Amecca Saraswati seorang mahasiswi tingkat akhir di sebuah perguruan tinggi sedang melakukan kemah bersama teman-teman anggota mapala di kampusnya.
Ia bertemu dengan pria yang sangat tampan di tepi sungai ketika sedang mandi di sungai. karena pada pria tampan itu akhirnya mereka berkenalan. Mulanya Mecca tidak mengetahui siapa sebenarnya pria yang merupakan pangeran dari Siluman harimau yang sedang bertugas menjaga gunung Arjuno bernama Lakeswara Pandita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 27
Pandita menunggangi kuda yang biasa ia tunggangi saat berperang. Ia mengerahkan kuda nya agar berlari menembus kerumunan siluman monyet karena ia akan menyerang Tilan yang berada di barisan paling belakang. Ia sangat emosi karena Tilan berusaha melemparkan busur panah padanya sehingga hampir mengenai permaisurinya.
Karena memakai zirah besi dan juga kain yang di berikan Pramudya padanya membuat tubuh Pandita sama sekali tidak tergores pedang musuh yang berusaha melukainya.
Saat berada tepat di depan Tilan, Pandita mengacungkan pedang nya yang berkilat sangat tajam pada leher Tilan.
"Berani-beraninya kau menyerang kerajaan yang telah memberikan kebebasan pada kerajaanmu. Dasar tidak tau berterimakasih." ungkap Pandita kesal.
Tilan meludah ke samping dan menatap Pandita penuh amarah.
Cuiih.
"Aku tidak akan mengusik kalian jika kalian tidak keterlaluan. Kalian telah membunuh raja dan putra mahkota ular biru yang merupakan suami dan anak dari saudaraku. Lalu aku harus diam saja! Tidak akan! Aku akan membalaskan apa yang telah kau lakukan pada ipar dan keponakanku!" kata Tilan.
"Aku tidak akan menyerang mereka terlebih dahulu jika bukan mereka yang menabuh genderang perang. Aku tidak mungkin membiarkan mereka menyerang Castil ku saat istriku tengah mengandung putra mahkota keturunan ku. Karena itu bisa membahayakan permaisuri dan calon putra mahkota Castil kristal." jawab Pandita bengis.
"Jika kau melindungi permaisuri dan putra mahkota mu. Maka aku akan melindungi dan merebut kembali kerajaan ular biru yang berada dalam genggamanmu. Karena kerajaan itu milik saudara iparku. Maka aku akan merebutnya kembali." ujar Tilan.
Pandita tersenyum menyeringai dan mengacungkan pedangnya keatas. Pedang itu berkilat terkena cahaya sinar rembulan yang menandakan bahwa pedangnya sangat tajam.
"Kalau begitu, langkahi dulu mayatku. Baru kau bisa merebut kembali kerajaan ular biru dari tanganku." kata Pandita.
"Baiklah, jika aku bisa membunuhmu, maka permaisuri mu akan menjadi budak ku yang harus siap menghangatkan ranjangku setiap malam." kata Tilan dengan menyeringai.
Mendengar hal itu, harga diri Pandita merasa terkoyak. Dirinya rela terluka saat pertempuran. Tapi jangan sekalipun menghina permaisurinya. Karena Mecca adalah harga dirinya.
Mata Pandita menyiratkan kemarahan yang membara. Ia tidak terima mendengar perkataan Tilan. Ia akan membunuh Tilan dengan tangannya sendiri.
"Jangan pernah merendahkan permaisuriku. Permaisuri ku adalah harga diriku, jika kau menghina nya. maka sama saja kau menghina dan mengoyak harga diriku. Aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri Tilan. Aku tidak Sudi permaisuriku menjadi Budak mu. Aaaaaaaah!" Pandita langsung menarik pelana kuda dan menyerang Tilan tanpa aba-aba kudanya berlari menendang kuda yang di tunggangi Tilan hingga membuat kuda Tilan terjerembab dan membuat Tilan terjatuh.
Pandita sangat marah karena Tilan membawa-bawa permaisurinya dalam pertempuran ini. Demi apapun ia tidak akan pernah rela menyerahkan permaisurinya pada lawannya. meskipun nyawanya menjadi taruhannya ia akan lebih memilih mati dari pada harus menyerahkan Mecca pada musuhnya.
Pandita turun dari kuda nya dan menyerang Tilan, pedang mereka saling beradu hingga menimbulkan suara dentingan.
Sementara Sansik dan Pandya menyerang prajurit siluman monyet yang akan membantu Tilan melawan Pandita.
Mereka menyadari kehebatan Pandita karena mereka mengetahui bahwa putra mahkota yang merupakan campuran darah manusia dan siluman telah terlahir.
Putra mahkota itu sendiri menjadi ancaman bagi para musuh Castil kristal.
Mereka semua berencana membunuh putra mahkota, karena dengan membunuh putra mahkota akan membuat Pandita hancur. Dan mereka berusaha merebut Mecca dan menjadikan Mecca tawanan.
Semua kerajaan musuh Castil kristal sedang mengatur siasat untuk menculik Harjun dan Mecca. Karena mereka berdua merupakan kelemahan Pandita.
Semakin besar Harjun, akan semakin besar juga kekuatan yang dimiliki Pandita.
Terbukti saat ini, Tilan sudah sangat kelelahan melawan Pandita, namun Pandita sama sekali tidak merasakan lelah dan penat, ia terus menyerang Tilan karena ia akan membunuh Tilan dengan tangannya sendiri. Ia benar-benar marah karena Tilan telah melukai harga dirinya.
Saat Tilan jatuh tersungkur diatas tanah. Pandita langsung menebas leher Tilan dengan pedangnya hingga kepala Tilan menggelinding ke bawah kakinya. Pandita menginjak kepala milik Tilan yang terlepas dari lehernya.
Dengan tewasnya panglima perang siluman monyet di tangan Pandita, maka kalah sudah semua prajurit siluman monyet.
Mereka menjadi tawanan Pandita dan mengurung para prajurit yang masih selamat dan tidak gugur di penjara khusus tawanan. Sementara jasad Tilan dan para prajurit yang telah tewas, Pandita memerintahkan para prajuritnya untuk mengirimkannya ke depan kerajaan monyet.
Pandita tau jika hal ini akan membuat raja siluman monyet bernama Barata marah besar dan akan kembali menyerang Castil kristal. Tapi ia tidak perduli, baginya setiap terjadi peperangan harus ada yang menang dan kalah.
Apa lagi Tilan telah merendahkan permaisurinya. Ia akan membuat perhitungan pada siapa saja yang merendahkan permaisurinya.
Perang berakhir ketika matahari mulai menyingsing. Pandita kembali ke dalam Castil dan melepas zirah besinya dengan di bantu Pandya.
Ia lalu menemui keluarganya di dalam ruangan rahasia yang berada di dalam kamar raja.
Mecca tersenyum senang melihat Pandita kembali dengan keadaan sehat dan tak terluka sedikit pun.
"Pandita, aku senang kamu kembali." Mecca menghambur kedalam pelukan Pandita dengan tangannya menggendong Harjun. Rengganis dan Pramudya tersenyum bahagia kerena putranya sangat tangguh tak terkalahkan.
"Aku akan kembali sayang." kata Pandita dan mengecup dahi Mecca. Lalu ia mengalihkan atensinya pada Pramudya dan Rengganis.
"Ayah, Bunda. Aku berhasil membunuh Tilan aku akan mengirimkan kepala Tilan pada Barata. Dan aku yakin jika Barata melihatnya ia akan kembali menyerang Castil kita. Sebaiknya ayah, bunda bawa Mecca dan Harjun ke istana peri saat ini juga sebelum Barata dan para siluman monyet itu kembali menyerang castil ini." kata Pandita.
Pramudya sedikit terkejut mendengar Pandita bisa membunuh Tilan. Siapapun tau jika Tilan adalah musuh yang sangat licin dan sulit untuk di bunuh.
"Baiklah nak, sebaiknya kamu antarkan kami ke istana peri, Bunda takut mereka mencegat perjalanan kami ke sana." kata Rengganis.
Pandita mengangguk setuju dengan rahang menggeretak.
"Baik bunda, aku akan mengantarkan kalian. sekarang sebaiknya kalian bersiap." pandita lalu beralih menatap Mecca. "Sayang, untuk sementara kalian bersembunyi dulu di istana peri ya. Aku akan tenang jika kalian berada disana. Kita bersiap sekarang juga." ajak Pandita. Mecca mengangguk paham dan mereka semua keluar dari kamar raja menuju kamar mereka.
Para dayang yang Pandita tugaskan mengemas kebutuhan Mecca dan Harjun sudah siap. Saat ini mereka akan membantu Mecca dan Harjun bersiap-siap.
"Dayang, bisa tinggalkan kami sebentar." kata Pandita.
Setelah dayang keluar kamar, Pandita mendekati Mecca yang akan memakai pakaian. Ia memegang kedua bahu Mecca yang mulus dan menciumnya.
"Mecca, tolong puaskan aku! Aku akan kembali berperang setelah mengantarkan kalian ke istana peri. Butuh waktu berhari-hari agar aku bisa menjatuhkan kerajaan siluman monyet itu. Aku sudah sangat lama menahannya Mecca. tolong berikan aku semangat." kata Pandita sambil menyentuh seluruh kulit Mecca yang berseri.
Mecca mengangguk setuju karena memang mereka sudah lama tidak melakukan penyatuan setelah Harjun lahir.
Ia ingin Pandita memiliki semangat saat menghadapi musuh di Medan perang nanti.
Tidak ada banyak waktu bagi mereka bermain-main, sehingga mereka melakukannya dengan cepat namun masih saling memuaskan.
.
Mereka saat ini sedang dalam perjalanan menuju istana peri.
Mereka menaiki satu kereta kencana yang sudah jelek karena tidak ingin terlalu mencolok yang akan membuat musuh curiga.
Perjalanan menuju istana peri sangat membuat mereka semua tegang. Karena mereka takut musuh mencegat mereka.
Tapi Pandita sudah mengantisipasi semuanya dari awal. Ia memerintahkan para prajuritnya untuk berjada di beberapa titik yang berada di perjalanan menuju istana peri. Pandita juga meminta Pandya yang mengendarai kereta kencana itu dengan mamakai pakaian seperti warga biasa.
jantung Rengganis bertalu-talu sejak mereka keluar dari Castil kristal. Ia sangat khawatir musuh akan menghadang mereka dan menculik Harjun dan Mecca. Ia mendekap Harjun erat di dalam pelukannya dan juga menggenggam tangan Mecca.
Saat sampai di persimpangan jalan menuju istana peri dan istana monyet. Pandya di hentikan oleh beberapa prajurit siluman monyet.
"Berhenti!" ujar salah satu prajurit siluman monyet.
Mereka yang berada di dalam kereta kencana panik bukan main. Pandita mengintip dari celah jendela dan melihat ada sekitar 10 lebih prajurit siluman monyet.
"Mau kemana ki sanak?" tanya prajurit itu pada Pandya dan juga Jigo yang mengendarai kereta itu.
"Kami ingin kepasar mengantarkan penumpang kami." jawab Pandya tenang.
Rengganis Pramudya dan juga Pandita menutupi wajah mereka dengan selendang agar para prajurit siluman monyet itu tidak melihat wajah mereka, sementara Mecca tidak karena mereka belum pernah melihat wajah Mecca.
"Buka tirai nya." perintah prajurit itu.
Pandita membuka tirai itu dan Mecca tersenyum menatap para prajurit itu.
"Maaf tuan, saya harus buru-buru ke pasar untuk membeli obat untuk keluarga saya yang terkena penyakit kulit. Penyakit ini sangat menular sehingga harus segera di obati." kata Mecca memohon.
prajurit itu melihat beberapa penumpang yang menutupi wajah mereka menggunakan selendang dan kembali menutup tirai nya.
"Sudah, silahkan pergi." kata nya.
Mecca menghela nafas lega ketika kereta nya kembali berjalan. Pandita dan lainnya membuka kembali penutup wajahnya dan mengintip ke luar.
Ia melihat para prajurit itu kembali menyetop kereta kencana yang berada di belakangnya. Kereta itu di naiki oleh dayang istana yang membawa keperluan mereka.
beberapa saat kemudian mereka sudah sampai di depan Istana peri. Mereka di sambut hangat oleh Teresa dan yang lainnya. Teresa mengambil alih Harjun dalam gendongan Rengganis.
Mereka masuk ke dalam istana peri yang sangat Indah.
Mecca di buat terkesima dengan istana itu. Di dalam istana itu terdapat air terjun berwarna tosca dan ada pantulan pelangi diatasnya.
Disana juga ia melihat beberapa tanaman bunga yang kelopaknya sangat indah. Ia benar-benar merasa seperti berada di dunia dongeng.
Karena melihat peri berterbangan diatas kelopak bunga berwarna warni.
aq kira lupa unk di lanjutkan hehehe
Bunga mawar 🌹 deh
please double update dunk Thor
aq ngasih mawar 🌹