Aku Bukan Adikmu

SMA Langit.

Seolah peneror tidak bosan mengganggu Rio, selepas mendapat kartu pesan yang diberikan Bi Cucum, Rio kembali mendapat pesan dari nomor yang tidak dikenal. Isi pesannya kali ini membahas tentang alasan kenapa si pengirim memaksanya untuk bertemu di tempat yang ditentukan.

Kamu memang tidak penasaran alasan sebenarnya kamu di minta bekerja di rumah Indy?

Dahi Rio melipat. Sebenernya terlintas di pikiran pemuda itu tentang apa yang sebenarnya terjadi sehingga ia bisa bekerja di rumah Indy bahkan terasa seperti bukan bekerja. Bukankah terasa janggal jika semua ini disebut hanya kebetulan?

Walaupun Rio sepemikiran dengan si pengirim pesan yang sudah pasti pelakunya Junifer, Rio tetap tidak mencurigai atau memiliki niatan untuk menyelidiki Indy.

"Dimas, gue balik duluan." Pamit Rio setelah mereka selesai mengerjakan ujian. Per hari ini para siswa kelas dua belas menjalani ujian kelulusan.

"Tumben Yo buru-buru? emang kita gak nongkrong lagi di tempat biasa?"

Rio menggelengkan kepala. Rio berujar kepada Dimas bahwa dia memiliki urusan lain. Padahal sebenarnya Dimas ingin mengutarakan kalau yang dia selidiki tempo hari perihal ibunya Rio merupakan suatu kebenaran. Dia sudah mendapatkan evidence secara lengkap serta aktual tepercaya.

Jadi, seorang ibu yang dimaksud Dimas yang diklaim ibu kandung Rio namanya adalah Rosmalina. Rosma menikah dengan ayahnya Rio atas dasar suka sama suka. Latar belakang keduanya pun dari keluarga yang sederhana, maka tidak ada ketimpangan sosial yang mungkin terjadi.

Tetapi,

Ditengah perjalan berumah tangga, Rosma merasakan sesak karena hidup serba pas-pasan. Ekonominya lebih lemah ketimbang sebelum dirinya menikah. Karena himpitan tersebut, puncaknya ketika ia bertemu dengan seorang lelaki mapan, Rosma meninggalkan sang suami beserta Rio yang yang masih berusia dua tahun.

Rosmalina ini cantik. Dari hidung sampai dagu telah mewarisi wajah Rio. Tidak heran Rio memiliki wajah ganteng-ganteng imut yang memanjakan mata. Pada suatu kesempatan, Dimas pun blak-blakan mengatakan andai saja Rio perempuan, Dimas sudah cinta padanya. Yah namanya juga anak-anak, gampang sekali menggunakan kata cinta.

Eh, apa gue ikutin Rio aja ya? penasaran dia punya urusan apa kira-kira.

Dimas membuntuti Rio yang belum terlalu jauh. Tidak lama, Dimas melihat Rio dihadang seorang wanita. Dia memgenal wanita tersebut.

Mbak Junifer, ngapain dia ngalangin jalan Rio?

Terpantau Rio menyentak tangan Juni yang terulur mengusap pipinya. Rio refleks mundur dan berlalu mengabaikan kehadiran Junifer.

...****...

Agenda harian merujuk pada peninjauan kantor cabang Starqueen baru di kota K. Menolak terus-menerus untuk meleburkan Starqueen menjadi satu grup dengan Naga, mengharuskan Indy ekstra bekerja keras memajukan Starqueen dengan tangannya sendiri.

Perjalanan sudah hampir sampai. Sekitar tiga puluh menitan mereka akan tiba di lokasi. Selepas mengutak-atik laptop tipisnya, Indy kemudian memejamkan mata seraya bersandar pada jok.

Dug dug dug!

Dua orang berkendara motor tiba-tiba menggedor-gedor kaca mobil bagian pengemudi.

"Ada apa pak?" tanya Vena kepada pak supir. Indy membuka matanya.

"Tidak tahu Bu. Mereka bilang ban mobilnya kempes. Tapi sepertinya mereka orang jahat."

"Jalan terus saja, kalau mereka menghadang dengan tiba-tiba memotong di depan, terobos banting setir ke kanan jika perhitungan masih memungkinkan." Indy memberi instruksi. Sang supir terus melajukan mobil meskipun pengendara motor terus saja mengganggu.

Karena tidak digubris, akhirnya datang lagi sekawanan dari mereka. Mobil yang ditumpangi Indy tergiring menuju sebuah gang. Mereka lalu berhenti di gedung terbengkalai nan sepi.

Di sela-sela situasi yang genting Vena mencari mala bantuan lewat hp nya. Tapi tidak lama dari itu, gedoran semakin keras hingga memaksa sang supir untuk membukakan pintu.

Dalam hati Pak supir, apakah saat ini adalah hari terakhirnya? dengan bersusah payah menelan ludah, ia membuka pintu setelah kaca belakang mobil retak akibat keganasan mereka.

"Kita harus keluar dari sini juga Ven."

"Tidak Bu, di luar sangat berbahaya." Pak supir menyahut. Vena sependapat dengan Indy karena tetap berada di dalam mobil pun posisi mereka tidak aman.

"Iya Nona." Sahut Vena kepada Indy. "Kami ikut keluar saja pak." Seru Vena kepada pak supir.

Akhirnya mereka bertiga keluar dari mobil menghadapi situasi bahaya bersama-sama. Sebagai awal, pak supir ditarik kemudian di hajar oleh mereka. Sedangkan Indy dan Vena di tarik berpisah. Vena diikat di bungkam mulutnya. Sementara Indy masih di tarik-tarik hendak di eksekusi.

Brak!!

Rio datang menghantam orang yang menyakiti Indy menggunakan kayu hingga orang tesebut menjerit kesakitan. Melihat kawannya terkapar, yang lainnya datang mengeroyok Rio. Pertarungan satu lawan tujuh.

Bugh! bugh!

Trang!

Pukulan, tendangan, saling dilayangkan. Serangan bertubi-tubi mampu ditangkis Rio dengan baik. Gerakan pemuda tersebut sangat lincah hingga sulit untuk di tumbangkan. Kini giliran Rio yang menyerang mereka bersamaan.

Jrashh, tak, tak, bugh!

Jatuh semua tujuh orang yang melawan Rio. Indy ternganga melihat Rio berkelahi. Dia seperti menonton aktor laga favoritnya bertarung, Jet Li, di film Fist of Legend.

Sadar bahwa Rio tidak bisa diremehkan, salah satu dari mereka bangkit hanya untuk menjauh dari pemuda itu. Dia terseok-seok ke arah target utama.

Kemudian Rio diserang lagi oleh enam orang tersebut. Vena yang sudah mengerti situasi dimana musuh akan memanfaatkan orang yang di sayang, maka ia bersusah payah bergerak serabutan untuk meneriaki Indy agar segera kabur.

Indy mendengarnya. Ia lantas kabur mengamankan diri agar tidak menyusahkan Rio nantinya. Namun sesuatu tidak diinginkan terjadi. Indy tertangkap oleh orang itu.

Atensi Rio menjadi terbagi, "Indy!"

"YO JANGAN LENGAH. TENANG, KAK INDY GUE YANG JAGAIN!" Dimas datang bak pahlawan. Meskipun anak itu tidak bisa bertarung, Dimas memiliki banyak akal. Dia menggunakan slepetan batu untuk menyerang musuhnya.

"Hayo lo, jangan beraninya sama perempuan. Sini lawan slepetan gue. Dijamin benjut kepala lo!!! Hiyaaaa!"

Wush.. wush.. wush.

Pletak!

Satu orang yang menyergap Indy berhasil Dimas kerjai. Indy kini berlari ke arah Vena untuk membantu membuka ikatannya. Sementara kondisi pak supir tergeletak pingsan. Indy juga membantu memapahnya bersama Vena untuk dimasukkan ke dalam mobil.

"Eh eh eh jangan deket-deketin gue lo." Dimas berseru saat si musuh mulai geram dengan Dimas. Dimas mau tidak mau berlari menjauh. Melihat itu Rio langsung melempar tongkat kepada Dimas sebagai pertahanan diri. Orang-orang yang menyerang mereka kian bertambah.

"Buat apa Yo lo ngasih gue gala? gue gak bisa makenya. Kalau buat nyengget mangga gue bisa! kalau buat berantem yang ada gue kesodook."

Wush.. wush..

Dimas masih berusaha dengan selepetannya. Hingga akhirnya tanpa di sadari, ia memanjat pohon jambu lalu menyerang musuhnya dari atas. Melihat sang musuh ikutan manjat, Dimas panik seraya berteriak.

"Emaaak!! emaaak!!"

Keputusannya memanjat pohon telah salah.

.

.

Bersambung.