ISTRI SATU MILIAR

Rinai buliran putih mulai diturunkan oleh langit, menutupi hampir seluruh Benua Eropa menjadi seperti lautan kapas, tak terkecuali kota Paris. Udara dingin yang amat menusuk tulang, membuat seluruh penghuni dataran itu, mencari sesuatu yang bisa menghangatkan tubuh mereka.

Seperti pasangan yang sepertinya tidak memiliki rasa bosan, untuk melakukan aktifitas yang baru saja mereka lakoni.

"Aku lelah Noah..!" beritahu Yura, kala jari jemari sang suami mulai merambat kembali dikulitnya.

"Sekali lagi..!" ucapnya parau sembari mendaratkan kedua bibir kepunggung polos sang istri.

"Dari tadi kau bilang satu kali lagi, tapi ini sudah mau yang kelima kali." Yura menanggapi.

"Lakukan saja tugasmu, aku akan memberimu lebih banyak dari biasanya." kata Noah yang membuat Yura langsung bangkit dari tempatnya.

"Yura...!" seru Noah sembari menatap Yura dingin bercampur bingung.

Tapi Yura tak menghiraukan seruan itu, dan malah memunguti pakaian yang berserakan dimana mana dan berlalu memasuki sebuah ruang guna membersihkan diri.

Noah mematung, dan mulai menyadari kebodohan yang lagi pria itu lontarkan. Ingin rasanya Noah menampar mulutnya sendiri, karena selalu saja memberikan bisa beracun kepada istrinya itu.

Lima belas menit berlalu, Yura pun menampakkan diri dengan wajah yang sudah terlihat lebih segar dan surai tergulung rapi dikepala. Diabaikan sang suami yang menatap kearahnya entah dengan tatapan apa.

Dret dret dret

Telefon genggam Noah bergetar, dan Noah pun akhirnya mengalihkan perhatiannya kepada benda pipih yang berada diatas nakas, berdampingan dengan kepala ranjang. Digesernya tombol hijau setelah tau siapa sang pelaku yang menghubunginya.

"Hai sayang, bagaimana kabarmu..?"

"Aku sangat baik, kau sendiri..?"

"Tentu saja aku juga sangat baik, karena aku akan bertemu dengan kekasihku"

Dahi Noah berkerut "maksudmu..?"

"Aku ada dieropa, diParis dan disebelah kamarmu"

Mata Noah membulat seketika, diliriknya Yura yang tengah mengoleskan sesuatu kewajahnya didepan cermin, sembari melanjutkan obrolannya sesaat sebelum akhirnya ia membersihkan diri dan bersiap untuk bertemu Clara.

Namun kali ini, Noah tidak perlu lagi membawa sang istri, karena hanya cukup dengan dua langkah saja, ia dan Clara sudah bisa bertemu.

"Aku akan pergi, jika butuh apa apa hubungi saja pihak hotel" pamit Noah setelah ia selesai bersiap.

"Hati hati...!" balas Yura.

Pintu kamar itu pun tertutup, dan berganti dengan pintu sebelah yang terbuka.

"Ah cinta...!" sapa manja Clara seraya memeluk erat tubuh Noah.

Dan entah kenapa, biasanya Noah akan sangat bahagia jika bertemu dan mendapat sikap seperti itu dari Clara, tapi untuk kali ini ia malah merasa enggan, pikirannya pun entah berada dimana. Dan rasa enggan itu semakin menjadi, kala sang kekasih mulai mengajaknya berdebat.

"Kenapa kau sekarang selalu berpenampilan seperti ini..?" tanya tak suka Clara saat kembali mendapati Noah memakai pakaian yang menjadi kesukaan Yura.

Ck

"Aku sedang tidak bekerja atau menghadiri acara penting" balas Noah "lagi pula apa salahnya kalau aku berpenampilan seperti ini..?" tanyanya ketus.

"Tentu saja salah, kau tau bukan..? aku paling tidak suka dengan penampilan berandalan begini."

Noah mendengus kesal "ini bukan penampilan berandalan, banyak yang berpenampilan seperti ini, bahkan hampir diseluruh dunia, banyak yang seperti ini."

Perdebatan terus berlanjut, dan entah bagaimana akhirnya belum ada yang tau. Karena untuk kali ini, Noah tidak akan serta merta menuruti keingin dan aturan dari Clara. Noah yang banyak bersikap mengalah dan penurut, justru kali ini berbeda. Bahkan Clara saja tidak menyangka jika kekasihnya itu akan bersikap seperti begitu kepadanya.

Sementara Yura menikmati kesendiriannya dengan berbincang bersama Keysa melalui panggilan suara. Hampir dua jam ia dan Keysa bertukar kabar dan cerita. Setelahnya ia menikmati pemandangan kota paris yang terselimuti oleh salju.

Sudah pukul sembilan malam, Noah belum juga kembali. Yura yang masih betah menunggu bertemankan acara televisi, hingga tanpa terasa waktu sudah menunjukan pukul dua belas malam, Noah tak juga kembali. Akhirnya Yura memilih untuk memejamkan mata.

Pagi pun menjelang, dan Yura pun mulai membuka matanya perlahan. Hangat, terasa sangat hangat, ternyata kini ia tengah berada didalam pelukan Noah. Entah pukul berapa suaminya itu kembali, karena Yura pun tidak mendengar atau bahkan merasakan adanya pergerakan didalam tidurnya.

"Mau kemana..?" tanya Noah parau, dengan mata yang masih tertutup rapat, sembari mengeratkan pelukannya ketubuh sang istri.

"Aku mau kekamar mandi." jawab Yura, dan berusaha melepaskan diri.

"Nanti saja, tidur lah lagi." dekapan itu semakin erat saja.

"Noah..!" seru Yura halus.

"Yura..!" seru balik Noah dengan suara yang hampir menghilang karena ia akan terlelap kembali.

Yura pun terkekeh mendapati kelakuan Noah yang baru untuk pertama kalinya, terlihat sangat menggemaskan. Dipandangi olehnya wajah menawan nan teduh dengan dengkuran yang halus. Tampan, terlihat semakin tampan dinetra Yura.

Diusapnya perlahan rahang kokoh sang suami, dengan bibir yang saling menarik dikedua sudutnya. Hanya dengan begini saja Yura sudah merasa sangat bahagia, dan andai saja setiap hari ia bisa merasakan ini, tentu dia akan benar benar menjadi satu satunya wanita yang paling bahagia dibumi karena bersuamikan Noah Mahendra Davis.

~Jangan lupa untuk selalu tinggalkan jejak kalian setelah membaca ya sahabat dan berika bintang lima ya untuk cerita recehku ini 🙏🙏🙏~