Dendam Kematian Arwah Diana

Terlihat, sebuah rumah tua menyeramkan, rumah itu nampak lah sederhana dan tidak terlalu besar, namun suasana rumah itu nampak berdeda tak seperti rumah lain pada umumnya.

"Iya bro.. Ini adalah rumahnya mbah karjo."

"Agak lain emang.. kok serem banget ya kayak gimana gitu, lebih terlihat seperti rumah hantu." ucap Jaki sambil memeluk tubuhnya sendiri.

"Biasa aja kali bro, apanya yang serem sih, gini nih kalau kebanyakan nonton film horor jadi penakut banget. udah deh jangan banyak omong, ayo kita kesana." Rehan berucap sambil menarik tangan Jaki.

Jaki hanya diam dan pasrah tanpa berkata apapun.

Tok.. tok.. tok.. permisi, mbah.!! mbah Karjo.??

Rehan berucap sembari mengetuk pintu rumah tersebut.

"Serem banget sih nih rumah, ini kita mau uji nyali apa gimana sih, eh bro mending kita pulang aja yuk takut gue lama lama disini." ucap Jaki sambil bergidik ngeri.

"Cemen banget sih lu.. yang benar aja masa iya baru nyampe udah mau pulang, sabar Jak tunggu bentar katanya mau selamat dari ganggu arwah cewek itu eh malah ngajak pulang aja, gimana sih lu" sahut Rehan yang berusaha menenangkan Jaki.

"Emm.. yaudah deh iya, gue manut aja deh."

"Siapa kalian..!! mau apa kesini.?? tanya seorang kakek kakek sambil membuka pintu rumahnya.

Terlihat seorang kakek kakek tua itu nampak menggunakan pakaian serba hitam serta di atas kepalanya menggunakan blangkon merah.

"Emm.. saya Rehan kek dan ini teman saya namanya Jaki, kedatangan kami kesini ingin bertemu dengan sampean." ucap Rehan dengan sopannya.

"Oh iya iya, mari silahkan masuk dulu." kakek tua itu nampak mempersilahkan mereka berdua masuk kedalam rumahnya.

"Iya Kek.." sahut mereka bersamaan sambil tersenyum.

Lalu mereka berdua berjalan mengikuti kakek kakek tua itu yang masuk kedalam rumahnya.

Terlihat, mereka memasuki sebuah ruangan khusus yang nampak berbagai senjata kuno, yang terpajang di seluruh ruangan itu, seperti keris, golok, pedang dan masih banyak lagi senjata tradisional lainnya.

"Silahkan duduk, jangan sungkan sungkan anggap rumah sendiri." kakek kakek itu mempersilahkan mereka berdua duduk di tempat yang sudah di sediakan.

"Nggeh Mbah." sahut mereka berdua sambil melihat sekelilingnya yang terdapat senjata kuno yang menghiasi di setiap tembok.

"Ada perlu apa kalian datang kesini." tanya mbah Karjo pada mereka berdua.

"Jadi gini mbah.. kedatangan kita kesini ingin meminta perlindungan, beberapa hari yang lalu kita membunuh seorang gadis, dan arwah gadis itu gentayangan dan meneror kita. bukan hanya itu saja, bahkan dia sudah membunuh salah satu teman kita, ada kah cara agar kita tidak di ganggu arwah gadis itu." Rehan nampak menjelaskan pada mbah dukun itu secara diteal dan jelas.

"Kalian ada di orang yang tepat, sebagian orang datang kesini dengan masalah yang sama seperti yang kalian alami, tenang saja jangan khawatir saya akan membantu kalian." mbah Karjo nampak tersenyum sambil melihat ke arah mereka berdua.

"Serius nih Mbah, sampean bisa membantu kita.??? tanya Jaki penasaran.

"Pakailah cincin ini." ucap Mbah Karjo sambil menyerahkan dua buah cincin batu akik pada mereka berdua. warna yang dihasilkan cincin itu sangat lah mencorak.

"Untuk apa cincin ini Mbah.??? tanya Mereka bedua sambil menerima cincin tersebut.

Rehan dan Jaki nampak kebingungan dan heran karna mbah dukun itu tiba tiba saja memberinya cincin tanpa mengatakan kegunaan dari cincin tersebut.

"Cincin itu bukan lah sembarang cincin biasa, di dalam cincin itu ada makhluk gaib yang akan melindungi kalian dari serangan arwah gadis itu."

Rehan dan Jaki nampak memakai cincin itu di di sela jarinya.

"Makhluk gaib.?? apa kita harus memberinya tumbal" tanya mereka berdua.

"Tentu saja ada tumbalnya, setiap memelihara makluk gaib pasti harus memberinya tumbal, ada satu syarat yang harus kalian penuhi, apa kalian sanggup.??

"Apa itu syaratnya Mbah..??

"Pada malam 1 suro kalian harus mempersembahkan seorang gadis yang masih prwana pada Makhluk gaib yang ada di dalam cincin itu. apa kalian sanggup.? jika kalian rasa tidak sanggup lebih baik tinggalkan jangan di paksa."

"Baik Mbah kami sanggup.." ucap mereka berdua bersamaan.

"Tetapi jika kalian tidak mempersembahkan seorang gadis pada Makhluk penunggu cincin itu maka berpengaruh bagi keselamatan kalian, bahkan dia akan membunuh kalian jika kalian tidak memberinya tumbal."

"Baik mbah.. Apapun itu kami sanggup mbah."

Tanpa fikir panjang Rehan dan Jaki menyanggupi persyaratan yang harus di penuhi jika ingin memelihara makluk gaib tersebut.

"Berapa kah uang yang harus kami bayar untuk memiliki cincin ini.?? tanya Rehan sambil menyengritkan dahinya.

"Jika kalian ingin memiliki cincin itu cukup dengan membayar 300ribu saja, kalian sudah bisa membawa pulang cincin itu."

"Baik Mbah ini uang nya saya akan beli cincin ini." ucap mereka berdua sambil menyerahkan uang pada mbah Karjo. mereka berdua tidak merasa keberatan sama sekali dengan uang yang harus mereka keluarkan untuk mendapatkan cincin itu.

Mbah Karjo nampak tersenyum sambil menerima uang itu, ia begitu senang melihat lembaran uang yang mereka berikan.

"Ingat jangan sampai kalian melanggar persyaratan itu"

"Baik mbah,, Yasudah mbah kalau gitu kami pulang dulu, mari mbah..." ucap mereka berdua mengundurkan diri.

"Iya silahkan... " sahut mbah Karjo.

Lalu setelah itu Rehan dan Jaki melenggang pergi mengendarai motornya.

"Kalau gini kita aman bro.. arwah gadis itu tidak akan bisa mencelakai kita." ucap Jaki tersenyum senang sambil fokus menyetir motornya.

"Iya Jak.. tapi persyaratan itu lumayan berat juga ya kita harus memberinya tumbal gadis yang masih perawan. kita mau nyari gadis kemana bro buat dijadikan tumbal?"

"Soal itu mah gampang lain kali kita fikirkan caranya, orang waktunya masih jauh, malam satu suro kan masih lama bro"

"Iya juga sih, Hmm.. jangan pulang dulu bro kita ngopi di warung itu bentar." ucap Rehan sambil menunjuk ke arah warung yang ada di depan jalan.

"Okee...." sahut Jaki, ia menambah laju kecepatan motornya menuju warung yang di maksud oleh Rehan.

******

Singkat cerita..

~Sore hari telah berlalu.. malam hari pun tiba~

Terlihat, Lina tengah berjalan menghampiri ibunya yang tengah bersantai di sofa ruang tamu sambil menonton TV.

"Ayah kemana bu.?? tanya Lina pada ibunya.

"Ayah kamu ada tuh diluar, kamu sudah makan Nak?" sahut bu Wati sambil menunjuk ke arah luar rumah.

"Udah bu tadi.. yaudah bu Lina mau ke depan dulu nyamperin ayah."

"Iya nak..." sahut bu Wati singkat.

Lina melangkahkan kakinya menuju luar rumah.

"Nah itu dia ayah,, pas banget nih." guman Lina ketika melihat ayahnya yang ada di depan rumah.

Terlihat, pak Udin duduk di kursi yang ada di depan rumah sambil menikmati kopi. Lina yang melihat hal itu ia langsung berjalan menghampiri ayahnya.