NovelToon NovelToon
PAIJO, GIGOLO MENCARI CINTA

PAIJO, GIGOLO MENCARI CINTA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Dikelilingi wanita cantik / Mengubah Takdir / Kebangkitan pecundang / Harem
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: CACING ALASKA

Paijo, pria kampung yang hidupnya berubah setelah mengadu nasib ke Jakarta.

Senjata andalannya adalah Alvarez.

***

Sedikit bocoran, Paijo hidupnya mesakke kek pemeran utama di sinetron jam lima.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CACING ALASKA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

05. Alvarez, Senjata Andalan Paijo

Jakarta baru jam tujuh. Tapi bagi Paijo, ini bukan jam sarapan, ini jam beraksi!

Dia berdiri di depan rumah Madam Vivi, wanita paruh baya dengan semangat bak gadis TikTok yang baru viral. Rumahnya besar, aroma aromaterapi menguar dari jendela, dan deretan tanaman palsu berjejer rapi seperti pasukan penyambut tamu.

Gerbang terbuka.

“Alvarez sayaaang~ Tante udah panasss…”

Itu dia.

Sosok legendaris. Madam Vivi.

Dengan daster transparan warna peach, bulu mata seperti sayap kelelawar, dan high heels warna emas yang menantang hukum gravitasi. Di tangan kirinya, ada gelas wine. Padahal baru jam tujuh pagi.

Pemanasan dengan Gaya Madam Vivi adalah sesuatu yang sudah biasa untuk Paijo.

“Masuk, masuk... Tante udah nyiapin minyak esensial dari Bali dan lilin dari Paris. Hari ini, Tante pengen sesi full energy-charging ya~”

Paijo senyum miring. Dia tahu maksudnya.

Dia berjalan ke kamar mewah yang lebih mirip set shooting sinetron kolosal. Lampu temaram, tirai merah marun, kasur super king size yang kayak kapal Titanic.

Lalu Madam Vivi mulai ritualnya. Berbaring sambil meletakkan batu giok di dahinya dan berkata,

“Alvarez… waktunya kamu hadirkan energi bumi.”

Yang dimaksud “Alvarez” di sini... bukan Paijo secara keseluruhan.

Melainkan “Alvarez kecil”, nama panggilan khusus yang diberikan Madam Vivi untuk senjata andalan Paijo. Iya, kamu paham!

Bagi Paijo, ini bukan cuma pekerjaan. Ini seni.

Ia tidak cuma memberi layanan jasmani, tapi juga pengalaman batin.

Madam Vivi berkali-kali menghela napas dramatis saat menerima energi yang diberikan oleh Alvarez di dalam sana. Tangannya menjambak bantal seperti sedang kesurupan di sinetron. Ini lah yang disebut aksi Sang Maestro — Alvarez.

“Aduh, Alvarez! Kamu bukan manusia… kamu titisan dewa cinta zaman Majapahit!!”

Paijo tetap profesional. Kadang melempar senyum, kadang berkata sok cool, “Tenang, Madam. Ini baru pemanasan. Alvarez belum pakai jurus Naga Terbang.”

Dan benar saja…

Setelah 90 menit yang intens dan absurd, Madam Vivi terbaring lemas seperti daun selada habis ditumis.

“Tante... pusing... tapi puas. Aku nggak bisa hidup tanpa kamu, Alvarez…”

Paijo ambil handuk kecil, sambil nyengir dan menyahut, “Alvarez juga cinta kok, Madam. Tapi cinta yang bisa dibooking.”

Setelah selesai, Madam Vivi bersandar di bathup mini sambil menyeruput jus semangka, masih mengenakan penutup mata satin dan roll rambut.

“Kamu tahu, Alvarez? Kamu beda dari gigolo lain. Kamu punya sentuhan, punya ritme. Kamu seperti Mozart... tapi di kasur.”

Paijo tertawa kecil, lalu melirik dompet Madam Vivi yang tebalnya bisa buat DP rumah subsidi.

“Saya memang main musik, Madam. Tapi alat musiknya satu… dan hanya dimainkan kalau harga cocok," ujarnya.

Sebelum pulang, Madam Vivi menyodorkan amplop putih dan bonus satu jam tambahan untuk minggu depan.

“Oh ya, nanti malam tante ada arisan, bawa Alvarez ya. Tante mau pamer.”

“Mau pamer aku, atau Alvarez-nya, nih?”

“Dua-duanya dong! Tante mau jadi pembicaraan. Ibarat mobil, kamu itu Alphard limited edition, sayang…” ucap Madam Vivi bergaya centil kayak kucing betina ketemu pejantan.

Dalam perjalanan pulang dengan menggunakan Taksi Online, Paijo termenung.

Di satu sisi, dompetnya tebal.

Di sisi lain, hatinya kosong.

“Aku bisa buat wanita tertawa, menjerit, bahkan nangis bahagia... tapi kenapa aku sendiri malah makin sepi?”

Ia melirik celana dalamnya, lalu berkata lirih,

“Maaf, Alvarez. Kita udah bikin orang bahagia, tapi kita masih belum bahagia…”

Sopir taksi menoleh lewat kaca spion.

“Mas ngomong sama siapa, ya?”

“Ah, enggak, Bang. Ngobrol sama... temen," Paijo cuma nyengir kayak kebo di sawah.

****************

Hari itu Jakarta lagi manja—mendung dikit, angin sepoi-sepoi, dan jalanan gak macet-macet amat.

Paijo baru selesai “job pagi” bareng klien tetap, Madam Vivi, si pecinta Alvarez kecil.

Baru mau rebahan di apartemen, HP-nya bunyi.

📱 Suzy:

Mas Paijo, kamu sibuk nggak? Aku lagi pengin keluar, tapi nggak enak sendiri. Bisa temenin, nggak?

Paijo langsung duduk tegak.

Gak tau kenapa, tapi tiap nama Suzy muncul, dia selalu reflek pengin mandi, nyisir, nyemprot parfum mahal.

Bukan buat kerja. Buat tampil rapi aja... di depan seseorang yang bikin jantungnya lari-lari kecil.

📱 Paijo:

Bisa, dong. Mau jemput kamu di mana?

📱 Suzy:

Aku di depan kampus. Pakai baju item, rambut dikuncir. Jangan salah ambil ya, Mas. Hehe.

Paijo nyetir Alphard hitam mengilap, mobil itu minjem dari kliennya juga, tapi siapa yang tahu. Dia turun dari mobil dengan senyum terbaiknya ketika sampai di kampus.

Suzy berdiri di pinggir trotoar, simpel banget. Kemeja putih longgar, celana kulot, tas kanvas isi buku-buku tebal. Tapi... mata Paijo gak bisa bohong.

"Cantik banget, ya lord... Padahal nggak menor, tapi sejuk banget dilihat."

Suzy masuk mobil, duduk santai sambil ngelirik Paijo dari kaca spion.

"Mas Paijo wangi banget, ya. Mau jalan bareng aku atau iklan parfum?"

Paijo ketawa gugup, "Eh… yang penting kan kamu senang, Mbak."

Suzy gak minta ke restoran mahal. Malah ngajak makan di warung bakso langganan mahasiswa di belakang kampus. Ngobrol di warung bakso aja udah terasa nyaman banget.

"Aku tuh udah kangen makan bakso di sini. Enak, murah, banyak. Mas pernah coba belum?"

Paijo mengangguk padahal belum. Biasanya dia makan di restoran Jepang yang menunya ditulis miring semua.

Mereka duduk di bangku kayu panjang. Suzy pesen dua mangkok bakso, es jeruk dua, dan gorengan seplastik. Paijo baru mau bayar, tapi Suzy tahan tangannya.

"Aku yang traktir ya, kali ini. Mas udah jemput aku, gantian dong."

Paijo bengong. Baru kali ini. Biasanya dia cuma sama klien, dia yang dibayar, bukan ditraktir.

"Mbak Suzy beda."

Setelah makan, mereka jalan kaki. Jalan-jalan aja tanpa tujuan pasti. Masuk toko buku bekas, mampir ke toko aksesori handmade, liat-liat barang lucu tanpa niat beli. Di sebuah lapak kecil, Suzy nunjuk gelang dari benang warna-warni.

"Mas Paijo, lucu banget ini. Cocok gak buat aku?"

"Cocok banget. Tapi yang lebih lucu itu... kamu."

Suzy melotot dikit.

"Mas jangan gombal, nanti aku ilfeel."

Paijo ngakak. Tapi dalam hati...

Kalau kamu tahu isi hati aku, kamu pasti tahu itu bukan gombal, Su.

Senja di Taman Kota. Sehabis lelah berkeliling, Paijo bersama Suzy duduk di taman, di bawah pohon besar. Angin semilir, suara burung sore, dan sesekali bunyi klakson dari jalan raya yang gak jauh.

Suzy ngeluarin buku dari tasnya.

"Aku sering ke sini sendiri. Kalau capek belajar, aku baca di sini. Tapi hari ini beda. Senangnya bisa ajak mas duduk bareng." Suzy tersenyum manis. Manis seperti gula Jawa kesukaan Paijo.

Paijo diem. Hatinya anget. Sehangat bakwan baru diangkat Mbok Sarni tapi kena udara dingin kampung.

"Mbak Suzy tuh beda. Biasanya orang nyari saya buat sesuatu yang lain. Tapi Mbak Suzy malah ngajak saya jalan, ngobrol, makan... kayak saya ini manusia biasa, bukan barang."

Suzy menatap Paijo lama. Lalu senyum. Lembut. Tulen.

"Karena Mas Paijo emang manusia biasa, kan? Bukan alat. Bukan boneka. Aku tahu kok, di balik semua yang kelihatan keren dan dewasa... Mas Paijo juga capek, kan?"

Deg.

Paijo gak bisa jawab. Bibirnya mau ngomong, tapi dadanya sesak. Entah sedih, senang, takut, atau perasaan lainnya yang saat ini dia rasa.

Waktu berjalan begitu cepat. Tidak terasa sudah langit berubah gelap setelah sang cahaya pergi. Dengan berat hati, mau tidak mau, namun harus, mereka pulang. Dengan hati yang berat Paijo menerimanya.

Di dalam mobil, mereka gak banyak bicara. Tapi hangat. Nyaman.

Suzy tidur sebentar di kursi penumpang. Kepalanya miring, rambutnya jatuh ke pipi. Paijo melirik sebentar, lalu cepat-cepat balik fokus ke jalan. Takut jatuh terlalu dalam.

Saat sampai, Suzy bangun pelan, "Makasih ya, Mas. Hari ini aku senang banget."

"Saya juga, Mbak."

"Besok... kalau aku ajak jalan lagi, Mas mau?" tanya Suzy tanpa basa-basi.

"Asal kamu yang ngajak, saya pasti datang," senyum Paijo mencoba menebar pesona. Kali-kali Suzy langsung klepek-klepek.

Malam itu, Paijo kembali ke apartemen. Tapi kali ini, dia gak buka-buka notifikasi dari klien. Gak buka rekening. Gak buka DM Instagram. Dia cuma duduk di sofa. Buka HP. Liat foto Suzy tadi siang. Dan dalam hati...

Paijo tahu. Untuk pertama kalinya, dia merasa hidupnya punya arah. Bukan karena duit. Tapi karena seseorang.

...🪱CACING ALASKA MODE🪱...

1
¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻
sakarepmu clau🙄
¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻
lubang bikinan ondel
¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻
cincin satu"nya petunjuk pun dh hilang
¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻
jgn bilang Paijo saudara tiri Suzy 🤔🤐
¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻
pdhl aku berharap sakitnya mbok Sarni cuma rekayasa Claudia. tp rupanya.,🤔🤐
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦NOL
duhh gustiii gini amat
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦NOL
karepmu nyemplung dewe Joo
jgn salahkan Suzy aelahh
༄༅⃟𝐐Dena🌹
Sedikit demi sedikit identitas paijo mulai terkuak.

next nell, semakin menarik 😁😁😁
ᝯׁ֒ꫀׁׅܻ݊ᥣᥣіᥒꫀׁׅܻ݊༅𝐎𝐅𝐅🪭
Bagus ceritanya~~~
Tpi bikin greget 😭
Jo terlalu pasrah bet, Jo ga boleh lemah ya kudu kuat lawan dong itu si lambe turah claudia jan mau dijadiin bonekanya😭😭
ᝯׁ֒ꫀׁׅܻ݊ᥣᥣіᥒꫀׁׅܻ݊༅𝐎𝐅𝐅🪭
jan*

adududu typoku selalu tidak tau tempat🚶‍♀️
ᝯׁ֒ꫀׁׅܻ݊ᥣᥣіᥒꫀׁׅܻ݊༅𝐎𝐅𝐅🪭
Nah kan bilang Claudia itu selirnya om Andi😱😱
ᝯׁ֒ꫀׁׅܻ݊ᥣᥣіᥒꫀׁׅܻ݊༅𝐎𝐅𝐅🪭
gubrak😱
bagai petir disiang bolong faktanya😱😱
༄༅⃟𝐐Dena🌹
wah, Claudia pemegang semua kartu paijo, termasuk ibu paijo juga sepertinya 😁😁😁
༄༅⃟𝐐Dena🌹
masuk akal, cincin sdh hilang, karena orang desa ga terlalu ngurusi ngunu kuwi /Joyful//Joyful//Joyful/
༄༅⃟𝐐Dena🌹
pantess, visualnya aduhai, tidak seperti orang desa yg lain, anak ningrat toh😁😁😁
༄༅⃟𝐐Dena🌹
laah diberi teanslate /Joyful//Joyful//Joyful/
▀▄▀▄🪱CACING ALASKA🪱▄▀▄▀: harusnya aman 🙄🙄
༄༅⃟𝐐Dena🌹: nanti double enggak?
total 3 replies
ᝯׁ֒ꫀׁׅܻ݊ᥣᥣіᥒꫀׁׅܻ݊༅𝐎𝐅𝐅🪭
kpan Jo bisa tegas sedikit masa mau jdi patungnya Claudia terus😭
gemes sndiri kan jdinya 😶😶
ᝯׁ֒ꫀׁׅܻ݊ᥣᥣіᥒꫀׁׅܻ݊༅𝐎𝐅𝐅🪭
udah setaun aja ga ada kabar couple hts kita~
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦NOL: cieeee
total 1 replies
ᝯׁ֒ꫀׁׅܻ݊ᥣᥣіᥒꫀׁׅܻ݊༅𝐎𝐅𝐅🪭
wah gilakkk😭🫵

Lu yg terobsesi sama Paijo peak itu bukan cinta lagi namanya dari mana juga pengorbanan disitu 🤯
ᝯׁ֒ꫀׁׅܻ݊ᥣᥣіᥒꫀׁׅܻ݊༅𝐎𝐅𝐅🪭
cih penyelamat paan si claudia😒
yg ada dia tuh yg makin memperkeruh keadaan paijo🚶‍♀️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!