Niat hati ingin merayakan ulangtahun bersama kekasihnya yang baru kembali dari luar negeri, Alice malah memergokinya sedang berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.
Alice yang kecewa memutuskan hubungan mereka secara sepihak dan berniat balas dendam pada kekasihnya itu.
Tanpa sengaja, Alice dipertemukan dengan Arthur CEO di tempat kerjanya yang baru yang ternyata adalah sepupu jauhnya.
Alice terpaksa meminta bantuan Arthur dengan satu syarat, Alice harus mau menjadi wanitanya.
Akankah Alice menyetujui permintaan gila Arthur demi membalas dendam pada mantan kekasihnya? Ataukah malah terjerat dengan pesona Arthur?
Usahakan jangan nabung bab ya... terima kasih...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meyda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 27
“Berhenti disana Ar, atau aku tidak akan segan-segan untuk berteriak sekencang mungkin!”
Alice memundurkan langkahnya, berusaha untuk menghindari Arthur yang semakin mendekat. Tapi, sepertinya Arthur sama sekali tidak mau mendengarkan ucapannya.
“Arthur! Apa kamu tuli hah?!” Alice berteriak dengan lantang. “Kubilang jangan mendekat!” Ia sudah tidak bisa lagi menahan amarahnya.
Bukan Arthur namanya jika mendengarkan ucapan Alice. Hingga apa yang Arthur lakukan, membuat Alice tercengang dengan mulut menganga lebar.
“Jangan tinggalkan aku dan memilih Kaisar...” Arthur memeluk Alice lalu membenamkan kepalanya di dada wanita itu dan menangis seperti sejadi-jadinya seperti anak kecil.
“Kamu kenapa malah menangis dan—”
“Maaf. Maafkan aku karena sudah kasar padamu. Kumohon jangan memilih Kaisar dan pergi meninggalkan aku sendirian. Aku sudah terbiasa bersamamu. Kalau kamu pergi, aku tidak punya siapa-siapa lagi.”
Alice menepis tangan Artur yang sejak tadi bergelayut di lengannya juga mendorong kepalanya agar menjauh. “Apa masa lalunya begitu sulit?” gumam Alice dalam hati.
“Kenapa kamu diam? Jawab aku!”
“Sudah aku katakan tadi, kalau aku dan Kaisar tidak memilihi hubungan apapun. Bagaimana bisa aku memilihnya?” jawab Alice seraya duduk di sofa, melewati Arthur begitu saja.
“Tapi kalian terlihat dekat tadi, jadi aku pikir kalau kalian memiliki hubungan spesial.” Arthur ikut duduk di samping Alice, menatap wajah wanita yang berada di sampingnya dengan perasaan khawatir.
Takut kalau Alice benar-benar pergi bersama Kaisar.
“Sudahlah itu tidak penting sekarang! Aku masih tetap dengan keputusan awal, mengundurkan diri dari kantor ini!”
“Tidak boleh!” pekik Arthur.
Alice memutar bola mata dengan malas. Lagi-lagi, Arthur bersikap seperti anak kecil, sama seperti saat Alice melihatnya menangis di pemakaman waktu itu.
“Mau kamu sebenernya itu apa sih, Ar?! Kamu bilang aku wanita murahan, tapi sekarang kamu malah menahan ku dan tidak mengizinkan aku pergi. Kamu waras?!”
Kalimat yang terlontar dari bibir Alice membuat Arthur menutup mulutnya rapat-rapat. Ia tidak bisa memberikan alasan yang tepat kenapa masih menahan Alice.
“Kalau kamu khawatir pada hutang yang aku pinjam. Bukankah aku bilang tadi akan membayarnya meski harus mencicil?”
“Aku tidak butuh uang itu,” sahut Arthur.
“Oh aku tahu, mungkin selama ini kamu menginginkan sesuatu dariku.” Alice merebahkan tubuhnya dengan posisi terlentang.
“Apa yang kamu lakukan?” ucapnya seraya memalingkan wajah karena malu melihat tingkah Alice yang tiba-tiba berpose begitu menggoda.
Bukankah tadi Arthur yang mengancam Alice akan menghabiskan siang ini dengan bermandikan keringat. Tapi, kenapa sekarang nyalinya menciut saat melihat Alice yang seperti ini?
“Silahkan, kamu bisa melakukannya sekarang. Aku sudah siap.”
“Melakukan apa maksudmu?” tanya Arthur dengan bingung.
Semua yang Arthur katakan tadi hanya untuk mengancam Alice saja. Yang sesungguhnya, ia sangat bodoh dalam urusan ranjang.
“Mencoba membuktikan, apakah gadis yang berada di depanmu ini masih perawan atau tidak,” kata Alice.
Tangan Arthur terkepal erat. Ia membuang nafasnya kasar dan mencoba untuk tidak terpancing emosi.
“Cepat lakukan sekarang! Apa yang sedang kamu tunggu?” Alice menarik pergelangan tangan Arthur hingga pria itu jatuh di atasnya.
“Bukankah kamu ingin tahu apakah aku ini jala ng murahan atau bukan? Wanita yang kamu tuduh menjual tubuhnya pada banyak pria hanya demi uang.”
Alice mulai melepaskan satu persatu kancing kemejanya, hingga terlihatlah dalaman berwarna hitam yang menutupi aset miliknya.
Namun, belum sempat Alice membuka kancing terakhirnya, Arthur sudah terlebih dulu menahan kedua tangan Alice dan menatapnya dalam.
“Cukup! Jangan menunjukkan lagi yang seperti ini padaku!” Arthur memang menyukai Cleo sejak kecil, tapi bukan berarti dia akan memaksakan perasaanya pada wanita itu.
“Apa kamu lupa kalau aku wanitamu? Bukankah ini semua kemauan kamu, menjadikan aku seperti simpanan agar kamu bisa menikmati tubuhku sepuasnya?” Alice membisikkan kata-kata tersebut tepat di telinga Arthur. Membuat pria itu semakin geram dan meremat jari-jari tangannya sendiri.
“Berhenti bicara seperti itu atau aku akan—”
“Akan apa, hum? Mencium ku atau mengusirku?” sahut Alice dengan begitu entengnya. Kedua lengannya sudah melingkar di pundak.
Arthur terdiam mematung. Enggan menanggapi ucapan Alice. Karena saat ini, Arthur sedang berusaha menahan untuk tidak menyentuhnya.
******
*****
Kayla, sudah berada di depan pintu gerbang sekolah dan sedang mencoba menghubungi Alice—kakaknya.
Namun, sejak tadi panggilannya sama sekali tidak diangkat. Entah kemana kakaknya itu pergi beberapa hari ini tanpa memberinya kabar sama sekali.
Padahal, dirinya lah yang menghilang dan susah dihubungi oleh Alice. Menghilang tiba-tiba lalu membuatnya khawatir.
Ya, meski sebenarnya mereka bukan saudara kandung karena Alice dan Kayla sama-sama dibesarkan di sebuah panti asuhan.
“Gue harus balik ke panti lagi dong?” gumamnya menatap layar ponsel dimana waktu sudah menunjukan pukul tiga sore.
Kayla pulang lebih awal dari biasanya karena tidak ada pelajaran tambahan hari ini.
“Lo mau gue enter?” tanya seorang pria yang saat ini sudah berdiri di samping gadis itu.
Tahu siapa yang ada di sampingnya, Kayla memilih diam dan mengabaikannya begitu saja.
“Maafin gue. Jangan diemin gue gini.” Kenan menarik pergelangan tangan Kayla, bermaksud menghentikan langkah gadis itu agar tidak menghindarinya lagi dan lagi.
“Lo boleh pukul gue, tampar gue, Kay. Asalkan lo mau maafin gue.”
“Gue udah lupain semuanya. Dan anggap kita nggak pernah bertemu.” Kayla menepis tangan Kenan dan kembali berjalan. Tatapannya tertuju pada sosok pria pujaan hatinya. “Pak, Kai...”
Langkahnya terhenti saat melihat Kaisar yang hendak masuk ke dalam mobil namun tiba-tiba tangannya ditahan oleh seorang wanita.
“Pak Kaisar, bisa kita bicara sebentar?” tanya wanita yang tak lain adalah wali kelas Kayla.
“Ya, silahkan,” jawan Kaisar singkat tanpa menoleh sedikitpun ke arah wanita itu. Karena Kaisar tahu, wanita yang ada hadapannya saat ini memiliki perasaan terpendam untuknya.
Dan dugaannya tidak meleset sedikitpun. Wanita itu mengajak Kaisar makan malam. Dan kebetulan malam ini adalah malam minggu.
“Apa Bapak mau?” tanya wanita itu dengan begitu bersemangat. Ia yakin kalau usahanya kali ini untuk merayu Kaisar akan berhasil.
Lihat saja dandannya begitu menor dan mirip seperti ondel-ondel. Juga pakaiannya yang seksi, membuat Kaisar mengerutkan kening.
Untung saja tidak murid-murid nya sudah pulang sejak tadi, jadi mereka tak sempat melihat dandanan menggelikan gurunya satu ini.
“Berdua saja?” Kaisar balik bertanya.
“Tidak Pak, sebenarnya kita akan makan dengan guru-guru yang lain. Hanya aja saya ingin kita pergi lebih dulu sebelum mereka sampai di sana.” jawab wanita itu mengedipkan mata, menggoda Kaisar.
“Maaf sebelumnya, saya sibuk Miss.” Kaisar hendak membuka pintu mobilnya, namun lagi-lagi terhenti saat melihat wanita itu berteriak kesakitan.
Dan benar saja, Kaisar langsung berlari ke arahnya dan memapah wanita untuk duduk di salah satu bangku yang ada di dekat tempat parkir.
“Anda baik-baik saja?” tanya Kaisar melihat ke bawah, dimana sepatu hak tinggi milik rekan gurunya itu patah. “Lain kali jangan pakai sepatu hak tinggi lagi.” dengan perlahan Kaisar melepaskan sepatu itu dan memijat kakinya dengan hati-hati.
Perhatian kecil yang Kaisar tunjukkan membuat wanita itu semakin mengangumi sosoknya. Image casanova yang melekat pada diri Kaisar sesaat luntur entah kemana.
“Lain kali hati-hati.” Kaisar beranjak dan merapikan kemejanya.
“Anda mau kemana? Bisakah anda membantu saya?”
Kaisar menoleh ke kanan dan ke kiri. Kebetulan ia melihat Kenan sedang berdiri bersama Kayla. Ia langsung berteriak, memanggil adiknya itu.
“Antar dia pulang. Aku sibuk hari ini. Ada meeting juga pertemuan dengan beberapa kolega bisnis daddy.” Kaisar berbisik lirih pada Kenan.
“Tapi bang, gue mau nganter Kayla pulang,” ucap Kenan seraya menunjuk ke arah Kayla yang masih berdiri di depan pintu gerbang.
Jadi, mau tidak mau Kenan menolak perintah abangnya.
“Gue nggak peduli! Antar wanita gatal itu sekarang atau nilai matematika lo gue bikin hancur!” Ia lalu melirik Kayla. “Soal Kayla, biar jadi urusan gue!”
Ancaman Kaisar berhasil membuat Kenan ketar-ketir. Kalau nilai matematika nya hancur, bisa dipastikan kedua orangtuanya akan sangat marah dan kembali menyuruh Kenan untuk less private.
“Shit! Apes banget nasib gue punya abang model dia.” gumam Kenan dalam hati, apalagi saat mobil Kaisar menghampiri Kayla.
Ada sesuatu yang membuat dirinya merasa kesal.
“Kenapa jadi nyesek gini ya, liat cewek yang kita suka jalan sama abang sendiri.” Kenan menyentuh dadanya yang sesak, melihat Kayla yang ternyata lebih memilih menerima tawaran Kaisar untuk mengantar gadis itu pulang. “Masa iya saingan gue abang sendiri?” gumamnya.
Mohon maaf jika karakter di novel ini tidak sesuai dengan keinginan kalian. Anggap sebagai hiburan aja ya, karena setiap buat novel aku nggak kasih pembelajaran apapun di dalamnya, jadi jangan ditiru hehe...
Visual Kaisar
Visual Kayla