Namun, hati Rendra seperti mengatakan Salma masih miliknya. Ia mengenal Salma dekat. Matanya masih terasa miliknya. Dan sepertinya telah terjadi sesuatu yang membuat Salma menikah dengan Rafa.
“Mungkin dia di paksa orang tuanya menikah,” kata Rendra lirih.
Ada kalimat yang membuat Rendra tenang. Kalimat yang mengatakan jika Salma akan menjelaskan semua ini nanti ketika waktunya telah sampai. Dan Rendra yakin waktu itu akan tiba. Ia akan tahu apa yang membuat Salma memutuskan hal ini.
Di dalam mobil, Salma menangis. Kembali ia mendapatkan cacian tuduhan tidak benar. Semua orang berkata jika Salma matrealistis dan mata duitan hanya karena menikahi Rafa dan meninggalkan Rendra.
Dalam hatinya ia ingin berteriak jika semua ini bukan keinginannya. Ia ingin berteriak di depan Rhea, ingin berteriak di depan Vania jika semua ini hanyalah permainan saja. Permainan Rafa yang pada akhirnya menjebak keduanya.
Salma akhirnya pergi namun bukan pulang ke rumah. Ia pulang ke apartemen milik Kalani. Hanya tempat itu yang bisa menampung segala keluh kesahnya. Keluh kesah tentang beratnya kehidupan dia sekarang.
“Gue pengen bilang ke Rendra kalau gue juga gak mau nikah sama Rafa. Tapi rasanya berat banget, Kal.”
Kalani melihat Sahabatnya yang nampak gusar. Tidak lama ponsel Salma berdering dan ternyata itu dari ayahnya. Kalani masih memperhatikan dan terdengar jika Salma mengatakna ia di apartemen milik Kalani.
“Kanapa bokap lo marah-marah?”
“Hmmm, Cuma bilang izin dulu ke Rafa. Gue bilang udah tapi kenyataanya nggak. Ngapain izin orang gue udah bilang ke dia kalau hidup gue punya gue. Mesipun udah nikah ya tetep aja hidup gue milik gue.”
“Sal, kali ini gue tanya elo dari hati ke hati yah. Lepaskan dulu kekesalan elo sama Rafa. Lepaskan dulu rasa benci elo sama Rafa. Ini bener-bener gue pengen tanya.”
“Mau tanya apa sih? jadi takut gue.”
“Sal, jika Rafa sayang sama elo. Dalam jangka waktu satu tahun ini dia memberikan elo dunia, dia baik super baik, memberikan elo segalanya pokoknya, mengusahakan segalanya buat elo dan kebahagiaan elo. Elo masih pengen cerai dari Rafa? Anggap aja Rafa ini bukan sahabat elo deh. Elo beneran masih pengen cerai dari Rafa?”
Bersambung
Kira-kira ini mah kalau kalian ada di posisi Salma terus di tanya gitu sama Kalani kalian bakal jawab apa? Tulis di kolom komentar yah