Aaron Dixon Destawara Adiyaksa, adalah laki-laki dingin berwajah tampan itu adalah CEO DDA Group. Dia cucu dari seorang konglomerat yang banyak menyukainya dan mengaguminya.
Alya Dinara Austin, gadis yang melamar jadi pelayan di rumah Aaron.
"Kenapa kamu mau jadi pelayan?"
"Hanya butuh pekerjaan."
"Pelayan itu pekerjaan rendahan."
"Tidak mengapa, pekerjaan apapun itu baik dan hasilnya uangnya juga halal."
Akhirnya Aaron menerima Alya sebagai pelayan di rumahnya untuk melayani dan mengurus kakeknya yang sedang koma beberapa bulan. Awalnya pelayan biasa, tapi lama kelamaan jadi pelayan yang dapat di percaya. Bahkan di senangi oleh sang empunya rumah.
Apakah ada percikan cinta antara Aaron dan Alya? Simak kisah mereka yang penuh intrik dan misteri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Menjenguk Tuan Adiyaksa
Aaron menerima berkas salinan proposal dari tuan Jerry, dia mempelajari proposal tersebut, ada beberapa yang harus dia ralat agar proposal itu bisa menarik kilen agar kerja sama bisa terlaksana.
"Bagaimana bisa di terima kalau proposalnya saja seperti ini," ucap Aaron memeriksa proposal tersebut.
Dia menyuruh sekretarisnya untuk di edit lagi dan segera dia akan berkunjung ke kantor perusahaan travel milik Alya.
Sementara itu, Alya sedang bersiap untuk pergi ke Singapura. Dia di beritahu oleh pak Gun kalau tuan Adiyaksa berobat ke rumah sakit dan sudah satu minggu lebih. Alya berencana menengok laki-laki tua yang sudah dekat padanya sejak menjadi pelayan di rumah Aaron.
"Berapa hari nona di Singapura?" tanya Sita.
"Mungkin tiga hari mbak, kalau ada klien yang mau bertemu pending saja dulu," ucap Alya.
"Ya nona. Oh ya, papa anda kemarin menelepon," ucap Sita.
"Menelepon? Beliau tanya apa?" tanya Alya.
"Menanyakan kabar nona dan apakah nona sudah kembali ke kantor, itu saja," jawab Sita.
"Ya ampun, papa kenapa ngga telepon aku langsung," ucap Alya.
"Waktu itu nona sedang meeting, jadi tidak bisa telepon karena ponsel nona mati," ucap Sita.
"Oh benar, tapi kenapa mbak Sita baru katakan sekarang?"
"Heheh, aku lupa nona. Soalnya aku langsung buru-buru pulang karena ibumu mau periksa ke rumah sakit," jawab Sita.
"Ya sudah, ngga apa-apa. Ngga terlalu penting, nanti aku telepon papa, tapi tiketnya sudah di siapkan kan pulang pergi?" tanya Alya.
"Sudah nona, dan berkasnya juga sudah di siapkan. Anda akan bertemu mr. Kang di Singapura," ucap Sita.
"Orang Korea itu mau kerja sama dengan perusahaan kita dan bertemu di Singapura, dan sekalian aku juga mau menjenguk kakek Adiyaksa," kata Alya.
"Kakek Adiyaksa? Bukankah kakek nona sudah tiada semua?"
"Kakeknya orang lain, kebetulan aku dekat dengannya. Sudahlah mbak Sita, siang ini setelah meeting aku langsung ke bandara. Tolong mbak Sita jaga kantor, aku mengandalkan mbak Sita," ucap Alya dengan tersenyum.
"Selalu siap nona, aku banyak belajar juga dari nona," ucap Sita.
"Hahah, bahkan aku baru masuk satu tahun di kantor ini. Mbak Sita lebih lama bekerja di sini, seharusnya aku yang belajar dari mbak Sita," ucap Alya.
"Nona hebat, meski baru satu tahun menjadi CEO perusahaan ini. Banyak juga yang tertarik untuk kerja sama, bahkan pada antri. Hotel Kencana Bali saja masih menunggu keputusan nona lho untuk mau di ajak kerja sama," ucap Sita.
"Nanti saja, masih aku pikirkan. Ya sudah, aku pergi meeting dulu. Pulang meeting aku langsung ke bandara, semuanya di bawa saja di mobil mbak. Nanti supir yang antar langsung ke bandara," ucap Alya.
"Ya nona."
_
Berada di rumah sakit besar dan terbaik, Alya sudah sampai di Singapura dua jam lalu dari keberangkatan di bandara Soeta. Dia langsung mengunjungi tuan Adiyaksa di rumah sakit terbaik itu, bertanya pada petugas rumah sakit.
Setelah mendapat informasi keberadaan kamar tuan Adiyaksa, Alya langsung menuju kamar tersebut. Dia tidak tahu nomor ponsel pak Gun karena sudah beda negara, jadi tidak bisa menghubungi laki-laki itu.
Tak lama, sampai juga di depan kamar inap tuan Adiyaksa. Alya mengetuk pintu lalu membuka handle pintu, bersamaan pintu terbuka dokter baru keluar di belakangnya pak Gun. Alya tersenyum ramah.
"Nona Alya," ucap pak Gun senang.
"Siapa Gun?" tanya tuan Adiyaksa.
"Nona Alya tuan," jawab pak Gun.
"Waah, akhirnya aku bisa ketemu dengan cucuku," ucap tuan Adiyaksa berusaha duduk.
Alya segera menghampiri ke bangsal, dia menyalami tangan tuan Adiyaksa dan menciumnya. Tuan Adiyaksa sangat senang dengan gadis yang sudah berubah penampilan itu. Di pandanginya wajah cantik wanita karir, dia merasa bangga dengan Alya yang berubah itu.
"Kakek senang kamu datang, Alya," ucap tuan Adiyaksa.
"Ya kek, aku juga senang," jawab Alya.
"Kamu rapi sekali, apa ada urusan pekerjaan?" tanya tuan Adiyaksa.
"Aku baru pulang meeting di Jakarta, dan langsung berangkat ke Singapura. Belum mampir ke hotel, rencananya sekalian istirahat. Dan besok aku ada meeting dengan orang Korea di restoran," jawab Alya.
"Waah, kakek senang kamu sangat giat bekerja. Seperti kakekmu dulu, kakekmu dulu sebelum meninggal masih saja bekerja. Meski sudah tua, aku jarang menemuinya karena keadaanku. Dan kamu datang menjadi pelayanku, itu sangat terkejut ketika Gun mencari tahu siapa kamu. Akhirnya aku senang bisa bertemu denganmu Alya," ucap tuan Adiyaksa.
"Aku selalu mencari tahu perkembangan kakek, karena kupikir membantu kakek sembuh adalah caraku membalas budi untuk kakekku sewaktu masih hidup dan belum di laksanakan. Papaku bilang aku bisa bertemu dengan kakek Adiyaksa," kata Alya.
"Jadi papamu tahu kamu jadi pelayan di rumahku?"
"Tidak, tapi papa tahu aku berada di rumah kakek."
"Oh ya, bagaimana dengan papamu? Apa dia masih penelitian di luar negeri? Dia sangat bersemangat kalau menekuni penelitian-penelitian ilmu sejarah."
"Ya, papaku itu sangat antusias kalau masalah penelitian. Aku sempat khawatir papa jadi lupa dengan hidupnya sendiri," ucap Alya.
"Jangan takut. Mamamu pasti menjaganya," ucap tuan Adiyaksa.
"Mamaku sudah meninggal kek, jadi papa lebih memilih menekuni penelitiannya di sana. Tapi aku bersyukur papa selalu ingat sama anaknya ini," ucap Alya.
"Apa dia tidak mau pulang ke Indonesia?" tanya tuan Adiyaksa.
"Entah, mungkin kalau aku sudah menikah. Papa menyerahkan perusahaan itu padaku dan beliau justru betah di luar negeri," ucap Alya.
Tuan Adiyaksa hanya mengangguk saja, keduanya diam. Pak Gun sedang menjawab telepon seseorang. Bicara pelan, sesekali melirik pada Alya dan tuan Adiyaksa.
"Tuan muda mau datang berkunjung lagi tuan besar," ucap pak Gun setelah selesai menelepon.
"Oh ya, baguslah. Di sini ada Alya, mereka bisa bertemu lagi dalam keadaan berbeda," ucap tuan Adiyaksa.
"Oh, tidak kakek. Please jangan dulu dia tahu siapa aku, aku juga mau ke hotel. Dari pagi belum istirahat," kata Alya berdiri.
"Lho, kenapa? Biarkan Aaron tahu siapa kamu," ucap tuan Adiyaksa.
"Saya rasa tuan muda mencari tahu sendiri saja tuan besar, itu akan mengejutkannya juga," ucap pak Gun.
"Nah, itu lebih baik kakek. Tolong jangan kasih tahu dia ya," ucap Alya.
"Baiklah, asal kalian saling suka dan menikah nantinya."
"Apa sih kakek."
"Hahah!"
_
_
******
si ratih pasti ngundang si samangka 😅