NovelToon NovelToon
Same But Different

Same But Different

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Teen School/College / Mengubah Takdir / Teman lama bertemu kembali / Trauma masa lalu / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Kanza Hann

Isya sadarkan diri dalam kondisi amnesia setelah mengalami kecelakaan ketika studi wisata. Amnesia itu membuat Isya lupa akan segala hal yang berkaitan dengan dirinya, bahkan banyak yang menilai jika kepribadiannya pun berubah. Hari demi hari ia jalani tanpa ingatan yang tersisa. Hingga pada suatu ketika Isya bertemu dengan beberapa orang yang merasa mengenalinya namun dengan identitas yang berbeda. Dan pada suatu hari ingatannya telah pulih.

Apa yang terjadi setelah Isya mendapatkan ingatannya kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kanza Hann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

027 : Harus Sadar Diri

Isya masih dibuat kepikiran dengan kotak hitam misterius tadi yang ia dapat dari Quin. Karena itu pula, ia jadi tidak memperhatikan arah jalannya dengan benar. Di pertigaan lorong Isya pun tanpa sengaja bertabrakan dengan seseorang.

Duaakk

"Awh... Maaf," sepertinya Isya menabrak siswa berbadan tinggi. Ia pun mendongak untuk melihat siapa yang ditabraknya. Ternyata orang itu adalah, "Daniel?"

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Daniel begitu ia tahu kalau Isya lah yang bertabrakan dengannya.

"O-oh iya, aku tidak apa-apa." jawab Isya dengan senyum. Nampaknya ia senang bisa melihat wajah Daniel saat ini.

Melihat wajah rupawan nan menawan Daniel, Isya merasa bersalah setelah teringat dengan kejadian kemarin di mana dia meninggalkan laki-laki itu begitu saja. "Oh iya... soal kejadian kemarin aku minta maaf karena pergi begitu saja tanpa memberitahumu lebih dulu, padahal kan kita sudah berjanji akan bertemu di UKS. Kamu pasti kecewa setelah sampai di sana dan aku tidak ada."

"Oh nggak apa-apa kok! Lagipula kemarin waktunya sudah sore banget dan mungkin aku terlalu lama mengembalikan bukunya, jadi kamu pulang lebih dulu. Iya kan?" jelas Daniel berbohong. Padahal kemarin Daniel teramat kecewa ketika Isya sudah pergi begitu dia datang ke UKS. Bahkan sampai di rumah pun ia masih kepikiran akan hal itu. Daniel menyangkal perasaannya sendiri supaya Isya tidak jadi kepikiran juga.

"Iya, benar. Kemarin pacarku datang ke UKS dan mengajakku pulang karena hari semakin sore. Takutnya nanti kalau aku pulang terlambat pasti ibuku khawatir." Isya menjelaskan alasan kemarin dia meninggalkan Daniel lebih dulu.

"Pacarmu?" Daniel jadi penasaran dengan pacar dari gadis itu.

"Iya, pacarku. Namanya Haikal, dia satu tingkat lebih tua dariku dan dia siswa di kelas 3-1." jelas Isya disertai dengan senyum kepolosan.

"Aaa... begitu rupanya," respon Daniel sembari manggut-manggut. Dalam hati ia kembali kecewa ketika melihat gadis itu dengan gsenang memberitahu mengenai pacarnya. "Aduh Niel... sebenarnya apa sih yang kamu harapkan dari dia! Sadarlah dia itu bukanlah Ella!" Daniel mencoba menyadarkan dirinya sendiri dalam batin.

Isya jadi bingung dengan Daniel yang mendadak melamun. Terlihat jelas tatapan laki-laki itu mulai kosong. "Hei! Kok jadi melamun? Mikirin apa sih?" Isya melambai-lambaikan tangannya tepat di depan wajah Daniel.

Lamunan Daniel pun berhasil dibuyarkan oleh suara serta lambaian tangan Isya. Hal itu sama persis seperti apa yang sering Ella lakukan ketika memergoki isi pikirannya sedang kosong. Teringat akan hal itu, membuat Daniel refleks mundur beberapa langkah. Isi pikirannya jadi kacau ketika berhadapan dengan Isya yang dipenuhi oleh bayang-bayang dari Ella.

"Daniel... are you okay?" Isya jadi semakin penasaran dengan tingkat Daniel yang sekarang terlihat seperti ketakutan begitu melihatnya. Tidak ada jawaban dari Daniel, lalu Isya bertanya lagi untuk memastikan keadaannya. "Apa kamu sedang sakit?"

"Ti-tidak. Mungkin aku hanya lelah saja." Daniel kembali menyangkal sembari menunduk dan menggaruk kepala meski tidak terasa gatal. Dari situ dia melihat sesuatu yang membuatnya agak lebih mendingan. "Bukankah itu gantungan kunci yang aku belikan?" Daniel menunjuk sebuah benda yang tergantung di tas Isya sebagai hiasan.

"Ah iya, kamu benar." jawab Isya dengan agak tersipu.

"Aku senang akhirnya kamu mau menerima dan memakainya," ujar Daniel dengan tersenyum lebar.

"Dari awal aku sangat menyukai gantungan kunci ini. Sekali lagi terima kasih." entah kenapa perasaan aneh dalam diri Isya kembali muncul. Jujur ia semakin dibuat tersipu dengan perlakuan Daniel padanya. Terkadang saat berjumpa dia, Isya jadi lupa bahwa ia sudah memiliki pacar. Tentu saja perasaan aneh ini tidak bisa dibiarkan terlalu lama karena Isya masih ada hati untuk ia jaga.

Kebetulan saat itu Haikal lewat dan mendapati pacarnya tengah mengobrol bersama dengan seorang siswa, "Syaaa..." panggil Haikal sembari melambaikan tangan kepada kekasihnya.

Isya menengok ke arah sumber suara. Ia tersenyum senang begitu melihat wajah tampan pacarnya yang tengah berdiri di seberang sana. "Ah, Haikal!" melihat Haikal sudah datang, Isya pun pamit untuk segera pergi menghampirinya. "Aku pergi dulu! Sampai jumpa lagi besok!" Isya melangkah menjauh dari Daniel untuk pergi menghampiri Haikal.

Daniel hanya bisa melihat dan tidak bisa berbuat apa-apa. Ia harus sadar bahwa dia tidak memiliki hak untuk menahan gadis itu bertemu pacarnya. Dalam hati, ia masih ingin Isya untuk tetap berada di dekatnya. Daniel masih terpaku dalam posisi berdirinya saat ini, bahkan ia tetap bergeming meski orang-orang kian berlalu lalang di sekitar.

***

Malam hari, Bella menyempatkan diri untuk pergi ke ruang kerja ayahnya. Dari awal dia sudah berniat memberitahu Pak Hendri mengenai suatu hal mencurigakan di sekolah barunya.

Krieeett...

Suara pintu yang dibuka oleh Bella. "Ayah ada di dalam kah?" Bella belum berani masuk sebelum dia memastikan apakah pemilik ruangan ada di dalamnya.

"Iya, ada apa?" jawab Pak Hendri.

Bella langsung menampakkan diri menghadap ayahnya. Saat ia masuk, Pak Hendri nampak sedang santai mambaca majalah di sofa. "Apa ayah sedang sibuk? Ada hal yang ingin aku bicarakan sebentar!"

"Ayah tidak sibuk. Memangnya ada apa?" beliau meletakkan majalah di atas meja untuk sejenak mendengarkan keluh kesah putrinya.

Setelah Pak Hendri bersedia untuk mendengarkan kali ini, Bella pun memberanikan diri untuk mulai bercerita. "Begini ayah... di sekolah baru tadi aku bertemu dengan seorang siswi yang wajahnya sangat mirip dengan Ella dan aku berada di kelas yang sama dengannya."

"Terus?" Pak Hendri menyikapinya dengan dengin seolah tidak ada prasangka buruk yang mungkin terjadi di kemudian hari. Sebenarnya, beliau mulai merasa ada yang tidak beres dengan Bella. Hanya saja firasat itu belum dia perlihatkan secara terang-terangan.

"Bagaimana jika siswi itu adalah Ella? Ella memang sudah meninggal, tapi siswi itu wajahnya benar-benar mirip dengannya, ayah! Aku takut jika itu akan menggangguku." mendadak Bella langsung mengatakan masalah utama yang mengganggunya di sekolah baru.

Sontak Pak Hendri mengernyitkan dahi. "Mustahil orang yang sudah meninggal hidup kembali! Mungkin saja mereka hanya terlihat mirip. Apa kamu sudah memastikan siapa dia terlebih dulu?"

"Iya. Tapi, identitasnya bukan Ella, melainkan orang lain." Bella mulai ragu akan pendapatnya sendiri. "Tapi, ayah... dia benar-benar sama persis seperti Ella!" Bella sungguh tertekan dengan keberadaan siswa yang berwajah sama seperti korban bullyingnya.

Di saat putrinya sedang merasa cemas bukannya menenangkan, Pak Hendri malah menganggapnya dengan kemungkinan sepele. "Sepertinya kamu banyak berkhayal akhir-akhir ini! Apakah kamu merasa begitu bersalah hingga sosok gadis itu menghantuimu?"

"Ti-tidak ayah, hanya saja itu..." ucapan Bella terpotong.

"Berhentilah berhalusinasi dan fokus saja pada belajarmu! Jangan sampai keberadaan gadis itu mengganggu konsentrasimu! Jika faktanya identitas mereka berbeda, anggap saja mereka hanya sebatas mirip dalam penampilan. Kamu paham kan maksud ayah?"

Bella masih bersikukuh dengan kecurigaannya, sehingga dia masih menyangkal ucapan ayahnya. "Tapi, ayah..."

"Tidak ada kata tapi! Abaikan saja kecurigaanmu itu. Anggap saja seolah kalian baru saling kenal di sana! Ingat, jangan sampai kamu melakukan hal memalukan seperti sebelumnya! Juga jangan berusaha menggali informasi atau mengusiknya, jika tidak ingin dirimu yang sebenarnya terungkap!"

Bella hanya bisa mengepalkan tangan erat-erat. Jika tahu akan seperti ini, harusnya dari awal dia tidak memberitahu ayahnya. Sama seperti biasa, bahkan dari dulu keluh kesahnya tidak pernah didengar ataupun mendapat solusi begitu ia cerita. Terlihat awalan saja Pak Hendri tertarik untuk mendengarkan, namun pada akhirnya beliau hanya akan menganggapnya sepele dan membiarkan begitu saja.

Sikap dingin Pak Hendri dalam penglihatan putrinya nampak seperti ketidakpedulian seorang ayah kepada anak. Ia pun berniat untuk kembali melakukan apa yang dia suka. "Jika ayah terus bersikap seperti ini, maka aku akan berbuat semauku sampai ayah nanti kembali melihatku!" batin Bella.

1
Anonymous
keren
Wy Ky
.
Protocetus
izin promote ya thor bola kok dalam saku
F.T Zira
like sub dan 🌹 untukmu kak Thor🫰🫰
F.T Zira
aku ninggalin jejak di chapter 1 dulu ya kak.. nanti baca secara berkala...

-One Step Closer-
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!