NovelToon NovelToon
PEMILIK HATI TUAN MUDA MAFIA

PEMILIK HATI TUAN MUDA MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Gadis nakal / Identitas Tersembunyi / CEO / Mafia / Romansa / Iblis
Popularitas:54.1k
Nilai: 5
Nama Author: TriZa Cancer

"𝘽𝙧𝙚𝙣𝙜.. 𝙗𝙚𝙣𝙜.. 𝙗𝙚𝙣𝙜.. "
𝘼𝙙𝙪𝙝 𝙖𝙬𝙖𝙨... 𝙝𝙚𝙮𝙮𝙮... 𝙢𝙞𝙣𝙜𝙜𝙞𝙧.. 𝘼𝙡𝙖𝙢𝙖𝙠..

𝘽𝙧𝙪𝙠𝙠𝙠...

Thalia putri Dewantara gadis cantik, imut, berhidung mancung, bibir tipis dan mata hazel, harus mengalami kecelakaan tunggal menabrak gerbang, di hari pertamanya masuk sekolah.

Bagaimana kesialan dan kebarbaran Thalia di sekolah barunya, bisakah dia mendapat sahabat, atau kekasih, yuk di simak kisahnya.

karya Triza cancer.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon TriZa Cancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

NONA BOS

Athar menatap Thalia beberapa detik sebelum akhirnya menarik pergelangan tangan gadis itu pelan. “Udah, ayo,” ucapnya datar seperti biasa.

Thalia sempat melirik Blacky yang masih menggeram pelan seolah tak rela. “Baiklah, Blacky, sampai ketemu lagi, ya. Nanti Mami kenalin kamu sama si Moly.”

"Grrrrr... "

Blacky mengeluarkan suara rendah seperti protes, membuat beberapa anggota Golden Blood yang belum sepenuhnya bubar menahan tawa. Doni menunduk ke arah Dion sambil berbisik,“Mami, Papi gak tuh? Jadian aja belum, udah punya anak.”

Raka langsung menimpali dengan nada menggoda, “Fakta, Don. Makanya, Bos kalau suka tuh, ungkapin! Jangan dipendem kayak ubi.”ledek Raka menatap Athar.

Seketika Athar menghentikan langkahnya dan menatap mereka tajam. Hening...Empat sahabatnya langsung menegakkan badan, berusaha menahan tawa yang hampir pecah.

“Ngomong lagi, gue suruh tidur sama Blacky."ucap Athar datar tanpa ekspresi.

“Eittt...becanda kali bos..!” jawab mereka serempak, tapi begitu Athar dan Thalia menjauh, tawa mereka pecah pelan.

“Parah sih, Bos kita kalo udah kena Thalia langsung blank gitu,” bisik Rafi.

“Ya iyalah, udah jelas itu bukan sekadar suka, tapi denial tingkat dewa,” timpal Raka tertawa pelan.

Sementara itu, Thalia berjalan di samping Athar, mencuri pandang beberapa kali ke arahnya. Raut datar pria itu tetap tak berubah, tapi cara genggamannya terasa sedikit lebih erat dari biasanya, hangat, tapi menekan lembut.

Dalam hati Thalia bergumam, 'apa bener si tembok suka sama gue? Ah, gak mungkin deh... dia tuh dingin banget, mana mungkin suka sama cewek absurd kayak gue.'

Namun tanpa disadari, sudut bibir Athar terangkat tipis, seolah membaca isi kepala Thalia. “Jangan banyak mikir. Jantung lo udah berisik."katanya tanpa menoleh.

Thalia terdiam, wajahnya memanas. “Lo bisa denger jantung gue juga sekarang?”

Athar melirik sekilas, nada suaranya santai tapi dalam, “Kalau orangnya sepenting lo, iya.”

Thalia menghentikan langkahnya ketika Athar menarik pergelangan tangannya menuju tangga. “Mau ke mana lagi sih?” protesnya setengah malas.

“Ke kamar. Siap-siap sekolah,” jawab Athar datar tanpa menoleh.

Thalia mengerucutkan bibir. “Tapi gue gak bawa perlengkapan sekolah, tahu. Lo lupa ya, semalem gue habis kerja, terus lo culik gue ke sini.”

Namun, seperti biasa, Athar tidak menggubris. Langkahnya tetap tenang dan pasti, membuat Thalia mau tak mau mengikuti sambil mendengus kesal. Begitu pintu kamar terbuka, pandangan Thalia langsung tertuju pada beberapa paper bag besar yang tersusun rapi di atas ranjang.

“Eh… ini kan tas gue,” ucapnya bingung sambil menghampiri. Ia membuka satu tas dan menemukan seragam, buku, alat tulis, bahkan jaket favoritnya. “Lo ke mansion gue?” tanya Thalia sambil menatap Athar dengan curiga.

Athar menggeleng pelan. “Jeck,” jawabnya singkat.

Belum sempat Thalia merespons, ponselnya berdering nyaring. Saat melihat nama di layar, wajahnya langsung berubah, Mommy. Ia menatap Athar tajam, “Lo ngasih tau Mommy kalau gue di sini?”

Athar hanya mengangkat bahu, ekspresinya tetap datar. “Biar gak dikira lo hilang.”

Thalia mengangkat ponsel, dan begitu tersambung, terdengar suara lembut tapi menggoda dari seberang sana.

“Sayang...Mommy tadi denger dari tangan kanan pemimpin Golden blood, katanya kamu nginep di markas Golden Blood, ya?”

Thalia langsung menegakkan tubuh, “Iya Mommy! Tapi..Itu bukan kayak yang Mommy pikir!”

Namun suara di seberang malah terkekeh, “Iya, iya… Mommy gak mikir aneh-aneh kok. Tapi Daddy kamu nih..”

Suara Rian terdengar menyela dengan volume lebih tinggi, “Ingat ya, jangan tidur sekamar! Daddy gak mau punya cucu hasil kriditan..!”

“DADDY APAAN SIH?!” seru Thalia dengan wajah merah padam, sementara Athar di sebelahnya menahan tawa yang nyaris pecah, bibirnya naik tipis.

“Aduh, Mommy matiin dulu ya, nanti Daddy makin heboh,” ucap sang ibu tertawa kecil sebelum sambungan terputus.

Thalia menatap Athar dengan pandangan membunuh. “Lo puas, hah? Sekarang satu rumah tau gue nginep di sini!”

Athar menatapnya santai. “Lebih baik mereka tau dari gue, daripada tau dari gosip.”

“Gosip apaan?”

Athar menatapnya dalam, nada suaranya rendah tapi menggoda, “Kalau Golden Blood punya tamu cantik yang bilang pacar sang pemimpin, lo pikir gak bakal heboh?”

Wajah Thalia langsung memanas. “Lo tuh… tembok ngeselin, tahu gak!”

Athar hanya menatapnya datar, tapi sudut bibirnya lagi-lagi terangkat samar. “Tapi temboknya lo gak bisa jauhin.”

Dengan kesal menghentakan kakinya, Thalia berjalan ke arah kamar mandi, dan segera bersiap.

Setelah selesai bersiap dan memastikan semua perlengkapan sekolahnya lengkap di dalam tas, Thalia melirik jam di dinding kamar Athar. Masih pukul 05.30, berarti masih ada satu jam sebelum berangkat. Ia menghela napas lega.

“Lumayan, masih ada waktu buat ngisi perut,” gumamnya pelan sambil melangkah keluar kamar. Aroma maskulin kamar Athar masih terasa di hidungnya, membuat pipinya sedikit memanas tanpa alasan yang jelas.

Begitu menuruni tangga, suasana markas Golden Blood sudah ramai. Beberapa anggota berlalu-lalang membawa berkas, senjata, dan nampan minuman. Begitu melihat Thalia, hampir semua langsung menghentikan langkah dan menunduk sopan.

“Nona bos, ada yang bisa saya bantu?” tanya salah satu anggota dengan nada hormat.

Thalia menatapnya geli. “Nona bos? Aduh, panggil aja Thalia deh. Kaku banget dipanggil gitu.”

Pria itu tampak kikuk. “Tapi… maaf, nona. Anda kan kekasih tuan kami. Rasanya tidak sopan kalau memanggil nama begitu saja.”

Thalia mendengus pelan, menahan tawa. “Baiklah, terserah kalian deh. Yang penting jangan kayak robot gitu ngomongnya.”

Ia melangkah ke arah dapur, matanya berbinar melihat ruangan besar yang dipenuhi peralatan serba lengkap. “Wah, dapur markas mafia aja kalah sama hotel bintang lima,” lirihnya kagum.

Salah satu anggota perempuan mendekat, “Ada yang Anda butuhkan, nona?”

Thalia menoleh dengan senyum jahil. “Ada bahan makanan gak?”

“Lengkap, nona. Sebelah sini.”

Wanita itu membuka kulkas besar, menampilkan stok bahan segar sayur, daging, telur, bahkan seafood.

Thalia bersiul kecil. “Wah, kalau gini mah… gue masak sendiri aja.”

Anggota dapur yang lain langsung panik, “Eh, jangan, nona! Biar kami saja yang masak, Anda tunggu di ruang makan.”

Thalia mengibaskan tangan. “Gak usah. Gue bisa sendiri, santai aja.”

Ia mengambil celemek, mengikat rambutnya tinggi-tinggi, dan mulai mengambil bahan-bahan dengan cekatan. Beberapa anggota hanya bisa memandangi dengan kagum, jarang sekali ada orang berani menyentuh dapur markas, apalagi ini kekasih sang pemimpin.

Dengan gerakan lincah, Thalia memotong bawang, mengiris ayam, dan menyiapkan wajan. “Kayaknya nasi goreng ayam enak deh buat sarapan,” gumamnya.

Cahaya pagi menembus jendela besar, menyorot wajah cantik Thalia yang serius tapi santai. Rambutnya sedikit berantakan, tapi aura cerianya membuat seluruh dapur seperti hidup.

Beberapa anggota berbisik pelan, “Cantik banget ya kalau lagi masak…”

“Pantes bos jatuh hati…”

"Nona juga gak sombong ya padahal dia kekasih tuan muda.. "

"Iya.. Beruntung banget bos kita.. "

Thalia menoleh cepat, “Heh! Gue denger tuh!”

Mereka langsung diam seribu bahasa, sementara Thalia terkekeh kecil, “Tenang aja, gue gak gigit kok… asal gak ngelihatin gue terus kayak ayam kelaperan.”

Aroma harum tumisan bawang putih dan ayam yang disangrai dengan bumbu khas buatan Thalia menyebar cepat ke seluruh markas Golden Blood. Dari ruang kerja di lantai atas, Athar yang semula fokus menatap layar monitor tiba-tiba berhenti. Alisnya sedikit berkerut.

Wangi apa ini…? pikirnya dalam hati, lalu menghela napas dalam, aroma gurih yang menggoda benar-benar membuat perutnya bereaksi.

Sementara itu, di kamar anggita GB Doni langsung menoleh ke arah Dion.

“Lo cium sesuatu gak?”

Dion mengangguk cepat. “Cium tapi ini bukan bau ketek lo kan... Gila, ini sih wanginya kayak nasi goreng emak-emak legenda.”

“Kayaknya ada yang masak deh, siapa ya?” celetuk Raka sambil menelan ludah.

“Udah, ayo ke dapur, kita lihat siapa yang masak.!” seru Rafi, dan keempatnya langsung berlari kecil ke arah sumber aroma.

Namun saat mereka akan berbelok di koridor dapur, langkah mereka terhenti, karena dari arah berlawanan muncul Athar dengan wajah datar tapi mata yang jelas menunjukkan rasa penasaran.

“Bos lo juga cium, ya?” bisik Doni pelan.

Athar menatapnya tajam. “Gak.”

Tapi langkahnya cepat, menuju dapur.

Begitu pintu dapur terbuka, pemandangan yang mereka lihat membuat ruangan langsung hening.

Thalia sedang sibuk mengaduk wajan besar, rambutnya terikat tinggi, wajahnya sedikit berkeringat tapi tetap memancarkan pesona alami. Setiap gerakannya tampak luwes, seperti chef profesional.

“Wah, nona Thalia jago banget masak!” salah satu anggota berseru kagum.

"Kita kebagian gak ya..? "

"Pasti cuma masak buat bos..! "

"Khemmm... "

Suara seseorang membuat semua orang mendadak mundur satu langkah, Athar segera melangkah masuk. Keheningan langsung turun seperti perintah tak tertulis.

Mata Athar hanya terfokus pada satu sosok, Thalia.

Tanpa pikir panjang, ia berjalan mendekat dan tiba-tiba memeluk Thalia dari belakang.

Suara riuh langsung berubah jadi decakan kaget.

“Lagi apa, hem?” tanya Athar datar, tapi nada suaranya terdengar lembut di telinga Thalia.

“Eh..copot kodok lompat! Kaget tahu!..” Thalia refleks menjerit kecil, hampir menjatuhkan spatula. “Lo ngapain sih peluk-peluk! Awas, nanggung nih masakannya!”

Athar menunduk sedikit, suaranya rendah dan dingin, “Gue gak suka leher lo kelihatan.”

Thalia melotot. “Kalau gak digulung gini, gerah Athar!”

Athar tanpa ragu menjawab, “Gak akan gerah kalau ada gue.. "

Doni, Dion, Raka, dan Rafi yang masih berdiri di depan pintu langsung menatap satu sama lain dengan wajah campur geli dan iri.Raka mendesah. “Yaelah bos, kita dianggap patung kali. Berasa lagi liat adegan rumah tangga, istri masak, suami peluk dari belakang.”

Thalia mendengus kesal, “Udah, sana duduk. Mau nyobain masakan gue gak?”

Athar mengangguk santai. "Ya udah lepas dulu.. " Ucap Thalia di turuti Athar.

Akhirnya pelukan itu terurai, dan Thalia menghela napas panjang sambil mengaduk lagi nasi gorengnya.

Namun, tanpa sadar ia bergumam lirih, “Berasa jadi cewek murahan banget gue… dipeluk-peluk tanpa status, huh…”

Sialnya, gumaman itu masih terdengar jelas oleh Athar. Cowok itu menatapnya dari meja makan, bibirnya melengkung sedikit hampir seperti senyum.“Tanpa status, ya?” gumam Athar pelan

Dengan nada dalam, membuat Doni berbisik,

“Waduh, fix. Abis ini bakal ada status, tapi bukan di Facebook.”

Suasana dapur markas Golden Blood yang biasanya penuh aura tegang dan bau logam kini berubah jadi seperti rumah makan besar.

Puluhan anggota duduk rapi, masing-masing sudah memegang piring berisi nasi goreng buatan Thalia.

Aroma wangi gurih itu mengundang senyum dan rasa penasaran dari semua yang hadir.

“Silakan dimakan, ya,” ucap Thalia dengan nada ceria sambil membagikan piring terakhir.

“Terima kasih, nona Thalia!” seru para anggota kompak.

“Udah dibilang panggil Thalia aja,” sahutnya sambil cengengesan.

Namun dari ujung meja, Alexa hanya menatap dingin. Tangannya memegang sendok, tapi matanya menilai.“Alah… nasi goreng gini doang gue juga bisa,” lirihnya sinis, suaranya nyaris seperti bisikan.

Ela yang duduk di sampingnya langsung menyenggol pelan.“Udah makan aja, Lex…hargai dia yang udah bikin sarapan buat kita.”

Alexa mendengus, tapi tetap menyuapkan sesendok nasi goreng ke mulutnya.

Begitu nasi itu menyentuh lidah, matanya melebar.

Dan bukan cuma dia.

Semua anggota yang baru saja menyuap, terdiam. Tak ada suara selain denting sendok, bahkan Doni menjatuhkan sendoknya.

Thalia yang masih berdiri menatap mereka bingung.“Kenapa? Gak enak ya? Aduh, maaf banget ya kalau keasinan...”

Belum sempat ia melanjutkan ucapannya. Dion langsung berseru,“Gila! Ini enak banget! Serius, Lia, rasanya kayak nasi goreng restoran bintang lima!”

“Wah iya,” sambung Doni cepat, “Kok rasanya mirip banget sama nasi goreng Qresto ya?”

Ucapan itu langsung membuat Thalia tersedak.“Uhuk! Uhuk! Gak mungkin lah!” katanya sambil panik.

Athar yang sejak tadi memperhatikan langsung bergerak cepat, memberikan segelas air.

Tanpa pikir panjang, Thalia meminumnya hingga habis, pipinya memerah karena malu.

“Gak mungkin… resto itu kan terkenal, mana mungkin masakan gue bisa sama kayak masakan mereka,” ucapnya cengengesan berusaha menutupi.

Para anggota hanya mengangguk polos, tapi Athar berbeda. Tatapannya tajam dan penuh arti. Ia menatap Thalia lama, lalu bergumam dalam hati,

'Selain putri tunggal Rian Dewantara, pembunuh bayaran nomor satu, ternyata kau juga pemilik Qresto ya, My Queen. Apa lagi yang belum gue tahu tentang lo?'

Thalia yang merasakan tatapan intens itu mendongak.“Kenapa lo liatin gue gitu?” tanyanya heran.

Athar hanya menjawab datar, tapi nada suaranya dalam dan lembut,

“Cantik.”

Blusss...wajah Thalia langsung memerah.

Dia menunduk cepat, tangannya sibuk memainkan sendok padahal nasi goreng di piringnya belum disentuh lagi.

Melihat itu, Rafi langsung nyeletuk,

“Lo kepedesan ya, Lia? Mukanya merah banget tuh. Hati-hati, nanti disangka jatuh cinta sama bos,” godanya dengan nada jahil.

“Apaan sih, Raf!” seru Thalia refleks, tapi malah makin memerah.

Sementara itu, Athar hanya menatapnya datar dengan sudut bibir yang sedikit terangkat,

sebuah senyum tipis yang jarang sekali terlihat di wajah dinginnya.

1
Masitoh Itoh
sekarang udah jadian ni ye 💪💪💪
shenina
cielahh pacar ni...
thalia salting yaa gemeshh 🤭😁
Sribundanya Gifran
lanjut💪💪💪💪👍
Sribundanya Gifran
lanjut
Rahmat
mana"klau ada lia pasti heboh deh pak maman aja was"klau liax mendekat🤣ngakak woeyy
Masitoh Itoh
lanjut thor 💪💪
Asiih Imuet
lebih semangat lg, up nya yg bnyak💪💪
shenina
lawak bgt thalia sangat menghibur
TriZa Cancer: 🤭🤭🤭iya kak
total 1 replies
zhelfa_alfira
semangat up thor..suka gaya lia
TriZa Cancer: siap kak
total 1 replies
Rahmat
astaga authorx nguji kesabaran aku tapi tetap setia menunggu🫠
Rahmat: gak pa-apa thor kesaban ku itu seperti jaring laba-laba sdh tak setipis tissu😂🙏hahahaha
total 2 replies
Masitoh Itoh
talia suka senyum sendiri kalau ingat wajah athar
TriZa Cancer: iya kak
total 1 replies
Asiih Imuet
Kok Satu Aja, lg dong💪💪💪💪
Asiih Imuet: ayo up lg
total 2 replies
Reni Anjarwani
kocak bener thalia
TriZa Cancer: 🤭🤭🤭iya kak
total 1 replies
Riku _kio
menarik ceritanya
shenina
lanjutt dongg thoor
TriZa Cancer: aku udah up kak memarin cuma masih revisi,
total 1 replies
Masitoh Itoh
talia bisa saja ngerjai dua cowok kulkas super dingin athar dan adrian
TriZa Cancer: iya kak
total 1 replies
Asiih Imuet
kok Belom up😥😥😥😥😥
TriZa Cancer: udah up kemarin cuma belom ke update masih di revisi editor.
total 2 replies
Sur Yanti
lanjut Up thor, jangan lama2 ya thor
semangat 💪💪💪
TriZa Cancer: siap kak bentar ya
total 1 replies
Asiih Imuet
Kok cuma 1, lagi dong
sangat bikin perut kram, ngakak🤣🤣🤣
Asiih Imuet: mantap, yg banyak💪💪💪💪
total 2 replies
shenina
"Thalia" ata-lia
TriZa Cancer: bagus kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!