Setiap perempuan yang berstatus seorang istri pasti menginginkan dan mendambakan memiliki seorang keturunan itu hal yang wajar dan masuk akal.
Mereka pasti bahagia dan antusias menantikan kelahirannya, tetapi bagaimana jadinya kalau seorang anak remaja yang berusia 19 tahun yang statusnya masih seorang gadis perawan hamil tanpa suami??
Fanya Nadira Azzahrah dihadapkan pada situasi yang sangat sulit. Dia harus memilih antara masa depannya ataukah kehidupan dan keselamatan kedua saudaranya.
Apakah Caca bersedia hamil anak pewaris Imran Yazid Khan ataukah harus melihat kakaknya mendekam dalam penjara dan adiknya meninggal dunia karena tidak segera dioperasi??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 26
Caca menelisik raut wajah pria yang sedari tadi memperhatikannya.
“Maaf kami tidak melayani orang yang tidak berniat membeli, saya mohon Anda bergeser karena pembeli kami sudah mengantre di belakang Anda,” ucapnya Caca datar tanpa senyuman apapun.
Pria itu melihat ke belakang dan betul adanya kalau sudah banyak orang-orang yang ingin menyelesaikan proses pembayaran barang-barang yang mereka beli di toko tersebut.
“Maaf saya tidak bermaksud untuk menganggu pekerjaannya,” ucap pria yang terus menatap Caca dengan tatapan memuja.
Dia berjalan ke arah samping karena cukup canggung gara-gara ulahnya beberapa pembeli harus antri yang cukup panjang.
“Perempuan ini masih sangat muda dan cantik tapi sudah memiliki usaha sendiri, apa benar dia asli orang Makassar?” monolognya pria itu.
Zidan yang baru saja balik dari kantor karena habis jaga pagi berjalan ke arah dalam toko milik kakaknya itu.
“Assalamualaikum,” sapanya Zidan sang polisi muda yang gagah berjalan ke arah Caca.
Caca tersenyum ramah menyambut kedatangan adik satu-satunya itu. Zidan meraih tangan kakaknya kemudian ia salim seperti kebiasaannya saat akan berangkat kerja atau disaat pulang bekerja.
“Waalaikum salam, kamu nggak jemput anak-anak?” Tanyanya Caca yang melihat anaknya dan keponakannya tidak ada bersama Zidan.
“Amirah yang akan mengantar mereka balik, aku disuruh pulang sama Amiirah jadi balik ke sini saja daripada balik ke rumah nggak ada orang,” balasnya Zidan pemuda yang semakin kelihatan mempesona dengan seragam kebesarannya.
“Kamu masuk ke dalam, ada makanan yang sudah kakak masak makan lah kamu itu pasti lapar dan capek,” pinta Caca yang melebihi dari sikap seorang ibu kepada adiknya.
“Siap kakak cantik, thanks yah,” balasnya Zidan sambil mengecup pipinya Caca.
“Sudah gede tapi kelakuannya masih seperti anak-anak saja, kapan dewasanya dan nikahnya kalau bersikap bocah mulu,” gerutunya Caca sambil geleng-geleng kepala melihat kepergian adiknya.
“Masih muda juga baru juga 23 tahun, masih terlalu dini untuk menikah. Biarin saja dulu menikmati masa mudanya sebelum memiliki tanggung jawab yang besar untuk menghidupi dan menjaga anak gadis orang lain,” sahutnya Annisa yang ikut mendengarkan pembicaraan adik kakak itu.
Sedangkan pria yang sedari tadi memperhatikan apa yang dikerjakan oleh Caca tersenyum penuh arti.
“Aku dapat ide agar aku bisa dekat dengan perempuan cantik itu,” cicitnya sambil merogoh saku celananya untuk mengambil sebuah ponselnya.
Dia mencari nomor ponselnya Zidan dan gegas menghubungi nomor ponselnya Zidan yang akan dimanfaatkan untuk menggali informasi mengenai Caca karena dia jatuh cinta kepada pada pertama.
Zidan yang baru saja menikmati makan siangnya dibuat terkejut karena komandannya menghubungi nomor ponselnya yang terbilang jarang banget itu terjadi di luar jam kerja.
Pria itu berjalan ke arah mobilnya karena ingin berbicara dengan Zidan tanpa ada yang menguping pembicaraan mereka.
Keduanya pun berbicara lebih serius, hingga kedua alisnya Zidan saling bertautan.
“Kakak!? Aku punya kakak kandung kakak sepupu juga dua orang Pak Rafli kenapa dan apa dengan kakak ku?” Tanyanya Zidan yang kebingungan sekaligus ketakutan kalau kakaknya kembali tersandung kasus seperti kurang lebih lima tahun lalu.
“Aku bisa meminta tolong nggak nomor hpnya kakak kamu yang perempuan yang punya toko pakaian Azzahrah, namanya kalau nggak salah Caca,” ujarnya Rafli yang ternyata dia adalah atasannya Zidan di kantornya.
“Oh bisa-bisa Pak,” balasnya Zidan tanpa banyak tanya karena dia tahu komandannya ini masih bujangan yang belum pernah menikah berusia 39 tahun.
Zidan sudah hafal pria bujangan meminta nomor telepon seorang gadis pasti tujuannya untuk pedekate.
Zidan mengirimkan nomor hpnya Caca yang umum dipakai, bukan yang khusus untuk orang paling dekatnya saja.
Di setiap harinya, sebelum shalat isya, Caca dan anaknya balik ke rumahnya dan menyerahkan toko tersebut kepada karyawan kepercayaannya untuk menutup toko tersebut setiap jam 9 malam setiap harinya kecuali malam tertentu akan lebih cepat tutup dari hari biasanya.
Sedangkan di dalam sana suasana toko semakin ramai saja dikunjungi pembeli sehingga Caca sama sekali tidak menyentuh ponselnya. Hingga telponnya berdering dan mengusik ketenangan kerjaannya.
Betapa bahagianya ketika berbicara dengan lawan bicaranya yang mengatakan kalau dia diterima di sekolah Athirah Makassar sebagai guru kontrak.
“Allahu Akbar, syukur Alhamdulillah makasih banyak atas informasinya. Insha Allah besok aku pasti datang ke sekolah Pak Farhan,” balasnya Caca sebelum menutup sambungan teleponnya yang tersenyum sumringah.
Sekitar tiga bulan lalu, Caca mengirimkan beberapa berkas lamaran kerja ke beberapa sekolah swasta yang ada di Makassar dan termasuk sekolah Islam Athirah adalah sekolah pertama yang menawarkan gaji yang cukup besar dibanding dengan sekolah terdahulu tempat dia melamar pekerjaan.
Annisa memeluk erat-erat Caca saking bahagianya karena Caca akhirnya mendapatkan sekolah yang cocok dengan minat dan impiannya selama ini.
“Selamat yah, kamu akhirnya diterima di sana sambil mengajar kamu juga bisa ikut tes CPNS kalau sudah terbuka,” ujarnya Annisa yang ikut bahagia dengan kebahagiaan adik iparnya itu.
“Rencananya gitu, tapi kalau memang masa depan di sana lebih bagus dan terjamin nggak melamar jadi ASN juga nggak apa-apa sih yang paling penting impianku jadi guru jadi kenyataan,” imbuhnya Caca.
Rafli uring-uringan du dalam mobilnya karena sudah beberapa kali menghubungi nomor ponselnya Caca, tapi tidak tersambung.
“Sedari tadi aku hubungi, tapi selalu saja dipanggilan lain. Apa aku banyak saingan yah? Banyak orang yang menghubungi nomornya karena pengen kenalan,” terka Rafli.
Belum apa-apa saja pak komandan sudah berfikir aneh-aneh, entah gimana jadinya kalau sudah diterima oleh Caca.
Rafli hendak berjalan lagi ke arah dalam toko, tetapi kedatangan dua bocah perempuan yang berlarian sampai-sampai menghalangi jalannya.
“Om! Minggir! Nanti kami tabrak!” Teriaknya Chelsea.
“Awas jangan menghalangi jalan kami!” Teriak Zahira.
Rafli yang kebetulan berada di pintu bergerak cepat untuk menghindar agar tidak tertabrak.
“Anak-anak kenapa berlarian nanti ada yang kamu tabrak, kamu jatuh pasti ngrepotin orang tua kalian,” ucapnya Rafli yang sedikit kesal.
Amirah yang melihat Rafli seperti mengomeli anak-anak segera meminta maaf.
“Maafkan anak-anak kami Pak, mereka merindukan mamanya sehingga mereka berlarian dan mengganggu kenyamanan bapak,” ujarnya Amirah.
Rafli tersenyum tipis,” nggak apa-apa santai saja karena saya juga tidak kenapa-kenapa.”
Amirah berjalan mengekor kedua anak kecil berusia lima tahun itu.
“Ya Allah, bisa nggak kalian dalam sehari saja tidak berlarian, ibu itu capek mengejar kalian,” keluh Amirah yang nafasnya ngos-ngosan karena ikut mengejar keduanya.
Chelsea dan Zahira memang keduanya anaknya Caca dan Amirah, tapi sesuai dengan keinginan dan permintaan Annisa dan Zacky sehingga mereka diangkat menjadi anaknya. Sehingga nama belakang mereka menggunakan nama bapaknya Caca Fahmi.
Hal itu dilakukan oleh Zacky agar kedua keponakannya dimasa depan tidak dicap anak haram dan tentunya akan mempengaruhi kehidupan mental dan psikologis anak-anaknya.
Semua orang yang mengenalnya tidak ada yang mengetahui kenyataan itu kecuali orang-orang yang di rumah terdahulunya, tetapi dua tahun lalu sudah pindah ke perumahan yang lebih elit dan rumah peninggalan bapaknya di jual.
Lagian hanya Annisa dan Zacky yang berstatus menikah sehingga mereka tidak pernah mempertanyakan masalah itu.
“Bunda!” Teriak keduanya ketika melihat Caca yang sedang mengecek beberapa barang yang baru masuk.
“Sayang putri cantiknya Mama, kenapa kalian berlarian ada apa heyr!?” Tanyanya Annisa.
“Mama!” Teriak keduanya setelah melihat Caca yang sibuk dan mereka tidak ingin mengganggu pekerjaannya Caca sehingga berbelok dan masih saja berlarian.
Annisa merentangkan kedua tangannya menyambut kedua anak kecil yang selalu membuatnya tersenyum bahagia dengan tingkah menggemaskan keduanya.
“Sayang-sayangnya Mama, anak sholehahnya Mama.”
“Mama Zah kangen banget sama Mama,” ucapnya Zahira yang lebih kecil dari Chelsea.
“Chelsea juga rindu banget sama Mama,” ujarnya Chelsea yang tidak mau ketinggalan.
“Mama juga merindukan kalian berdua, gimana dengan sekolahnya sayang lancar kan?” Tanyanya Annisa yang selalu antusias mendengarkan keduanya berceloteh.
“Anaknya kembar yah Bu?” Tanyanya seorang pelanggan yang baru datang dan melihat kedekatan mereka.
“Iya wajah mereka mirip banget, cuman yang pake tas pink itu lebih pendek dan kecil sedikit dari kakaknya yang pake tas biru,” sahut yang lainnya.
Annisa juga seringkali berfikir kalau kedua keponakannya ada hubungan darah karena dilihat dari bentuk wajah dan dua-duanya alergi seafood.
“Nggak kok Mbak, mereka berbeda beberapa bulan kok. Gara-gara lupa KB jadi jarak usia mereka berdekatan,” sanggahnya Annisa.
Apabila ada yang mempertanyakan masalah seperti itu, ia pasti akan mengatakan kepada orang lain karena pengaruh KB.
“Ya Allah, benar apa yang mereka katakan. Anak-anak semakin besar mereka semakin seperti orang yang saudara kandung. Apakah hanya perasaanku saja? Tapi semakin ke sini orang-orang beranggapan kayak gitu.” Monolog Annisa yang ikut membenarkan perkataan mereka.
Semua pegawai di tokonya pun tidak ada yang mengetahui kenyataan besar itu. Yang mereka ketahui Annisa dan Caca dipanggil ibu dan bunda oleh kedua bocil itu karena mereka tante dari anak-anak itu jadi mereka menganggap itu hal yang wajar terjadi dan sah-sah saja tidak pernah ada yang mempermasalahkan.
“Ya Allah, apa jangan-jangan mereka ada kaitannya yah. Bisa saja kan ayah biologis mereka saudaraan. Astaghfirullah aladzim kenapa aku bisa berfikir yang tidak-tidak, kalau misalnya itu adalah kenyataan itu kan bagus,” batinnya Annisa.
Bagi Annisa segala kemungkinan bisa terjadi dan tak ada yang tidak mungkin sy dunia ini apalagi di dunia halu pernovelan.
“Memang sih kalau kembali diingat-ingat kalau nggak salah waktu itu Pak Imran Khan matanya below, putih dan hidungnya mancung iya kayak Cheslea dalam versi cowoknya,” gumamnya sambil memeluk kedua keponakan yang sudah seperti darah dagingnya sendiri.
Rafli diam-diam menguping pembicaraan mereka,” aku kirain anaknya cewek itu Alhamdulillah bukan.”
Dia bersyukur karena Caca dianggapnya masih single dan tidak memiliki anak. Ia bahagia sehingga bisa melakukan pedekate dengan Caca.
“Aku harus melakukan berbagai cara untuk mendapatkannya, aku pantas bersanding dengannya. Kerjaan aku Alhamdulillah bagus dan punya masa depan cerah. Dia juga memilki usaha sendiri cantik lagi pasangan yang sangat serasi,” ucapnya Rafli Amar kemudian berjalan meninggalkan toko tersebut.
siapa yaa???
🤔🤔🤔🤔🤔