Gairah Berbahaya CEO
Hari ini, genap usia Vivian 18 tahun, gadis cantik dengan hidung mancung kulit putih bersih seperti wanita Arab. bahkan banyak yang mengatakan jika Vivian adalah wanita paling cantik bagaikan kembang yang tengah mekar.
Sayangnya, perjalan hidup Vivian tidak seindah wajah cantiknya. Setelah perceraian kedua orang tuanya, dia hanya bisa menempuh pendidikan hingga jenjang bangku SMA. meskipun dia tergolong anak yang sangat cerdas, jauh dilubuk hatinya Vivian ingin kuliah agar bisa menjadi orang sukses dan membahagiakan ibu dan adik perempuannya Anabel, namun dia hanya bisa mengubur dalam-dalam impiannya tersebut.
Semakin hari penyakit ibunya semakin parah, sehingga Vivian mengambil alih mencari nafkah dengan bekerja disebuah kafe, namun semua itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka. karena gajinya sebagai pelayan tidaklah seberapa, ditambah lagi ibunya yang harus kontrol setiap minggunya, mau tidak mau Vivian mulai terjerat hutang pada lintah darat dengan menjaminkan rumah sederhana satu-satunya yang mereka miliki, sedangkan sang ayah tidak pernah mau peduli lagi pada kehidupan mereka karena takut pada istri mudanya.
"Viv, dari tadi aku perhatikan kamu melamun terus. ada apa?" tanya Sinta teman seprofesinya.
"Aku bingung harus cari uang kemana lagi, Sinta. dalam minggu ini mamaku harus segera dioperasi." menundukkan kepalanya dalam-dalam merasa putus asa.
"Bagaimana dengan papamu, aku yakin dia pasti mau membantumu, Vivi. diakan kaya dan hidup mewah berbanding terbalik dengan kehidupan kalian."
"Percuma Sinta, palingan ujung-ujungnya aku akan diusir oleh ibu tiriku dengan mulutnya yang judes. karena harta kekayaan yang dimiliki papa semua miliknya."
Vivian teringat pertemuan terakhirnya menemui sang ayah, yang berusaha memberinya uang secara sembunyi-sembunyi namun masih ketahuan oleh ibu tirinya sehingga mereka bertengkar hebat.
"Viv, aku ada ide. kamu harus cari kerja sambilan, cuma cara ini satu-satunya agar kamu bisa terbebas dari kesulitan hidup." ucap Sinta lalu membisikkan sesuatu di telinga Vivian, sehingga membuat gadis bermata hazel itu terbelalak sempurna, tidak percaya dengan ide gila sahabatnya.
"Tidak! Sinta, aku tidak mau menyerahkan kehormatanku pada laki-laki hidung belang. apa tidak ada cara lain." tolak Vivian.
"Kamu tidak perlu menyerahkan keperawananmu pada mereka, cukup rayu saja para pengusaha atau om-om berduit dengan menemani mereka makan atau sekedar jalan-jalan. wajahmu cantik, aku yakin pasti banyak yang ngantri ingin berkencan denganmu, Vivi."
"Tapi Sinta?"
"Hapus keraguan dihatimu Vivi, aku akan menemanimu. kita akan memulai semua ini bersama-sama, cukup beri mereka pelayanan plus-plus tanpa mengorbankan kesucian kita. karena aku juga bosan hidup susah dan ingin melanjutkan kuliahku juga. kamu tahu sendiri penghasilan kita sebagai pelayan kafe tidak sebanding dengan pengeluaran kita." terang Sinta.
"Baiklah aku setuju, kapan kita akan memulai ide gila ini?"
"Malam ini juga, kamu ikut denganku ke klub malam. kebetulan aku kenal pemiliknya yang akan membantu kita mencarikan tamu VVIP." terang Sinta antusias.
Kedatangan dua orang wanita cantik yang masih muda dan segar-segar, membuat pemilik klub yang bernama Sugiono tertawa lebar, pria setengah abad itu yakin pengunjung klubnya akan bertambah ramai setelah ini.
"Kalian bebas bekerja di tempatku, termasuk mematok harga untuk para tamu yang menginginkan pelayanan dari kalian, apalagi jika kalian mau berpenampilan lebih seksi lagi dan bersedia menjadi penari tiang dihadapan para tamu nantinya." ucap pak tua itu, kembali tersenyum senang dengan tatapan mesum.
"Menjadi penari tiang, Oh No...!" umpat Vivian pelan, namun lengannya langsung disikut oleh Sinta seraya berbisik.
"Diamlah Vivi, dengan begini kita akan mendapatkan banyak uang."
"Tapi ini bahaya, bagaimana jika diperkosa atau tamu itu menginginkan tubuh kita?"
"Kita akan mengakali mereka dengan mematok harga setinggi-tingginya, sehingga tidak akan ada tamu yang mau memboking kita untuk urusan ranjang. sehingga cukup menjadi penari dan menyenangkan mereka saja. ideku cemerlang bukan?"
"Iya, aku tidak menyangka kamu memiki pemikiran sejauh ini." balas Vivian bernada ejekan pada Sinta.
Pemilik klub Sugino yang mendengar obrolan keduanya hanya tersenyum, tanpa ikut menimpali, dia tahu alasan apa yang membuat kedua gadis muda belia itu mengambil keputusan yang cukup sulit. setelah dua gadis itu menceritakan perjalanan hidup mereka masing-masing. sehingga Sugino juga tidak ingin memberatkan mereka berdua, yang penting pelanggan klubnya bertambah ramai sudah cukup baginya.
"Aku akan meminta asistenku Bella untuk mengajari kalian banyak hal, dia sudah senior dan berpengalaman dalam hal ini." ucap Sugino memanggil anak buah kesayangannya.
"Terimakasih tuan, karena sudah bersedia menerima kami bekerja di sini tanpa aturan yang memberatkan. bahkan tidak mengambil untung dari penghasilan kami nantinya." ucap Sinta sumringah.
"Jangan panggil aku tuan, cukup panggil Papi seperti yang lainya." jawab Sugino.
"Baiklah papi."
Semenjak memiliki pekerjaan sampingan, Vivian dan Sinta harus pintar-pintar membagi waktu. termasuk mulai sering berbohong pada mama dan adiknya Anabella, karena seringkali pulang larut malam dengan alasan lembur.
"Maafkan Vivi, terpaksa harus berbohong pada mama dan Anabella." batin Vivian menyesali perbuatannya, namun dia juga tidak mempunyai pilihan lain untuk saat ini.
"Anabella, bagaimana dengan ujianmu?" tanya Vivian pada adiknya yang terlihat murung.
"Kenapa diam Ana, ayo jawab pertanyaan kakak." ulang Vivian menatap adiknya yang masih duduk di bangku SMP tersebut.
"Aku belum bayar SPP kak, sehingga tidak bisa mengikuti ujian semester." Anabella akhirnya berterus-terang pada sang kakak, meskipun semula dia ingin menutupi karena tidak tega melihat Vivian yang harus bekerja keras dari pagi hingga malam untuknya dan ibu.
"Kebetulan semalam kakak habis gajian, nanti lunasi semua tunggakan uang sekolahmu ya dek." Vivian menyerahkan beberapa lembar uang kertas ketangan Anabella.
"Banyak sekali kak."
"Sisanya bisa kamu pakai untuk kebutuhanmu, kakak tahu sepatu dan tas sekolahmu sudah minta diganti dengan yang baru kan?"
"Tidak perlu kak, tas dan sepatuku masih layak pakai kok. sebaiknya sisa uang ini aku tabung saja, sewaktu-waktu kita bisa menggunakannya untuk kebutuhan mendesak."
"Terserah kamu dek, kakak percaya kamu pasti bijak dalam menggunakannya."
"Alhamdulillah, terimakasih kakakku tercinta." Anabella tersenyum senang menghambur ke pelukan Vivian.
"Sebagian uang ini untuk Mama." Vivian mengarahkan ketangan mama Arini yang menerima dengan tangan gemetar, tak kuasa menahan haru.
"Vivi, maafkan mama nak. gara-gara penyakit mama, kamu harus bekerja keras untuk kebutuhan kita semua." ucap mama menatap Vivian sedih.
"Tidak ma, ini sudah tugas dan kewajiban Vivi untuk membahagiakan mama dan Anabella. yang terpenting mama harus sembuh demi kami berdua." ucap Vivian memeluk hangat tubuh wanita yang telah melahirkannya kedunia.
"Tentu, mama pasti sembuh nak. karena mama sangat ingin melihat anak-anak mama menjadi wanita sukses, memakai pakaian pengantin." Mama Arini balas memeluk Vivian, berusaha menyembunyikan rasa sakit yang dirasakannya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Keysha Aurelie
awalan yang bagus dan menarik kak
2024-08-06
1
Mas Jono
nah tu dia,,,gw rasa,,,author salah satu pengagum sang "KAKEK LEGEND",,,😜🤪😜🤪😜🤪
2024-06-11
2
Mommy El
waw ,, ada kakek Sugiono juga😀
2024-06-09
1